IbM Memadukan Pengusaha Batu Bata Dan Petani Pemilik Lahan Dalam Meningkatkan Kualitas Tanah Dan Bentuk Lahan
Sudadi Sudadi, Suryono Suryono, Suwarto Suwarto
Abstract
Program IbM ini bekerjasama dengan dua mitra, yaitu: (1) UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur”, dan (2) Kelompok Tani “Krido Tani”. Mitra (1) berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (1) tersebut adalah usaha pembuatan batu bata. Mitra (2) juga berlokasi di Dusun Tulakan, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bidang usaha yang dikembangkan oleh mitra (2) tersebut adalah usaha pertanian tanaman padi. Mitra (1) dan Mitra (2) berjarak tempuh sekitar 65 km dari Fakultas Pertanian UNS. Permintaan konsumen terhadap batu bata tiada henti sejalan dengan pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Permasalahan utama Mitra 1 (UKM Pengusaha Batu Bata “Suko Makmur yaitu hampir setiap hari membutuhkan tanah yang teksturnya halus sebagai bahan pembuat batu bata. Dalam satu minggu UKM ini rata-rata membutuhkan sekitar 5 truk tanah atau 30 ton per minggu setara dengan 120 ton per bulan. Untuk mendapatkan tanah tersebut relatif sulit. Selain hal tersebut dalam pembakaran batu bata menghasilkan limbah yang sangat banyak, berupa abu (abu sekam padi atau abu kayu bakar). Setiap kali bakar membutuhkan sekitar 3 ton sekam padi dan 1 ton kayu bakar, yang akan menghasilkan limbah sekitar 0,5 ton abu. Apabila hal ini tidak digunakan akan menumpuk sebagai limbah. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (1) adalah menghubungkan/mempertemukan dengan petani yang mempunyai tanah-tanah yang lahannya berteras kecil/sempit untuk diperlebar yang merupakan permasalahan mitra (2). Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi mitra (2) adalah memperlebar teras tanah dari 2 sampai 3 bidang teras menjadi 1 bidang teras dan memulihkan tingkat kesuburan/kualitas tanah bekas galian pengambilan bahan baku batu bata, salah satunya dengan memanfaatkan abu limbah pembakaran batu bata yang menjadi permasalahan mitra (1). Hasil kegiatan adalah bahan pembuatan batu bata bagi pengusaha batu bata (Mitra 1) berupa tanah lempung yang diambil dari bagian sawah yang lebih tinggi, milik Mitra 2. Sedangkan hasil kegiatan yang diperoleh oleh Mitra 2 adalah bentuk lahan yang rata sehingga lahan sawahnya lebih luas. Hal ini akan lebih memudahkan untuk penggarapan tanahnya karena dapat dikerjakan dengan traktor tangan. Sebelumnya tidak bisa diolah dengan traktor tangan karena sempitnya lahan. Kedua mitra memperoleh manfaat ekonomi yang cukup besar karena bagi Mitra 1 tanah lempung adalah bahan utama pembuatan batu bata. Tanpa bahan tersebut usaha akan berhenti karena tidak bisa berproduksi. Sebaiknya bagi Mitra 2 mendapatkan manfaat berupa efisiensi biaya dan waktu pengolahan tanah (lahan) yang sangat signifikan.