PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD DENGAN PEER ASSESMENT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARANANANALITISDAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar siswa
pada materi dinamika gerak rotasi.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan
pada bulan April 2013 - Januari 2014 di SMA 1 Bae Kudus kelas XI IPA-3, tahun pelajaran 2013/2014 yang
terdiri 35 siswa. Prosedur penelitian meliputi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap observasi dan tahap refleksi. Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. siklus I siswa belajar dengan
model STAD dan peer assessment aktivitas. Siklus II, siswa belajar dengan model STAD dilengkapi peer
assessment aktivitas dan kemampuan penalaran analitis. Data prestasi belajar kognitif dan kemampuan
berfikir analitis diambil dengan tes kognitif, observasi atau pengamatan.Kesimpulan penelitian: 1) Model
STAD dengan peer assessment dapat terlaksana dengan baik melalui dua siklus, 2) Model STAD dengan
peer assessment dapat meningkatkan kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar siswa pada materi
dinamika gerak rotasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan peer assessment berpengaruh
terhadap kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar. Siswa yang mempunyai peer assessment tinggi
kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar tinggi. Sedangkan siswa dengan peer assessment rendah
kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar lebih rendah. Hal ini terjadi karena dalam peer
assessment, siswa menilai pekerjaan teman-temannya yaitu siswa dituntut untuk menggunakan
kemampuannya memeriksa pekerjaan temannya. Siswa juga dituntut untuk bersikap jujur, tanggung jawab,
dan aktif. Rincian hasil belajar sebagai berikut: a) terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar kognitif dari sebelum tindakan (34,29%), siklus I (57,14%), dan siklus II
(85,71%), b) terjadi peningkatan capaian rata kemampuan penalaran analitis dari kategori sangat baik siklus I
(74,29%), siklus II (88,57%) sebesar (7,43%) dan terjadi penurunan capaian rata-rata dengan kategori baik
dari siklus I (25,71%), siklus II (11,43%) sebesar 4,28%, yang disebabkan jumlah populasi kategori sangat
baik bertambah, c) terjadi peningkatan capaian rata-rata prestasi belajar, sebelum tindakan (62,34), setelah
siklus I (77,49), dan pada siklus II (82,57).
pada materi dinamika gerak rotasi.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan
pada bulan April 2013 - Januari 2014 di SMA 1 Bae Kudus kelas XI IPA-3, tahun pelajaran 2013/2014 yang
terdiri 35 siswa. Prosedur penelitian meliputi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap observasi dan tahap refleksi. Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. siklus I siswa belajar dengan
model STAD dan peer assessment aktivitas. Siklus II, siswa belajar dengan model STAD dilengkapi peer
assessment aktivitas dan kemampuan penalaran analitis. Data prestasi belajar kognitif dan kemampuan
berfikir analitis diambil dengan tes kognitif, observasi atau pengamatan.Kesimpulan penelitian: 1) Model
STAD dengan peer assessment dapat terlaksana dengan baik melalui dua siklus, 2) Model STAD dengan
peer assessment dapat meningkatkan kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar siswa pada materi
dinamika gerak rotasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penerapan peer assessment berpengaruh
terhadap kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar. Siswa yang mempunyai peer assessment tinggi
kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar tinggi. Sedangkan siswa dengan peer assessment rendah
kemampuan penalaran analitis dan prestasi belajar lebih rendah. Hal ini terjadi karena dalam peer
assessment, siswa menilai pekerjaan teman-temannya yaitu siswa dituntut untuk menggunakan
kemampuannya memeriksa pekerjaan temannya. Siswa juga dituntut untuk bersikap jujur, tanggung jawab,
dan aktif. Rincian hasil belajar sebagai berikut: a) terjadi peningkatan persentase jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan belajar kognitif dari sebelum tindakan (34,29%), siklus I (57,14%), dan siklus II
(85,71%), b) terjadi peningkatan capaian rata kemampuan penalaran analitis dari kategori sangat baik siklus I
(74,29%), siklus II (88,57%) sebesar (7,43%) dan terjadi penurunan capaian rata-rata dengan kategori baik
dari siklus I (25,71%), siklus II (11,43%) sebesar 4,28%, yang disebabkan jumlah populasi kategori sangat
baik bertambah, c) terjadi peningkatan capaian rata-rata prestasi belajar, sebelum tindakan (62,34), setelah
siklus I (77,49), dan pada siklus II (82,57).
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)Refbacks
- There are currently no refbacks.