Pemetaan Status Kerusakan Tanah Lahan Pertanian di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali

Kholishotu Syahidah, Sumarno Sumarno, Sri Hartati

Abstract

Intensively land use for biomass production without applying sustainable and sustained plant farming technique in District Selo potentially causes soil damage. Determination of soil potential damage and soil damage status has been set by the central government through Government Regulation No. 150 year 2000 on Soil Damage Control for Biomass Production. The research method used was a descriptive survey with a stage-setting soil potential damage by overlay thematic maps and the determination of the status of soil damage using matching methods and relative frequency score. Results obtained in the land area of the District Selo potentially medium damage 1,439.3 hectares and 1,988.8 hectares of high potential damage. After survey and laboratory analysis of soil samples at the site results that the Status of Soil Damage categorized light (R.I) with a score relative frequency of each 8. Total area that included minor damage divided into 3,296.97 hectares with limiting factors texture and permeability and 59.32 hectares with limiting factors permeability.

Keywords

soil degradation; land use; biomass

Full Text:

PDF

References

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2013. Kecamatan selo dalam angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali. Boyolali.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

Majule AE. 2003. Impact of land use/landcover changes on soil degradation and biodiversity on the slopes of mount Kilimanjaro. Tanzania. Land Use Change Impact and Dynamics Working. Tanzania: Institute of Resource Assessmen University of Dar es Salaam.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17: Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2006. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07, Jakarta (ID): Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.

Pemerintah RI. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150, Jakarta (ID): Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa.

Rajamuddin UA. 2009. Kajian tingkat perkembangan tanah pada lahan persawahan di desa kaluku tinggu kabupaten donggala sulawesi tengah. J Agroland 16(1): 45-52.

Rajiman. 2014. Potensi kerusakan tanah. Yogyakarta (ID): STTP Yogyakarta.

Siradz SA. 2006. Degradasi lahan persawahan akibat produksi biomassa di Yogyakarta. J Ilmu Tanah dan Lingkungan. 6(1): 47-51.

Siregar NA, Sumono, Achwil PM. 2013. Kajian permeabilitas beberapa jenis tanah di lahan percobaan kwala bekala usu melalui uji laboratorium dan lapangan. J Rekayasa Pangan dan Pert. 1(4): 138-143.

Sonder K, Müller-Sämann K, Hilger T, Leihner D. 2002. Erosion control and prediction in cassava based cropping systems in the southern andean region of colombia. Beijing(CHN): ISCO Conference.

Subroto. 2010. Kajian karakteristik tanah bagi ubi cilembu di nagarawangi rancakalong sumedang. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 10 (1): 26-34.

Suriadi A, Nazam M. 2005. Penilaian kualitas tanah berdasarkan kandungan bahan organik (kasus di kabupaten bima). Nusa tenggara Barat: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Yulnafatmawita, Luki, Yana. 2007. Kajian sifat-sifat fisika tanah beberapa penggunaan lahan di bukit gajabuih kawasan hutan hujan tropika gunung gadut padang. J Solum 4(2): 49-61.