Accreditation:
Indexed by:
ISSN:
Tools
ABSTRAK. Mikroalga Nannochlopsis sp merupakan alternatif bahan baku yang digunakan untuk pembuatan biodiesel karena memiliki kandungan asam lemak dan lipid yang tinggi serta pertumbuhannya yang begitu cepat. Metode yang digunakan yaitu transesterifikasi in situ dimana proses ekstraksi dan transesterifikasi berlangsung secara bersamaan yang terdiri dari 2 tahap, proses transestrifikasi in situ dan pemurnian biodiesel. Proses transeserifikasi in situ berlangsung selama 8 jam setelah itu, dilanjutkan dengan proses distilasi untuk menghilangkan kandungan n-heksana dan di oven selama 2 jam untuk menguapkan air yang tersisa. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui pengaruh rasio molar minyak mikroalga : metanol dengan variasi katalis yang dimana rasio 1:6 memiliki tingkat kesetimbangan yang tinggi sehingga dapat menghasilkan %yield yang besar. Rasio molar minyak mikroalga : metanol 1:6 dengan variasi katalis KOH 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4%w/w, dengan pelarut n-heksana 70%v/v terhadap yield crude dan kandungan FFA. Hasil yield crude biodiesel yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 7%, kadar FFA sebesar 0,74 mg NaOH/gr.
Kata kunci: Biodiesel, FFA, Nannochloropsis sp, Transesterifikasi In-Situ, Yield Crude
ABSTRACT. Microalgae Nannochloropsis sp is an alternative raw material which is used for biodiesel production because it has a high content of fatty acids and increased lipid and its growth is so fast. The method was in situ transesterification in which extraction and transesterification processes took place simultaneously and consisted of 2 steps; in situ transesterification process and biodiesel purification. The in-situ transesterification process lasted for 8 hours after that, followed by a distillation process to remove the n-hexane content and in the oven for 2 hours to evaporate the remaining air. The aim of this study was to determine the effect of the molar ratio from microalgae oil: methanol with variations of catalyst where the ratio of 1:6 has a high equilibrium level so that it can produce a large % yield. the molar ratio from microalgae oil: methanol 1:6 with variations of KOH catalysts 2; 2.5; 3; 3.5; and 4%w/w, with solvent n-hexane is 70%v/v to the yield of crude and FFA biodiesel. The variable used was the molar ratio variation of microalgae oil: methanol 1:6. The yield of biodiesel crude obtained was 7%, and FFA content was 0.74 mg NaOH/gr.
Keywords: Biodiesel, FFA, Nannochloropsis sp, Transesterification In-Situ, Yield Crude
[1]Bphmigas.go.id, “Total Konsumsi Bahan Bakar Minyak Nasional,” Badan Pengatur Hilir Migas, 2017. https://www.bphmigas.go.id/konsumsi-bbm-nasional/.
[2]T. Dong, D. Gao, C. Miao, and X. Yu, “Two-Step Microalgal Biodiesel Production Using Acidic Catalyst Generated from Pyrolysis-Derived Bio-Char,” J. Energy Manag., 2015, doi: 10.1016/j.enconman.2015.06.072.
[3]A. W. Go, S. Sutanto, L. K. Ong, and P. L. Tran-Nguyen, “Developments in in-situ (trans) Esterification for Biodiesel Production: A Critical Review,” Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 60, pp. 284–305, 2016, doi: 10.1016/j.rser.2016.01.070.
[4]F. Uzwatania, “Teknologi Proses Bio Oil Dari Mikroalga Sebagai Energi Alternatif,” J. Agroindustri Halal, vol. 3, no. 1, pp. 074–079, 2017, doi: 10.30997/jah.v3i1.683.
[5]D. P. Shintawati, “Produksi Biodiesel dari Mikroalga Chlorella sp dengan Metode Esterifikasi in-situ,” Universitas Diponegoro, 2011.
[6]Murtiningrum and A. Firdaus, “Perkembangan Biodiesel di Indonesia Tinjauan Atas Kondisi Saat Ini, Teknologi Produksi & Analisis Prospektif,” J. Pasti, vol. 9, no. 1, pp. 35–45, 2015, [Online]. Available: https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/pasti/article/view/467.
[7]R. C. Widyastuti and A. C. Dewi, “Sintesis Biodiesel Dari Minyak Mikroalga Chlorella Vulgaris Dengan Reaksi Transesterifikasi Menggunakan Katalis Koh,” J. Bahan Alam Terbarukan, vol. 4, no. 1, pp. 29–33, 2015, doi: 10.15294/jbat.v3i1.3099.
[8]SNI, “SNI 7182 : 2015 (Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di dalam Negeri,” 2015. .
[9]R. Edo, Y. Vinata, and Y. Wulandari, “Menggunakan Metode Transesterifikasi Insitu dengan Bantuan Katalis Asam Sulfat,” Pros. Semin. Nas. Sains dan Teknol. Terap., vol. 1, no. 1, pp. 507–514, 2020, [Online]. Available: http://ejurnal.itats.ac.id/sntekpan/article/view/1280.
[10]D. J. Manik, F. Hamzah, and F. Restuhadi, “Biodiesel dari Minyak Jelantah Menggunakan Katalis Basa Heterogn Berbahan Dasar Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit (ATKKS),” J. Online Mhs. Fak. Pertan., vol. 4, no. 1, pp. 1–15, 2017, [Online]. Available: https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/16874.
[11]W. Andalia and I. Pratiwi, “Pemilihan Katalis Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Pada Proses Pembuatan Biodiesel Reaksi Transesterifikasi,” J. Ind. Serv., vol. 3, no. 1a, pp. 8–15, 2017, doi: 10.36055/jiss.v3i1a.2055.
[12]E. Daryono, “Biodiesel Dari Minyak Biji Pepaya Dengan Transesterifikasi Insitu,” J. Tek. Kim. UPN Veteran Jatim, vol. 8, no. 1, pp. 7–11, 2013.
[13]S. N. Nayak, C. P. Bhasin, and M. G. Nayak, “Review on Microwave- Assisted Transesterification Processes Using Various Catalytic and Non Catalytic Systems,” Renew. Energy, vol. 143, pp. 1366–1387, 2019, doi: 10.1016/j.renene.2019.05.056.
[14]I. A. Mappapa and I. Prihatiningtyas, “Pengaruh Katalis Asam dan Basa Terhadap Biodiesel yang Dihasilkan Pada Proses Transesterifikasi Insitu,” J. Polines Natl. Eng. Semin. ke-3, pp. 115–120, 2015, [Online]. Available: http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_617640373646.pdf.