Penanaman Pekerti melalui Simbol Makanan Rakyat dalam Cerita Digital: Perspektif Gastrosemiotik tentang Kecerdasan Majemuk
Abstract
Digital folklore with culinary themes contains cultural values and social ethics that are close to children's lives. This study aims to examine the symbolism of food in digital culinary stories as a means of instilling character values, as well as educating them with the potential to develop children's multiple intelligences. This study uses a qualitative descriptive method through literature study, based on a digital book (BUDI) published by the Ministry of Education and Culture entitled Cerita Kuliner Indonesia by Olany Agus Widiyani. The results of the study show that traditional foods and drinks such as klepon, cenil, onde-onde, lemper, getuk, sekoteng, and angsle are proven to contain living symbols of welfare. The wrapping of forms, local ingredients, presentation methods, and social contexts in digital narratives contain character values such as honesty, mutual cooperation, ease, hard work, empathy. This digital story presents a contextual and multisensorial learning experience. Story-based literacy activities can effectively accommodate the diversity of children's learning styles through linguistic, kinesthetic, spatial, interpersonal, and naturalist aspects. Thus, folk food in the story is not only a tool for preserving culture, but also a means of fun character education and a learning strategy that is oriented towards the diversity of children's potential.
Cerita rakyat digital bertema kuliner menyimpan nilai-nilai budaya dan etika sosial yang dekat dengan kehidupan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji simbolisme makanan dalam cerita kuliner digital sebagai sarana penanaman nilai pekerti, serta mengaitkannya dengan potensi pengembangan kecerdasan majemuk anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui studi pustaka, bersumber pada buku digital (BUDI) terbitan Kemendikbud berjudul Cerita Kuliner Indonesia karya Olany Agus Widiyani. Tahapan analisis data dalam penelitian ini mencakup reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan dan minuman tradisional seperti klepon, cenil, onde-onde, lemper, getuk, sekoteng, dan angsle terbukti menyimpan simbol-simbol kebajikan yang hidup. Balutan bentuk, bahan lokal, cara penyajian, serta konteks sosial dalam narasi digital memuat nilai-nilai karakter seperti kejujuran, gotong royong, kesederhanaan, kerja keras, empati. Cerita digital ini menghadirkan pengalaman belajar yang kontekstual dan multisensorial. Aktivitas literasi berbasis cerita dapat secara efektif mengakomodasi keragaman gaya belajar anak melalui aspek linguistik, kinestetik, spasial, interpersonal, dan naturalis. Dengan demikian, makanan rakyat dalam cerita tidak hanya menjadi alat pelestarian budaya, tetapi juga sarana pendidikan pekerti yang menyenangkan dan strategi pembelajaran yang berorientasi pada keberagaman potensi anak.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Agajie, B. A. (2021). Literary Folktales Promoting Children’s Multiple Intelligences. Aksara, 33(3). Ariani, D., & Sulistyorini, D. (2023). Integration of folklore in digital learning: Character strengthening innovations in the 21st century education era. SCE: Journal of Innovative Studies on Character and Education, 3(2), 45–60. Atkin, A. (2006). Peirce’s Theory of Signs. Stanford Encyclopedia of Philosophy. Barthes, R. (1979). Toward a Psychology of Contemporary Food. Semiotexte. Bascom, W. (1965). Our Functions of Folklore. Journal of American Folklore, 67(266), 333–349. Brillat-Savarin, jean A. (2009). The Physiology of Taste. Penguin Classics. Counihan, C., & Van Esterik, P. (Eds.). (2013). Food and culture: A reader (3rd ed). Routledge. Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Sage Publications. Danandjaja, J. (2007). Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lainnya. Grafiti Pers. Extension, P. S. (n.d.). Food Sensory Exploration. Fischler, C. (2011). Commensality, Society and Culture. Social Science Information, 50(3–4), 528–548. Fischler, C. (2022). Food, self and identity: Eating as a cultural. International Journal of Gastronomy and Food Science, 27. Gardner, H. (1983). Frames of mind: The theory of multiple intelligences. Gardner, H., & Katie, D. (2013). The App Generation: How Today’s Youth Navigate Identity, Intimacy, and Imagination in a Digital World. Yale University Press. Geertz, C. (2013). Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa. Penerbit Komunitas Bambu. Gladwin, D. (2019). Gastro-modernism: Food, literature, culture (First edition). Clemson university press. Heldke, L. (2003). Exotic appetites: Ruminations of a food adventurer. Routledge. Herawati, N. I. (2013). Bimbingan Sosial Anak Usia Dini Berbasis Budaya Lokal. Cakrawala : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2). Indriani, S. P., Hodidjah, & Apriliya, S. (2009). Pengembangan Buku Cerita Anak Tentang Makanan Tradisional Nasi Cikur Khas Tasikmalaya untuk Siswa Sekolah Dasar. PEDADIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(1). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). enguatan Pendidikan Karakter (PPK): Buku Pegangan. Kemdikbud. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2020). Pendidikan Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, Dan Teknologi. Koentjaraningrat. (2009). Kebudayaan, mentalitas, dan pembangunan. Gramedia Pustaka Utama. Lickona, T. (terjemahan oleh J. A. W. (2013). Educating for Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Bumi Aksara. Livingstone, S. (2009). Children and the Internet: Great Expectations, Challenging Realities. Polity Press. Miles, M. B., & Huberman, A. M. (2018). Analisis Data Kualitatif. Penerbit Universitas Indonesia (UI -Press). Peirce, C. S. (1991). Peirce on signs: Writings on semiotic. NC: University of North Carolina Press. Purnomo, G. W., & Pratiwi, K. Y. (2023). Engaging the Digital Native Generation in Cultural Digital Preservation: Strategies and Approaches for Libraries and Librarians in the Digital Age 4.0. Open MenuKnowledge Garden: International Journal of Library Studies, 1(1). Rahiem, M. D. H. (2021). torytelling in early childhood education: Time to go digital. Nternational Journal of Child Care and Education Policy, 15. Ramdhania, S., & Wahidin, D. (2024). Tradisi Lokal dan Tantangan Era Disrupsi dalam Masyarakat Pedesaan. Dimensi, 13(1), 35–50. Rasmini, N. W. (2022). Pengembangan Kecerdasan Jamak: Kajian Praktik Pembuatan Ketupat Janur pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(6). Schiavone, P. (2024). Food and Memory in Literature: A Folkloric Approach. Dublin Gastronomy Symposium. Sulistyowati, C., & Asriati, N. (2024). Pemanfaatan Teknologi Untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Dan Keterlibatan Belajar Di Era Digital. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 11(4). Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Remaja Rosdakarya. Thomas, B. (2011). New Narratives: Stories and Storytelling in the Digital Age. University of Nebraska Press. Wachidah, L. R., Sudikan, S. Y., Darni, & Ahmadi, A. (2025). Makanan sebagai Representasi Tradisi Sosial dan Budaya: Kajian gastrosemiotik dalam Cerita Rakyat Kuliner. Entita: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Dan Ilmu-Ilmu Sosial, Special Edition: Renaisans 1st International Conference of Social Studies. Widiyani, O. A. (2018). Cerita Kuliner Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Woda, B. E. (2025). Semiotika makanan: Menelaah fermentasi sebagai kekayaan gastronomi Nusantara. https://kumparan.com/ed1-wod4/semiotika-makanan-menelaah-fermentasi-sebagai-kekayaan-gastronomi-nusantara-24fKTcAkbX7 Yanti, D. (2016). Peningkatan kecerdasan logika matematika melalui kegiatan fun cooking (Penelitian tindakan pada anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Pandeglang). Urnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 7–18.
Refbacks
- There are currently no refbacks.