Identifikasi Kecerdasan Emosional Mahasiswa Calon Guru Bimbingan dan Konseling
Abstract
Abstrak: Calon guru bimbingan dan konseling diharapkan menguasai berbagai kompetensi sebagai guru BK/konselor agar dapat menjadi konselor yang fasilitatif dan efektif. Konselor yang fasilitatif dan efektif adalah konselor yang salah satu karakteristik utamanya memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, karena kecerdasan emosional adalah kemampuan individu memahami emosi diri dan orang lain, memotivasi diri, mengelola emosi, dan berinteraksi dengan orang lain secara layak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan usaha membantu mahasiswa ke arah konselor yang efektif dan fasilitatif, khususnya meningkatnya kecerdasan emosional mereka. Metode yang digunakan yaitu deskriptif komparatif yang menggambarkan sebaran tingkat kecerdasan emosional mahasiswa dan perbedaan kecerdasan emosional mahasiswa berdasarkan angkatan dan gender mereka. Sampel penelitian adalah adalah 109 mahasiswa yang diambil dengan teknik cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan emosional kelompok mahasiswa berdasarkan tahun masuk/angkatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar Prodi BK mengadakan penilaian terhadap proses pendidikan dan pembelajaran dan dampaknya terhadap perkembangan karakter mahasiswa, dan mengidentifikasi seberapa jauh proses pemelajaran dan pendidikan menstimulasi perkebangan kecerdasan emosional mahasiswa.
Abstract: school counselor candidates expected to master the competencies in order to be a facilitative and effective counselors. Effective and facilitative counselors are those whose one of the main characteristics are having high emotional quotient, because it is an individuals’ ability in understanding their own emotion and others, motivating themselves, organizing emotion, and interacting with others properly. In order to reveal the success of Guidance and counseling department assisting the students to be an effective and facilitative counselors, especially improving their emotional quotient, a comparative descriptive study needs to be conducted. This study were conducted to describe the students’ emotional quotient based on their academic year and their gender. The participantss of this study were 109 students taken by cluster random sampling technique. The result of of this study showed that the students’ emotional quotient showed no differences based on the academic year/ entry year. Based on the result of the study, the guidance and counseling department was suggested to conduct an assessments toward the learning processes and its effects on the students’ character development, and to identify to what extent the learning process stimulate the students’ emotional quotient.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Brackett, M. A., Mayer, J. D., & Warner, R. M. (2004). Emotional intelligence and its relation to everyday behaviour. Personality and Individual differences, 36(6), 1387-1402.
Caruso, D.R. & Wolpe, C.J. (2001). Emotional Intelligence at the Workplace. In Ciarrochi, J., Forgas, J. P., & Mayer, J. D. (Eds.). Emotional intelligence in everyday life: A scientific inquiry. Psychology Press.
Corey, G. (2012). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, California: Brooks/Cole.
Depdiknas. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.
Emmerling, R. J. & Goleman, D. (2003). Emotional Intelligence: Issues and Common Misunderstandings. E I Consurtium’s E-Journal: Issues in Emotional Intelligence, 1 (1) Oktober 2003.
FIP UM. (2013). Katalog 2013 Jurusan Bimbingan dan Konseling. Malang: FIP UM
Gage, N.L. & Berliner, D.C. (1991). Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It can matter More Than IQ. New York: Bantam Books.
Goleman, D. (1998). Working With Emotional Intelligence. London: Bloomsbury Publishing.
Happner, P. P., Kivlighan, Jr., & Wampold, B. E. (2008). Research Design in Counseling. Pacific Grove, California: Brooks/Cole Publishing Company.
Mayer, J.D., DiPaolo, M., & Salovey, P. (1990). Perceiving Affective Content in Ambiguous Visual Stimuli: A Component of Emotional Intelligence. Journal of Personality Assessment. 54, (3&4), 772-781.
Mayer, J. D. Salovey, P. & Caruzo, D. (2000). Models of Emotional Intelligence. Dalam Sternberg, R. J. (Ed.). Handbook of Intelligence. New York: Cambridge University Press.
Mayer, J. D., Salovey, P., Caruso, D. R. (2004). Emotional Intelligence: Theory, Findings, and Implications. Psychology Inquiry, 15 (3): 197 – 215.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 tahun 2008 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta
Prawitasari, J.E., Martani, W., Adiyanti, M.G. (1995). Konsep Emosi Orang Indonesia: Pengungkapan dan Pengartian Emosi Melalui Komunikasi Nonverbal di Masyarakat yang Berbeda Latar Budaya. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Purwanti. (2000). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah terhadap Kecerdasan Emosional Siswa. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Radjah, C. L. (2016). Keterampilan Konseling Berbasis Metakognisi. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 1(3), 90–94. http://dx.doi.org/10.17977/um001v1i32016p090
Ramli, M. (1999). Pengembangan Kecerdasan Emosional Sekolah Menengah Umum. Malang: PPPG IPS dan PMP Malang.
Ramli, M. (2007). Model Konseling Melalui Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SMP. Bandung: SPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Ramli, M., Utoyo, S. I., & Irtadji, M. (2003). Pengembangan Paket Bimbingan Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa SLTP di Jawa Timur. Jakarta: DP3M Ditjen Dikti Depdiknas.
Rogers, C. R. (1995). A Way of Being. Boston: Houghton Mifflin Company.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas.
Widada. (2017). Multiple Intelligence-Based Learning in Kindergarten (Proceeding). UMS Surakarta
Refbacks
- There are currently no refbacks.