PEMETAAN ANGKA KEAMANAN LERENG BERDASARKAN DATA HUJAN (STUDI KASUS : BUKIT GANOMAN, DESA KORIPAN, KECAMATAN MATESIH, KABUPATEN KARANANYAR)
Abstract
Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang tergolong sebagai lokasi rawan longsor, sebanyak 34 titik di 8 kecamatan di Kabupaten Karanganyar teridentifikasi rawan longsor. Salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah hujan. Hujan dengan intensitas tinggi (>100 mm/hari) dapat memicu terjadinya longsor, hal tersebut dikarenakan air hujan yang terinfiltrasi kedalam tanah menyebabkan proses penjenuhan tanah sehingga massa tanah meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat peta angka keamanan lereng akibat pengaruh hujan dan sudut kemiringan dilokasi bukit Ganoman, Desa Koripan, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar.
Data tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah data tanah primer yang diperoleh dari sampel tanah tidak terganggu dan data sekunder tanah yang diambil dari penelitian sebelumnya di lokasi yang sama. Data hujan yang digunakan adalah data hujan dua harian maksimum selama tahun 2015 dan 2016 dari stasiun hujan Matesih dan Karanganyar. Asumsi lama hujan yang terjadi adalah hujan 6 jam-an. Data variasi kemiringan diperoleh dari ASTER GDEM Kabupaten Karanganyar. Ketebalan tanah jenuh akibat infiltrasi air hujan dihitung menggunakan metode Green-Ampt. Stabilitas lereng dihitung menggunakan software GeoStudio Slope/W. Dan kemudian SF yang diperoleh dari Geostudio Slope/W diplotkan ke peta Rupa Bumi sehingga didapatkan peta risiko longsor.
Dari hasil penelitian diketahui bukit Ganoman memiliki variasi kemiringan lereng berkisar antara 0 hingga 45 derajat dan hujan dua harian maksimum yang terjadi pada tahun 2015 dan 2016 dengan intensitas hujan 6 jam-an adalah 17,219 mm/jam, sehingga menyebabkan ketebalan tanah jenuh (Hsat) berkisar antara 3,8 hingga 5,48 meter. Berdasarkan kriteria Bowles (1989) klasifikasi lereng bukit Ganoman adalah : 1) Lereng dengan kondisi stabil, yaitu lereng yang mempunyai kemiringan 0º hingga 30º, 2) lereng dengan kondisi kritis, yaitu lereng yang mempunyai kemiringan 31º hingga 35º, dan 3) lereng dengan kondisi labil, yaitu lereng yang mempunyai kemiringan 36º hingga 45º.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)Refbacks
- There are currently no refbacks.