Uji In Vitro Antibakteri Ekstrak Bawang Putih sebagai Bahan Alami untuk Celup Puting
Abstract
Mastitis merupakan salah satu penyakit yang menyerang sapi perah yang dapat menyebabkan penurunan kualitas dan produksi susu. Sebagian besar mastitis disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Eschrichia coli. Salah satu cara untuk meminimalisir mastitis adalah dengan melakukan celup puting setelah pemerahan. Umumnya celup puting menggunakan desinfektan yang menyebabkan residu di dalam susu. Penggunaan bahan alam menjadi alternatif untuk campuran larutan celup puting. Salah satu bahan alam yang bisa digunakan untuk larutan celup puting adalah bawang putih. Bawang putih mengandung allicin yang berfungsi sebagai antibakteri alami. Penelitian ini bertujuan untuk mencari bahan alternatif lain untuk celup puting. Uji in vitro antibakteri dilakukan untuk membuktikan bahwa bawang putih mempunyai kemampuan menghambat bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan. Larutan ekstrak bawang putih konsentrasi 25% dan 30% menampakkan hasil yang tidak berbeda dengan larutan antibakteri komersial. Sehingga larutan ekstrak bawang putih konsentrasi 25% dapat menggantikan larutan antibakteri komersial untuk celup puting.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Andualem, B. 2013. Synergistic antimicrobial effect of tenegn honey (Trigona iridipennis) and garlic against standard and clinical pathogenic isolates. International Journal of Microbiological research 4(4):16–22.
Azizoglu, R. O, R. Lyman and K. L. Anderson. 2013. Bovine Staphylococcus Aureus:dose response to iodine and chlorhexidine and effect of iodine challenge on antibiotic susceptibility. Journal Dairy Science 96:993-999.
Basjir, T. Erlinda dan Nikham. 2012. Uji bahan baku antibakteri dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) hasil radiasi gamma dan antibiotik terhadap bakteri patogen. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan. Serpong. pp 168–174.
Cavalieri, S. J. 2005. Manual of antimicrobial susceptibility testing. American Society for Microbiology. pp. 39-52.
Deresse, D. 2010. Antibacterial effect of garlic (Allium sativum) on Staphylococcus aureus : an in vitro study. Asian Journal of Medical Sciences 2(2):62–65.
Gulfraz, M., M. Imran and S. A. Khaam. 2014. Comparative study of antimicrobial and antioxidant activities of garlic (Allium sativum L) extract in various localities in Pakistan. Africa Journal Plant Science 8(6):298–306.
Pajan, S. S., O. Waworuntu dan M. A. Leman. 2016. Potensi antibakteri air perasan bawang putih (Allium sativum L) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi 5:77–89.
Prihandani, S.S., Poelangan, M., Noor, S. M dan Andriani. 2015. Uji daya antibakteri bawang putih (Allium sativum L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhimurium dan Pseudomonas aeruginosa dalam meningkatkan keamanan angan. Informatika Pertanian 24(1):53–58.
Purwantiningsih, T.I., Y. Y. Suranindyah dan Widodo. 2014. Aktivitas senyawa fenol dalam buah mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai antibakteri alami untuk penghambatan bakteri penyebab mastitis. Buletin Peternakan 38(1):59–64.
Shobana, S., V.G. Vidhya and M. Ramya. 2009. Antibacterial activity of garlic varieties (ophioscordon dan sativum) on enteric pathogens. Current Research Journal of Biological Science 1:123– 126.
Subronto. 2008. Ilmu Penyakit. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudarman, A., D. Supriadin dan A. Jayanegara. 2017. Pemberian tepung daun sirih (Piper BetleI L) dalam waktu lama untuk mengobati mastitis subklinis pada sapi perah laktasi pasca puncak produksi. Buletin Peternakan 41(1):8–14.
Vermeuleun, H., S. J. Westerbos dan D. T. Ubbink. 2010. Benefit and harm iodine in wound care : asystemic review. Journal of Hospital Infection 76:191–199.
Refbacks
- There are currently no refbacks.