Faktor Penyebab Permukiman Kumuh di Kawasan Semanggi, Kota Surakarta
Abstract
Kawasan perkotaan tidak terlepas dari permasalahan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang meningkat, serta keterbatasan akses penduduk terhadap layanan dasar perkotaan yang kemudian berpotensi menyebabkan munculnya kawasan permukiman kumuh. Kota Surakarta merupakan salah satu kota dengan kepadatan yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi penggunaan lahan untuk bermukim. Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan verifikasi data lokasi perumahan dan permukiman kumuh di Kota Surakarta antara lain Kawasan Semanggi karena memiliki tingkat kepadatan penduduk serta luas permukiman yang tinggi dibandingkan dengan kawasan lain. Kawasan padat penduduk ini menjadi perhatian khusus pemerintah karena terjadi pembangunan permukiman tanpa memperhatikan aspek kelayakan hunian dan struktur tata ruang kota. Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dalam Kawasan Semanggi, yaitu masih banyak bangunan yang tidak memiliki sertifikat, status lahan Ilegal, tingginya jumlah rumah tidak layak huni, ketidakteraturan bangunan, kawasan rawan banjir, dan rendahnya sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini fokus untuk mengetahui faktor yang menyebabkan adanya permukiman kumuh di Kawasan Semanggi, Kota Surakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deduktif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisis tingkat prioritas faktor yang mempengaruhi terbentuknya permukiman kumuh berdasarkan pertimbangan yang diperoleh dari responden ahli terpilih melalui expert choice. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa terdapat lima faktor prioritas yang menyebabkan adanya permukiman kumuh Kawasan Semanggi. Kelima faktor tersebut yaitu faktor ekonomi, faktor sarana prasarana, faktor status kepemilikan bangunan, faktor lahan perkotaan, serta faktor lama tinggal penghuni.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Diakses dari https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=217760
Averal, S., Zah, R., & Tavares-Correa, C. (2008). Linking Socioeconomic Classes and Land Cover Data in Lima Peru: Assessment through the application of remote sensing and GIS. International Journal of Applied Earth Observations and Geoinformation 11(2), 27-37.
Badan Pusat Statistik. (2018). Persentase Rumah Tangga Kumuh Perkotaan (40% Ke Bawah), Menurut Provinsi 2015-2018. Diakses dari: https://www.bps.go.id/dynamictable/2019/10/04/1667/persentase-rumah-tangga-kumuh-perkotaan-40-ke-bawah-menurut-provinsi-2015-2018.html
Budihardjo, E. (1998). Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: Alumni.
Dewi, A. K. (2022). Analisis Tingkat Kekumuhan dan Kualitas Hidup Masyarakat di Permukiman Situ Citayam. Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan, 11(2), 123–132. https://doi.org/dx.doi.org/10.22441/vitruvian.2022.v11i2.003
Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta. (2020). Laporan Akhir RP2KPKP Kota Surakarta. Kota Surakarta: Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
Ditjen Perumahan dan Permukiman. (2002). Konsep Panduan Identifikasi Kawasan Perumahan dan Permukiman Kumuh. Jakarta: Kementerian PUPR.
Fitri, D. A., & Sulistinah. (2021). Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Permukiman Kumuh Daerah Perkotaan di Indonesia (Sebuah Studi Literatur). Jurnal UNESA, 1–9. Diakses dari: https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/swara-bhumi/article/view/38202/33713
Kementerian PUPR. (2018). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2018 Tahun 2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Jakarta: Kementerian PUPR. Diakses dari: https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/104649/permen-pupr-no-14prtm2018-tahun-2018
Khomarudin. (1997). Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman. Jakarta: Yayasan Realestat Indonesia. Diakses dari: https://onesearch.id/Record/IOS3605.JATEN-11100000000198?widget=1&library_id=208
Krisandriyana, M. (2017). Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Kawasan Permukiman Kumuh di Surakarta (Universitas Sebelas Maret). Universitas Sebelas Maret. Diakses dari: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/71329/MzYzNDk2/Faktor-yang-Mempengaruhi-Keberadaan-Kawasan-Permukiman-Kumuh-di-Surakarta-HALAMAN.pdf
Masykur, R. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: AURA.
Prayojana, T. W., Mardhatil, Fazri, A. N., & Saputra, B. (2020). Dampak Urbanisasi Terhadap Permukiman Kumuh (Slum Area). Jurnal Kependudukan dan Pembangunan Lingkungan, 2(1), 13–22. Diakses dari: http://jkpl.ppj.unp.ac.id/index.php/JKPL/article/download/12/7/
Rindarjono, & Gamal, M. (2012). SLUM: Kajian Pemukiman Kumuh dalam Perspektif Spasial. Yogyakarta: Media Perkasa. Diakses dari: https://onesearch.id/Record/IOS2863.JATEN000000000093113
Saaty, T. L. (2008). Decision Making with the Analytic Hierarchy Process. International Journal Services Sciences, 1(1), 83–98. Diakses dari https://www.rafikulislam.com/uploads/resourses/197245512559a37aadea6d.pdf
Sadana, A. (2014). Perencanaan Kawasan Permukiman. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sadyohutomo. (2008). Manajemen Kota dan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.
Saraswati, D. T. (2000). Analisis Kebijakan Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan i D.K.I. Jakarta. Studi Kasus Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Kotamadya Jakarta Barat. Thesis Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia. Diakses dari: https://lontar.ui.ac.id/detail?id=110182.
Sari, A. R., & Ridlo, M. A. (2021). Studi Literature: Identifikasi Faktor Penyebab Terjadinya Permukiman Kumuh di Kawasan Perkotaan. Jurnal Kajian RUANG, 1(2). Diakses dari https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/kr/article/view/20022/0
Suparlan, P (Ed). (1984). Pertumbuhan Penduduk dan Penyerbuan Daerah Kota, dalam Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor.
Suparno, & Marlina, E. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta: Andi. Diakses dari: https://onesearch.id/Record/IOS4644.slims-52928/Details
Surtiani, E. E. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga) (Universitas Diponegoro). Universitas Diponegoro. Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/15530/
UN HABITAT. (2008). Panduan Ringkas untuk Pembuat Kebijakan Perumahan untuk MBR: Memberi Tempat yang Layak bagi Kaum Miskin Kota. Bangkok: UN HABITAT. Diakses dari: https://www.unescap.org/sites/default/files/PERUMAHAN-BAGI-KAUM-MISKIN_PERUMAHAN-UNTUK-MBR.pdf
UN HABITAT. (2018). SDG Indicator 11.1.1 Training Module: Adequate Housing and Slum Upgrading (pp. 1–31). pp. 1–31. UN HABITAT. Diakses dari: https://data.unhabitat.org/documents/GUO-UN-Habitat::indicator-11-1-1-training-module-adequate-housing-and-slum-upgrading-feb-2020/about
Wardhana, N. H., & Sulistyarso, H. (2015). Faktor-Faktor Penyebab Kekumuhan Di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 4(2), C150–C154. Diakses dari: https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/11013/2452
Wijanarko, A. R. L., Rolalisasi, A., & Tohar, I. (2023). Tipologi Permukiman Kumuh di Kawasan Perkotaan Indonesia Berdasarkan Penanganan. Jurnal Arsitektur KOLABORASI, 3(1), 10–14. Diakses dari: https://jurnal.kolaborasi.unpand.ac.id/index.php/KOLABORASI/article/view/37/30
Refbacks
- There are currently no refbacks.