WUJUD MODERASI BERAGAMA PADA TUMPENG PUNGKUR SEBAGAI TRADISI KEMATIAN DI KABUPATEN BOYOLALI: KAJIAN GASTRONOMI SASTRA
Abstract
Kemunculan tumpeng pungkur hanya ada saat tradisi kematian di Kabupaten Boyolali, diidentikkan dengan pergantian kehidupan dari hidup ke mati. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang makna tumpeng pungkur dengan kajian gastronomi sastra di Kabupaten Boyolali. Kualitatif deskripstif adalah jenis penelitian ini dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik menyimak dan catat. Teknik analisis data menggunaan model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya wujud kerukunan, gotong royong, dan pengharapan dalam tumpeng pungkur yang muncul dalam tradisi Sortanahan. Makna tumpeng yang berbentuk kerucut, dibelah, dan diposisikan saling membelakangi memiliki arti bahwa kehidupan antara yang hidup dan yang mati sudah berbeda. Tumpeng pungkur yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Kabupaten Boyolali memiliki makna yang sangat dalam berhubungan dengan pengharapan, doa, dan pengampunan dari Allah swt. Makanan atau kuliner yang muncul karena tradisi kesripahan (Sortanahan) ini memiliki beberapa pelengkap yang juga hadir. Pelengkap tumpeng pungkur ini adalah sego golong, sego asahan, pancenan, ancak, ingkung dan kembang setaman. Tradisi kesripahan ini yang didalamnya terdapat tumpeng pungkur merupakan bagian dari sastra lisan yang dikaji dengan ilmu gastronomi sastra menghasilkan beberapa perspekstif makanan ditinjau dari tradisi lokal yang harus dilestarikan.
Keywords
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.