HUBUNGAN ANTARA TEKANAN AKADEMIK, KESEMPATAN, RASIONALISASI, DAN KEMAMPUAN INDIVIDU DENGAN PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI SE-SOLO RAYA 

Sri Wahyuni, susilaningsih susilaningsih, Asri Diah Susanti

Abstract


ABSTRACT

           This study aims to examine the relationship between academic pressure, opportunity, rationalization, and individual abilities partially or simultaneously with student academic fraud behavior. The research method used is the descriptive quantitative correlational approarch. The population of this research is active students of Accounting Education University X and University Y class of 2017 and 2018 which amounted to 463 students. Sample of research were  215 students was calculated using the Slovin formula and taken using a convenience sampling technique. Data collection using questionnaires and documentation. Data analysis used simple correlation test, multiple correlation test, and multiple regression analysis. The results showed that there was a positive and significant relationship between opportunity; rationalization; and individual abilities partially with student academic fraud, while academic pressure shows a positive and not significant relationship partially with students’ academic fraud behavior. There is a positive and significant relationship between academic pressure, opportunity, rationalization, and individual ability simultaneously with student academic fraud. Multiple linear regression model equation Y = 16,581 + 0,005 X1 + 0,163 X2 + 0,144 X3 + 0,15 X4.

Keyword: The fraud diamond theory, academic fraud, academic pressure, opportunity, rationalization, and individual ability.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tekanan akademik, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan individu secara parsial maupun secara simultan dengan perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif pendekatan korelasional. Populasi penelitian ini yaitu mahasiswa aktif Pendidikan Akuntansi Universitas X dan Universitas Y angkatan 2017 dan 2018 yang berjumlah 463 mahasiswa. Sampel sebanyak 215 mahasiswa yang yang diperhitungkan menggunakan rumus slovin dan diambil menggunakan teknik convenience sampling. Pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan uji korelasi sederhana, uji korelasi ganda, dan analisis regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara kesempatan; rasionalisasi; dan kemampuan individu secara parsial dengan perilaku kecurangan akademik mahasiswa, sedangkan tekanan akademik menunjukkan hubungan positif dan tidak signifikan secara parsial dengan perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara tekanan akademik, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan individu secara simultan dengan perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Model persamaan regresi linier ganda Y= 16,581 + 0,005 X1 + 0,163 X2 + 0,144 X3 + 0,15 X4.

Kata Kunci: Teori fraud diamond, kecurangan akademik, tekanan akademik, kesempatan, rasionalisasi, dan kemampuan inividu.

 


Full Text:

PDF
rticle

References


DAFTAR PUSTAKA

Aditiawati, T. (2018). Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi: Dimensi Fraud Diamond (Studi Kasus Pada Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Islam Indonesia). Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Diperoleh 22 September 2020, dari https://dspace.uii.ac.id

Andayani, Y. & Sari, V. F. (2019). Pengaruh Daya Saing Gender Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(3), 1458–1471. Diperoleh 22 September 2020, dari http://jea.ppj.unp.ac.id.

Arena Lte. (2016, 14 Mei). Mirip di Film, Mahasiswa Ini Menyontek dengan Gadget Canggih. Diperoleh 17 November 2020, dari https://arenalte.com/life/style/mirip-di-film-mahasiswa-ini-menyontek-dengan-gadget-canggih/.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Becker, D., Connolly, J., Lentz, P., & Morrison, J. (2006). Using The Business Fraud Triangle To Predict Academic Dishonesty Among Business Students. Academy of Educational Leadership Journal, 10(1), 37–54. Diperoleh 16 Januari 2021, dari https://search.proquest.com.

Budiman, N. A. (2018). Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa: Dimensi Fraud Diamond dan Gone Theory. Jurnal Ilmu Akuntansi, 11(1), 75–90. Diperoleh 19 September 2020, dari http://journal.uinjkt.ac.id.

Damayanti, C. P. (2018). Hubungan Faktor-Faktor dalam Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Diperoleh 09 September 2020, dari https://repository.usd.ac.id

Darwati. (2019). Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang Angkatan 2015. Skripsi Universitas Negeri Semarang, Semarang. Diperoleh 18 Januari 2021, dari http://lib.unnes.ac.id.

Desiantoro, P. (2019). Pengaruh Faktor-faktor dalam Dimensi Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Skripsi Universitas Negeri Semarang, Semarang. Diperoleh 23 Januari 2021, dari https://lib.unnes.ac.id

Detik News. (2013, 2 Feb). Skandal Mencontek Massal, 60 Mahasiswa Harvard Kena Skorsing. Diperoleh 17 November 2020, dari https://news.detik.com/internasional/d-2159488/skandal-mencontek- massal-60-mahasiswa-harvard-kena-skorsing.

Febriana, N. R. (2020). Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Pentagon Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Pada Uji Kompetensi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 8(1), 1–22. Diperoleh 19 September 2020, dari http://jimfeb.ub.ac.id.

Handoyo, E. (2013). Pendidikan Antikorupsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hariri, Pradana, A. W. S., Rahman, F. (2018). Mendeteksi Perilaku Kecurangan Akademik Dengan Perspektif Fraud Diamond Theory. JU-Ke, 2(1), 1–11. Diperoleh 26 Januari 2021, dari http://riset.unisma.ac.id.

Irawan, M. (2017). Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan Tahun 2015 Universitas Negeri Semarang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Diperoleh 23 Januari 2021, dari https://lib.unnes.ac.id.

Kompasiana. (2013, 30 Mei). Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Pendidikan. Diperoleh 17 November 2020, dari https://www.kompasiana.com/anna-rangkuti/5510bfb5a33311c339ba8bca/kecurangan-akademik-pada- mahasiswa-kependidikan.

Murdiansyah, I., Sudarma, M., & Nurkholis. (2017). Pengaruh Dimensi Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik (Studi Empiris Pada Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Brawijaya). Jurnal Akuntansi Aktual, 4(2), 121-133. Diperoleh 17 November 2020, dari http://journal2.um.ac.id.

Nurkhin, A. & Fachrurrozie. (2018). Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Unnes. Liabilities Jurnal Pendidikan Akuntansi, 1 (1), 1–12. Diperoleh 22 September 2020, dari http://jurnal.umsu.ac.id.

Nursani, R., & Irianto, G. (2012). Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiwa: Dimensi Fraud Diamond. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 3(2), 161-331. Diperoleh 22 September 2020, dari https://jimfeb.ub.ac.id.

Pamungkas, D. D. (2015). Pengaruh Faktor-faktor dalam Dimensi Fraud Triangle Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Siswa Kelas XI Akuntansi SMK Negeri 1 Tempel. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Diperoleh 13 September 2020, dari https://eprints.uny.ac.id.

Ruankaew, T. (2016). Beyond the Fraud Diamond. International Journal Management and Economic Research (IJMER), 7(1), 474-476. Diperoleh 16 Januari 2021, dari http://ijbmer.com.

Santosa, S. (2021). Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.

Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sihombing, M. & Budiartha, I. K. (2019). Analisis Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Kecurangan Akademik (Academic Fraud) Mahasiswa Akuntansi Universitas Udayana. E-Jurnal Akuntansi, 30 (2), 361-374. Diperoleh 19 September 2021, dari https://ojs.unud.ac.id

Sugiyono. (2015). Metode Peneltian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Vilakristiyanti. (2019). Pengaruh Fraud Diamond Terhadap Perilaku Kecurangan Akademik Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen Terang Bangsa Tahun Ajaran 2018/2019 Melalui Kontrol Diri Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi Universitas Negeri Semarang, Semarang. Diperoleh 23 Januari 2021, dari http://lib.unnes.ac.id.

Wisnumurti, P. A. (2017). Pengaruh Dimensi Fraud Diamond dan Prokrastinasi Akademik Terhadap Kecurangan Akademik Siswa Kelas X dan XI Kompetensi Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 2 Kota Tegal Tahun 2016/2017. Skripsi Universitas Negeri Semarang, Semarang. Diperoleh 23 Januari 2021, dari https://lib.unnes.ac.id.

Kedua, guru hendaknya tidak mengajar siswa dengan cara tradisional. Guru harus mengatur kelas sebaik mungkin sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif selama kegiatan belajar mengajar melalui pemberian materi dan interaksi sosial (Suparlan, 2019 : 83).

Penerapan model siklus belajar 5E berbantu media powtoon sesuai dengan penjelasan mengenai teori konstruktivisme. Model siklus belajar 5E pada dasarnya menggunakan pendekatan teori konstruktivisme yaitu peserta didik dituntut untuk mengkostruk pengetahuannya melalui serangkaian tahapan kegiatan model siklus belajar 5E (Engage, Explore, Explain, Elaboration, dan Evaluation) berbantu media powtoon. Disamping itu, siswa juga diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa mampu mengembangun pengetahuan melalui pengalaman belajar siswa. Dengan demikian, siswa telah melakukan proses membangun pengetahuan dan siswa telah mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan bagian dari kegiatan berpikir otak dalam mengolah informasi untuk mencapai tujuan tertentu. Gokhale (Wirda, dkk., 2017:69) dalam penelitiannya “Collaborative Learning Enhances Critical Thinking” membuktikan bahwa berpikir kritis mengacu pada apa yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi konsep. Menurut Robert Ennis (Sari, 2019) berpikir kritis berarti berpikir secara cerdas, dan berpikir terfokuskan untuk menentukan langkah selanjutnya yang akan dilakukan.

Berpikir kritis adalah proses berpikir kompleks yang melibatkan pemikiran logis dan pengambilan keputusan melalui proses ilmiah yang sistematis. Adapun manfaat yang diperoleh dari berpikir kritis yang dikemukakan oleh Eliana Crespo (Zakiah, L dan Lestari, I : 2019), yaitu : a) mampu memahami argumen dan keyakinan orang lain; b) mampu membantu mendeskripsikan dan lebih memahami keputusan orang lain; c) mampu membantu menghindari keputusan pribadi yang kurang tepat.

Terdapat indikator berpikir kritis yang diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis tiap individu. Klasifikasi taksonomi bloom dalam ranah kognitif telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001), yaitu menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Menurut Facione (2011:5), terdapat 6 (enam) indikator kemampuan berpikir kritis, antara lain : a) interpretasi, yaitu kemampuan menjelaskan dan mengungkapkan makna suatu masalah; b) analisis, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan menarik kesimpulan tentang hubungan antara konsep, deskripsi, pertanyaan, atau bentuk lain; c) evaluasi, yaitu kemampuan untuk menjangkau kredibilitas pernyataan/pandangan, dan kemampuan menjangkau hubungan antara konsep, deskripsi, dan pernyataan; d) inferensi/menarik kesimpulan, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan menerima unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan; e) menjelaskan, yaitu kemampuan untuk mendukung hasil yang diperoleh secara logis; f) regulasi diri, yaitu kemampuan mengontrol pengetahuan seseorang dan komponen yang digunakan dalam kegiatan pemecahan masalah terutama dalam penerapan kemampuan menganalisis dan mengevaluasi. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Ennis, R.H (1985) bahwa terdapat 5 (lima) indikator kemampuan berpikir kritis. Tiap indikator mencakup sub-indikator yang secara substansial terkait, yaitu klarifikasi dasar, dasar pengambilan keputusan atau dukungan, inferensi, klarifikasi lanjut, strategi dan taktik.

Penelitian ini menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Facione. Indikator kemampuan berpikir kritis ini memiliki kesesuaian dengan kompetensi yang harus dicapai siswa, antara lain : siswa dapat menganalisis, menerapkan dan mengevaluasi pengetahuan faktual, operasional, konseptual, dasar, dan metakognitif secara kritis dan kolaboratif. Aspek penjelasan dan regulasi diri dalam indikator kemampuan berpikir kritis Facione tidak digunakan dalam penelitian ini dengan tidak digunakan dalam penelitian ini dengan alasan aspek tersebut tidak termasuk ke dalam kompetensi yang harus dicapai siswa.

Model Siklus Belajar 5E

Model siklus Belajar 5E merupakan model pembelajaran yang berfokus pada siswa. Model siklus belajar 5E memiliki 5(lima) rangkaian tahapan kegiatan (Engage, Explore, Explain, Elaboration, dan Evaluation) yang disusun sebaik mungkin sehingga siswa akan memperoleh dan menguasai kompetensi yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran melalui peran aktif siswa. Menurut Rodger W. Bybee (Utami, 2019 : 251) model siklus belajar 5E merupakan model pembelajaran berbasis konstruktivisme. Model siklus belajar 5E lebih menekankan pada pentingnya mengawali pengalaman belajar dengan melibatkan siswa dan membangkitkan rasa ingin tahunya (Kazempour et. al., 2020 : 67).

Menurut Utami (2019:252) tahap-tahap siklus pembelajaran 5E dan tugas utama untuk guru dan siswa di setiap tahap sebagai berikut : a) engage (mengajak), pada tahap ini guru merangsang rasa keingintahuan siswa terhadap materi yang dipelajari. Kegiatan ini dapat berupa pengajuan pertanyaan mengenai kehidupan sehari-hari yang sebenarnya; b) explore (menyelidiki), tahap ini siswa mulai membentuk kelompok dan mengembangkan konsep. Siswa berkesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa instruksi langsung dari guru; c) explain (menjelaskan), pada tahap explain guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi kelompok guna menjelaskan atas hasil observasi dengan pemikiran dan perkataannya; d) elaboration (memperluas), pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan keterampilan apa yang telah diperoleh dalam situasi baru atau dalam konteks yang berbeda; e) evaluation (menilai), pada tahap ini guru mengajukan beberapa pertanyaan yang digunakan untuk menilai pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh siswa.

Model siklus belajar 5E dalam proses pembelajaran tentunya terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan selama keterlaksanaannya. Adapun beberapa kelebihan diterapkannya model siklus belajar 5E yang dikemukakan oleh Faajroh dan Desna (Ihsan, 2016) diantaranya : a) membantu dalam pengembangan sikap ilmiah siswa; b) menumbuhkan pemikiran kritis karena siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran; c) belajar menjadi lebih bermakna. Disamping itu, terdapat juga kekurangan dalam penerapan model siklus belajar 5E menurut Pinto, dkk (2014), yaitu : a) jika guru tidak menguasai materi dan tahapan mengajar, sehingga efektifitas pengajaran akan berkurang; b) membutuhkan guru yang serius dan kreatif dalam pengembangan dan pelaksanaan proses pembelajaran; c) membutuhkan manajemen terorganisir untuk kelas yang lebih dalam bahaya; d) dibutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk merencanakan dan menyampaikan pembelajaran.

Model siklus belajar 5E ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang didukung oleh penelitian sebelumnya. Hasil penelitian dari Lusiana, L., et al, (2020), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model siklus belajar 5E terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Setelah diterapkan model siklus belajar 5E, jumlah siswa yang lulus meningkat sebanyak 26 siswa atau meningkat sebesar (76,5).

Media Powtoon

Media powtoon merupakan bagian dari audio-visual yang memberikan banyak stimulus kepada siswa dimana audio-visual dapat melatih siswa dalam hal eksplorasi dan eksperimen, Semenderiadis dan Mortidou (Fitriyani, 2019:106). Powtoon adalah salah satu jenis layanan online yang memiliki fitur animasi menarik saat menyampaikan pesan dalam bentuk video, Mafita Sari & Suci Rohayati (Ariyanto, dkk., 2018:123). Dilihat dari berbagai hasil kemajuan teknologi, menurut Deliviana (2017) mengatakan bahwa powtoon merupakan salah satu contoh keberhasilan teknologi yang digunakan sebagai media pembelajaran yang menarik dan dapat mempermudah penyampaian materi. Hal tersebut membantu pendidik untuk memvisualisasikan materi yang dirasa sulit atau konsep pelajaran yang abstrak.

Terdapat beberapa kelebihan dalam pembuatan media Powtoon menurut Ernalida, dkk (2018 : 133), yaitu hadirnya berbagai fungsi animasi dan efek transisi yang menghadirkan lebih banyak memori. Selain itu, pengaturan timeline di suatu aplikasi bisa dibilang lebih mudah dibandingkan di aplikasi lain yang sejenis lainnya. Selain kelebihan, powtoon juga memiliki kekurangan yang dikemukakan oleh Fitriyani (2019:107), diantaranya : a) software online yang membutuhkan internet untuk membuka; b) durasi terbatas; c) diperlukan internet berkecepatan stabil untuk menghemat, karena hasil akhirnya adalah video dengan banyak memori. Tujuan penggunaan media powtoon adalah memudahkan guru untuk mentransfer pesan atau materi pelajaran bagi siswa yang membuatnya lebih mudah dipahami, lebih menarik dan dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa sehingga mereka mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Marlena, et.al (2019) menyatakan bahwa media audio-visual powtoon, kemunculan materi dalam bentuk animasi yang mudah diakses tentunya akan mempengaruhi pemahaman kognitif siswa dan merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Hal itu didukung Semaan, C & Nour, I (2018) bahwa media powtoon memiliki efek positif pada siswa dalam tingkat keterlibatan, pemahaman dan mengembangkan strategi, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, meringkas, dan menyelesaikan masalah, yang merupakan kemampuan dasar pembelajaran abad ke-21.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment dengan nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Akuntansi dan Keuangan Lembaga tahun ajaran 2020/2021. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) kelas, yaitu kelas XI AKL 2 sebagai kelas eksperimen dan XI AKL 3 sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data menggunakan tes kemampuan berpikir kritis dan observasi. Tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk pilihan ganda (Multiple Choice) yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dan observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model belajar 5E berbantu media powtoon apakah sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Skor observasi yang digunakan dalam bentuk rating scale (skala bertingkat). Skor lembar observasi dihitung menggunakan rumus persentase yang dihitung sebagai berikut :

P = x 100%

P = Angka persentase

f = Jumlah skor yang diperoleh

N = Skor maksimal

Kemudian klasifikasikan data persentase yang diperoleh ke dalam kategori yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kategori Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

(Sumber : Riduwan, 2015 : 15)

Teknis analisis data dalam penelitian ini , meliputi pengolahan dan penyajian data, serta perhitungan yang mendeskripsikan data dan menguji hipotesis melalui pengujian statistik. Sebelum melanjutkan analisis data, diuji dahulu hasil pre-test dan post-test kemampuan berpikir kritis siswa sebagai uji persyaratan untuk mengetahui data normalitas dan homogenitas.

Uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji statistik Levene. Setelah mengetahui bahwa hasil analisis uji persyaratan menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan bersifat homogen, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent sample t-test.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Deskripsi Data

Hasil penelitian terdiri dari dua jenis data, yaitu data kemampuan berpikir kritis siswa sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Data yang diperoleh berasal dari hasil pre-test dan post-test untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan tes soal pilihan ganda (Multiple Choice). Data kemampuan berpikir kritis siswa didapatkan dari hasil pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pre-test dan Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(Sumber: Data Primer Diolah, 2021)

Tabel 2 diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen meningkat sebesar 16 poin, dari 62 menjadi 68, sedangkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol hanya meningkat sebesar 10 poin, dari 58 menjadi 68. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Indikator kemampuan berpikir kritis siswa terdiri dari 4 (empat) yang meliputi kemampuan interpretasi, kemampuan analisis, kemampuan evaluasi, dan kemampuan inferensi/menarik kesimpulan. Indikator kemampuan berpikir kritis tersebut disesuaikan dengan materi penerapan produksi dan pelayanan usaha pada penelitian ini, yaitu indikator pertama adalah kemampuan interpretasi (mengkategorikan pengelolaan persediaan produksi/pelayanan usaha). Indikator kedua adalah kemampuan analisis (menganalisis penerapan proses produksi/pelayanan usaha). Indikator ketiga adalah kemampuan evaluasi (mengevaluasi pelengkap produksi yang dibutuhkan dalam memproduksi/melakukan pelayanan usaha). Indikator keempat adalah kemampuan inferensi/menarik kesimpulan (memproduksi/ /melakukan pelayanan usaha). Hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditinjau dari indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang disesuaikan dengan materi penerapan produksi dan pelayanan usaha dengan persentase pencapaian setiap indikator tersebut dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 1. Histogram Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Ditinjau dari Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa yang Disesuaikan dengan Materi Penerapan Produksi dan Pelayanan Usaha.

Gambar 1 menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelas dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi adalah kelas eksperimen yang menerapkan model siklus belajar 5E berbantu media powtoon dalam proses pembelajaran.

Hasil Uji Persyaratan

Sebelum melanjutkan uji hipotesis, dilakukan uji persyaratan yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji tersebut untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal, dan bersifat homogen atau tidak homogen. Uji normalitas dan uji homogenitas dalam penelitian ini diuji dengan bantuan program SPSS Versi 25.0 for Window.

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan pengambilan keputusan dalam uji statistik Kolmogorov-Smirnov, yaitu jika nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak, sedangkan jika nilai sig. > 0,05 maka H0 diterima. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(Sumber: Data Primer Diolah, 2021)

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa data kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol baik sebelum dan setelah perlakuan menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena kedua kelas tersebut memiliki nilai sig. > 0,05.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, pengujian data homogenitas dilakukan menggunakan uji statistik Levene dengan kriteria pengambilan keputusan jika nilai sig. > 5% atau 0,05 maka variansi masing-masing sampel adalah homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(Sumber: Data Primer Diolah, 2021)

Berdasarkan tabel 4 diketahui hasil uji homogenitas data antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan kedua kelas tersebut homogen karena memiliki nilai sig. > 0,05, sehingga dinyatakan keduanya layak untuk menjadi sampel penelitian.

Uji Hipotesis

Setelah mengetahui hasil analisis uji persyaratan yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan bersifat homogen, maka dapat dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Uji hipotesis menggunakan independent sample t-test dengan bantuan program SPSS Versi 25.0 for Window. Tingkat signifikansi dalam penelitian ini sebesar 5% dengan kriteria pengujian jika nilai signifikan <0,05 maka H0 ditolak. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

(Sumber : Data Primer Diolah, 2021)

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa hasil uji independent sample t-test menunjukkan thitung sebesar 3,436 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 dengan keputusan H0 ditolak.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model siklus belajar 5E berbantu media powtoon berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMK. Hal ini dibuktikan melalui perolehan independent sample t-test dimana thitung sebesar 3,436 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Disamping itu rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen meningkat sebesar 16 poin, dari 62 menjadi 68, sedangkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol hanya meningkat sebesar 10 poin, dari 58 menjadi 68. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi kemampuan berpikir kritis siswa ada pada kelas eksperimen yang menerapkan model siklus belajar 5E berbantu media powtoon dalam proses pembelajaran.

Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model siklus belajar 5E berbantu media powtoon menunjukkan bahwa persentase keterlaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 83% dalam kategori sangat baik.

Model siklus belajar 5E diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,

karena model tersebut melibatkan peran aktif siswa dalam setiap tahapan kegiatannya, yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Guna memanfaatkan model siklus belajar 5E secara maksimal, diperlukan dukungan media powtoon yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang secara optimal. Media powtoon dapat menciptakan suasana belajar menjadi menarik dan lebih bermakna, serta siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar 5E berbantu media powtoon berpengaruh terhadap peningkatan kemampu an berpikir kritis siswa SMK. Hal ini mendukung pembelajaran dalam penelitian ini yang mengacu pada teori konstruktivisme, yakni proses pembelajaran yang memfokuskan siswa mengembangan pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar yang telah diperolehnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya dari Lusiana, L., et al, (2020) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model siklus belajar 5E terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian lain dari Semaan, C & Ismail, N (2018) menunjukkan media powtoon memiliki efek positif pada siswa dalam tingkat keterlibatan, pemahaman dan mengembangkan strategi, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, meringkas, dan menyelesaikan masalah, yang merupakan kemampuan dasar pembelajaran abad ke-21.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar 5E berbantu media powtoon berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMK. Hal ini dibuktikan melalui perolehan independent sample t-test dimana thitung 3,436 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Disamping itu rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen sebelum dan setelah perlakuan meningkat sebesar 16 poin, dari 62 menjadi 78.

DAFTAR PUSTAKA

Alsaleh, N.J.(2020). Teaching Critical Thinking Skills: Literature Review. TOJET : The Turkish Online Journal of Educational Technology, 19(1), 21-39.

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Ariyanto, R., Kantun, S., & Sukidin, S. (2018). Penggunaan Media Powtoon Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Pelaku-Pelaku Ekonomi Dalam Sistem Perekonomian Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan Ilmu Sosial, 12(1), 122-127.

Baidillah, I. (2016). Penerapan Problem Based Learning Dalam Kerangka Lesson Study Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa. Journal of Accounting and Business Education, 2(4), 1-11.

Deliviana, E. (2017). Aplikasi PowToon Sebagai Media Pembelajaran : Manfaat dan Problematikanya. Journal of Chemical Information and Modeling, 1689–1699.

Ernalida, dkk. (2018). Powtoon: Media Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi sebagai Upaya dalam Menciptakan Pembelajaran yang Menarik dan Kreatif. Jurnal Logat, 5(2), 132-138 .

Ennis, R.H. (1985). Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills. Educational Leadership, 43(2), 44-48.

Facione, P. A. (2011). Critical thinking: What it is and why it counts. Insight assessment, 2007(1), 1-23.

Firdaus, F., Kailani, I., Bakar, M. N. Bin, & Bakry, B. (2015). Developing Critical Thinking Skills of Students in Mathematics Learning. Journal of Education and Learning (EduLearn), 9(3), 226-236.

Fitriyani, N. (2019). Pengembangan Media Pembelajaran Audio-Visual Powtoon Tentang Konsep Diri Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Tunas Bangsa, 6(1), 104–114.

Ihsan, N. (2016). Implementasi Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pemeliharaan Chasis Dan Sistem Pemindah Tenaga Kompetensi Sistem Rem Pada Siswa Kelas XI Teknik Kendaraan Ringan Di SMK 45 Wonosari (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta.

Kazempour, M., Amirshokoohi, A., & Blamey, K. (2020). Putting Theory to Practice: Teaching the 5E Learning Cycle through Immersive Experiences for Pre-Service Teachers. European Journal of Science and Mathematics Education, 8(1), 67–75.

Kemdikbud. (2020). Pentingnya Konsep 4C dalam Pembelajaran Abad 21. Diperoleh pada 17 Januari 2021, dari

http://pauddikmasaceh.kemdikbud.go.id/news/pentingnya-konsep-4c dalam-pembelajaran-abad-21/index.html

Lusiana, L., Munzil, M., & Yulianti, E. (2020). Analysis of Critical Thinking Skills Among Seventh Grade Students in the Solar System Topic through 5E Learning Cycle Model. Proceedings of the International Conference on Learning Innovation 2019 (ICLI 2019),118–123. Malang: Atlantis Press.

Marlena, N., Dwijayanti, R., & Widayati, I. (2019). Is Audio Visual Media Effective for Learning?. 1st International Conference on Education, Social Sciences and Humanities (ICESSHum 2019), 260–264. Surabaya: Atlantis Press.

Pinto, L.E. dkk.(2014). 95 Strategi Pengajaran. Jakarta: Indeks.

Fatra, M., Rizki, A., Maryati, T.K. (2020). Concept-Based Learning dan Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Maifalinda. ALGORITMA Journal of Mathematics Education (AJME), 2(1) 73-85.

Riduwan.(2015). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Semaan, C. & Nour, I. (2018). Research Article the Effect of Using Powtoon on Learning English As a Foreign Language. International Journal of Current Research, 10(05), 69262–69265.

Sari, A. A. I., & Wutsqa, D. U. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Inquiry Berorientasi Kemampuan Berpikir Kritis. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 14(1), 56–70.

Sari, K. J. (2019). “Aspek Aspek Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.” Diperoleh 06 Januari 2021, dari https://doi.org/10.31219/osf.io/bsdyg

Supardan, D. (2016). Teori dan Praktik Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Edunomic, 4(1), 1–12.

Suparlan, S. (2019). Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Islamika, 1(2), 77-88.

Kaitkan dengan penelitian..

Kaitan antara teori konstruktivisme dengan penelitian

Ini kok todak ada di pembahsanà karena di bab3 ada, sebaiknya dibahas

Mohon maaf Ibu, terkait uji tingkat kesukaran soal dan uji daya pembeda soal yang telah saya tuliskan sebelumnya saya hilangkan, dikarenakan didalam pembahasan hanya membahas hasil penelitian saja….

Mohon maaf Ibu,pada hasil penelitian dan pembahasan saya rapihkan kembali untuk penulisan subbab supaya terlihat lebih jelas …

Yang sudah ada di gambar tidak perlu diebutkan.. simpulkan saja

Penjelasan pada gambar 1 sudah saya perbaiki, hanya menuliskan simpulan nya saja..

spasi

Spasi sudah saya perbaiki..

berpengaruh atau berbeda--? Lihat di abstrak..

Berpengaruh, Ibu..

berpengaruh tau berbedaà lihat di abstrak seusiakan

Berpengaruh, Ibu..

Daftar Pustaka sudah saya cek kembali dan saya perbaiki, Ibu ..

cek lagi cara penilisan daftar pustaka

Sumber: Data Sekunder Diolah (2020)

Tabel 5. Hasil uji uji beda Wilcoxon sign rank test Bank BRI Syariah

Sumber: Data Sekunder Diolah(2020)

Berdasarkan tabel 4 dan 5 dapat simpulkan bahwa dari 6 rasio yang diteliti pada Bank BRI Syariah terdapat 2 rasio yang mengalami perbedaan yaitu Net operation Margin (NOM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil ini sejalan dengan penelitian Siahaan dan Gandakusuma (2015) yang mengatakan terdapat perbedaan pada rasio CAR sebelum dan sesudah IPO. Hanya saja terdapat perbedaan hasil pada rasio NOM dengan penelitian yang dilakukan Siahaan dan Gandakusuma (2015) tidak terdapat perbedaan pada rasio NOM.

Perbedaan pada rasio NOM yang mewakili variabel earning mengindikasikan bahwa, terdapat perbedaan pendapatan yang diperoleh bank setelah IPO. Menurunnya nilai NOM disebabkan oleh pergerakan harga saham yang terus mengalami penurunan. Hal ini juga dialami oleh IHSG yang mencatat kinerja yang baik pada bulan Februari 2019, namun setelahnya terus mengalami penurunan hingga September 2019. IHSG yang fluktuasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal dan yang paling signifikan adalah perang dagang yang berkepanjangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Faktor lain yang membuat IHSG bergerak fluktuasi adalah earning per share (EPS) atau harga perlembar saham emiten di Bursa efek Indonesia berada pada kisaran 3%. Padahal diawal tahun, EPS diharapkan bisa mencapai 10%. EPS yang kurang mengesankan menjadi cerminan performa perusahaan-perusahaan yang tidak bisa menghasilkan pertumbuhan laba bersih yang tinggi.

Pencapaian pertumbuhan laba bersih BRI Syariah di kuartal ke-IV 2018 mengalami penurunan secara QoQ. Demikian pula pertumbuhan laba bersih sepanjang tahun 2019 yang setiap kuartalnya mengalami pengalami penurunan secara YoY. Langkah manajemen dalam mengatasi risiko penyaluran pembiayaan menyebabkan tingkat laba bersih menurun.

Bank BTPN Syariah

Tabel 6. Hasil uji paired sample t-test Bank BTPN Syariah

Sumber: Data Sekunder Diolah(2020)

Tabel 7. Hasil uji Wilcoxon sign rank test Bank BTPN Syariah

Sumber: Data Sekunder Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 6 dan 7 dapat simpulkan bahwa dari 6 rasio yang diteliti pada Bank BTPN Syariah terdapat 3 rasio yang mengalami perbedaan yaitu Net operation Margin (NOM), ROA (Capital Adequacy Ratio) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) . Hasil ini sejalan dengan penelitian Siahaan & Gandakusuma, 2015 yang mengatakan terdapat perbedaan rasio CAR sebelum dan sesudah IPO pada seluruh Bank Syariah tetapi hanya Bank BJBR yang memiliki perbedaan rasio ROA sebelum dan sesudah IPO.

Berdasarkan pada rasio ROA dan NOM yang mewakili variabel earning mengindikasikan bahwa, terdapat perbedaan laba yang diperoleh oleh bank setelah go public. Meningkatnya nilai ROA dan NOM disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan pembiayaan sepanjang tahun 2018 sebesar 20,2% jauh diatas rata-rata perbankan syariah. Hal itu juga mendongkrak total aset hingga 31,5%. Dengan meningkatnya pembiayaan sepanjang tahun 2018 merupakan suatu strategi dalam meningkatkan efesiensi dan jaringan BTPNS. Selain itu, BTPNS juga berhasil meningkatkan laba bersih sebesar Rp130 perlembar saham yaitu sebesar R965 miliar.

Melalui pertumbuhan pembiayaan, BTPNS berhasil membukukan peningkatan sebesar 16.5% dibandingkan sebelum go public menjadi sebesar Rp7.6 triliun, tercatat margin bersih meningkat sebesar 20,3% menjadi Rp3,08 triliun dan Pendapatan Beban Operational sebesar 20,5% menjadi Rp3,09 triliun. Selain itu, Laba Bersih Setelah Pajak (NPAT) juga ikut meningkat sebesar 44.0%. sehingga ROA naik menjadi 12.4% dan NOM naik menjadi 13.61%.

Perbedaan pada rasio CAR yang mewakili variabel capital mengindikasikan bahwa modal yang diperoleh oleh bank setelah IPO berbeda dengan sebelum IPO. Hal ini juga diperkuat oleh hasil uji Pired sample t test menunjukkan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah IPO. Meningkatnya nilai CAR disebabkan oleh penambahan modal (IPO) sebanyak Rp751 miliar pada awal tahun 2018 sehingga permodalan (CAR) mencapai 40% jauh diatas KPMM yang ditetapkan oleh BI yaitu sebesar 8%. Total modal (inti dan pelengkap) menjadi 3,8 triliun yang disebabkan oleh tambahan laba besih sebesar Rp965miliar.

Perbandingan Financial Distress Bank Umum Syariah Sebelum Dan Sesudah Go Public

Panin Bank Syariah

Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat z-score sebelum maupun sesudah IPO. Nilai CAR maupun ROA yang fluktuatif sebelum dan sesudah IPO mengakibatkan laba maupun modal tidak mengalami peningkatan (yang lebih baik). Hal ini sejalan dengan penelitian Sari, (2019) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kinerja Panin Bank Syariah sebelum dan sesudah go public.

Tabel 8. Hasil uji paired sample t-test Panin Bank Syariah

Sumber: Data Sekunder Diolah (2020)

Berdasarkan data di atas kinerja PBS tidak mengalami peningkatan (yang lebih baik) secara signifikan antara sebelum dan sesudah go public. Meskipun telah mendapatkan penambahan dana pada tahun 2014 menjadi 31.5% akan tetapi belum bisa meningkatkan efisiensi penggunaan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini dilihat dari menurunnya nilai ROA dari kuartal I 2015 hingga kuartal III 2015. Penurunan ini disebabkan oleh merosotnya perekonomian Indonesia yang mengakibatkan menurunnya pendapatan perusahaan.

Panin Bank Syariah terus berupaya meningkatkan laba melalui berbagai stretegi seperti penerbitan surat berharga syariah, memperbaiki sarana informasi dan membuat inovasi produk demi meningkatkan layanan nasabah.

Bank BRI Syariah

Tabel 9. Hasil uji paired sample t-test Bank BRI Syariah

Sumber: Data Sekunder Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat financial distress sebelum dan sesudah go public. Nilai z-score BRI Syariah setelah go public lebih baik dibandingkan sebelum go public menunjukkan semakin kecil tingkat financial distress atau potensi kebangkrutan setelah go public. Meningkatnya nilai z-score setelah go public salah satunya dipicu oleh penambahan modal dari saham yang di share ke masyarakat sebesar Rp1,3 triliun sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan aset sebesar 20,20% menjadi Rp37,91 triliun dan pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 14,96% menjadi sebesar Rp21,86 triliun. Hal ini sejalan dengan penelitian Afiqoh & Laila (2018) yang menyatakan rasio CAR dapat menjadi potensi bagi bank dalam menguatkan aset berisiko.

Meskipun mengalami penurunan pada rasio ROA yang disebabkan oleh harga saham yang berada dibawah nominal, namum hal tersebut tidak menunjukkan fundamental BRIS secara keseluruhan. Dengan tingkat modal yang ada BRIS mampu meningkatkan pembiayaan hingga 25,29% dan dibantu oleh pertumbuhan pembiayaan pada segmen UMKM, konsumen maupun mikro, sehingga memiliki fundamental yang cukup kuat dalam menghadapi tantangan kedepannya, khususnya kemampuan dalam meningkatkan performa usaha dan laba.

Bank BTPN Syariah

Tabel 10. Hasil uji paired sample t-test Bank Panin BTPN Syariah

Sumber: Data Sekunder Diolah (2020)

Berdasarkan tabel 10 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat financial distress sebelum dan sesudah IPO. Meningkatnya nilai z-score yang cukup drastis ini menunjukkan semakin kecil tingkat financial distress atau potensi kebangkrutan pada Bank BTPN Syariah. Artinya kinerja Bank BTPN Syariah lebih baik setelah go public. Hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah CAR sebesar 13,4% menjadi 41.16% pada akhir September 2019.

Selain berasal dari dana IPO, peningkatan ini juga ini juga dikarenakan penggunaan laba bank untuk memperkuat modal usaha bank. Hal ini serupa dengan penelitian Khaddafi et al. (2017) yang mengatakan modal kerja menunjukkan probabilitas aset perusahaan yang mampu menghasilkan laba operasional seperti yang diharapkan perusahan perbankan besar. Tingginya nilai CAR telah membantu BTPNS dalam meningkatkan pendapatan serta memperkuat sarana teknologi maupun operational.

Disisi lain, peningkatan jumlah z-score juga disebabkan oleh meningkatnya nilai laba yang dilihat dari rasio ROA menjadi 13,05% pada akhir September 2019. Kenaikan laba ini dipicu oleh meningkatnya tingkat pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat sebesar 20,2% pada September 2018 diatas rata-rata perbankan syariah.

Disamping itu BTPN Syariah selalu menekankan penerapan manajemen risiko dengan sangat hati-hati. Hal ini dilakukan melalui proses identifikasi, penilaian, pemantauan dan pengendalian risiko agar risiko yang ada dapat ditangani dengan cepat. Sehingga tidak terjadinya financial distress maupun kebangkrutan.

SIMPULAN

Penelitian ini membandingkan apakah terdapat perbedaan kesehatan bank dan financial distress sebelum dan sesudah go public pada Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Tingkat kesehatan bank yang diukur dari 6 rasio yang diteliti pada Panin Bank Syariah, yang terdiri dari Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposite Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG), Return on asset (ROA), Net operation Margin (NOM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terdapat 1 rasio yang mengalami perbedaan yaitu dan Net Operation Margin (NOM). Tidak terdapat perbedaan tingkat financial distress sebelum dan sesudah go public. Hal ini disebabkan oleh penurunan laba setelah go public dikarenakan melemahnya perekonomian Indonesia pada tahun 2014-2015.

Tingkat kesehatan bank yang diukur dari bahwa dari 6 rasio yang diteliti pada Bank BRI Syariah yang terdiri dari Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposite Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG), Return on asset (ROA), Net operation Margin (NOM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terdapat 2 rasio yang mengalami perbedaan yaitu Net operation Margin (NOM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Terdapat perbedaan tingkat financial distress sebelum dan sesudah go public. Dimana BRI Syariah lebih stabil setelah go public dibandingan sebelum go public. Hal ini disebabkan oleh penambahan modal IPO yang membuat BRI Syariah tetap stabil meskipun terdapat penurunan pada rasio NOM.

Tingkat kesehatan bank yang diukur dari 6 rasio yang diteliti pada Bank BTPN Syariah yang terdiri dari Nom Performing Financing (NPF), Financing to Deposite Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG), Return on asset (ROA), Net operation Margin (NOM) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Terdapat 3 rasio yang mengalami perbedaan yaitu Net operation Margin (NOM), ROA (Capital Adequacy Ratio) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Serta terdapat perbedaan tingkat financial distress dimana Bank BTPN Syariah lebih stabil setelah go public, yang disebabkan oleh meningkatnya rasio CAR yang oleh penambahan modal dari IPO mampu mendongkrak tingkat pembiayaan yang juga mengakibatkan peningkatan pada rasio ROA dan NOM.

Dalam penelitian ini menggunakan dimensi waktu (time series) dan penelitian dilakukan secara cross sectional dimana data yang digunakan berupa data triwulan bank umum syariah yang telah go public. Oleh karena itu disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat menambah periode penelitian dan variabel-variabel lainnya agar terdapat pembaharuan penelitian melalui variabel-variabel yang ditambahkan. Selain itu, menguji kesehatan bank dan financial distress juga memperluas peneliti dengan melihat ada tidaknya praktik penerapan pendekatan RBBR yang baik pada bank syariah baik pada periode sebelum maupun sesudah go public.

REFERENSI

Afiqoh, L., & Laila, N. (2018). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Risiko Kebangkrutan Bank Umum Syariah Di Indonesia (Metode Altman Z-Score Modifikasi Periode 2011-2017). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam (Journal of Islamic Economics and Business), 4(2), 166. https://doi.org/10.20473/jebis.v4i2.10757

Ahya, F., Iman, N., & Widodo, A. (2016). Penilaian Kinerja Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Metode Economic Value Added. Ekonomika Bisnis, 7(1), 15-22. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jeb

Al-Banna, H. (2017). Vulnerability in Islamic Banking: Case of Indonesia. Global Review of Islamic Ekonomics and Business, 5(2), 094–105. https://doi.org/10.1002/ejsp.2570

Altman,E.I. (2000). Predicting Financial Distress of Companies: Revisinting Z-Score and Zera ® Models. Update from E. Altman, Financial Tarios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy, Journal of Banking & Finance,1.

Anggraini, R., Yulia, & Umrie, R. H. (2017). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Sebelum Dan Sesudah Spin Off. Ekspektra, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 1(1), 11–20. https://doi.org/10.25139/ekt.v1i1.88

Armereo, C. (2015). Probabilitas Bank Syariah Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini, 06(01)

Čihák, M., & Hesse, H. (2010). Islamic Banks and Financial Stability: An Empirical Analysis. In Journal of Financial Services Research (Vol. 38). https://doi.org/10.1007/s10693-010-0089-0

Dundang, Familianus. (2018). Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode RGEC (Studi kasus Maybank Indonesia dan Bank Mega periode 2015-2016. eJournal Administrasi Bisnis, 6 (1): 77-89

Fitriana, N., Rosyid, A., & Fakhrina, A. (2015). Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Bank Syariah Dan Konvensional Dengan Menggunakan Metode Rgec ( Risk Profile , Good Corporate Governance , Earnings , Dan Capital ). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, 17(2), 1–12.

Ihsan, D. N., & Kartika, S. P. (2016). Potensi Kebangkrutan Pada Sektor Perbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis. Etikonomi, 14(2). https://doi.org/10.15408/etk.v14i2.2268

Irwansyah. (2017). Bankruptcy Prediction of the Company Using Altman Z–Score Method for the Conventional Banks Registered in the Indonesia Stocks Exchange (Bei). The Management Journal of Binaniaga, 2(02), 11. https://doi.org/10.33062/mjb.v2i02.132

Kasmir. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khaddafi, M., Falahuddin, Heikal, M., & Nahdari, A. (2017). Analysis Z-score to Predict Bankruptcy in Banks Listed in Indonesia Stock Exchange. International Journal of Economics and Financial Issues, 7(3), 326–330.

Kurniawan, A. (2011). SPSS Serba Serbi Analisis Atatistik Dengan Cepat dan Mudah. Jakarta: Jasakom.Santoso, S. (2010a). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Muhamad. (2011). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Muhamad. (2015). Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Muhammad. (2005). Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Munawir. (2001). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Nanang Martono. (2011). Analisis LaporanKeuangan. Yogyakarta: Liberty Odeduntan, A. K., Adewale, A. A., & Haisu, S. (2016). Financial Stability of Islamic Banks : Empirical Evidence. Journal of Islamic Banking and Finance, 4(1), 39–46. https://doi.org/10.15640/jibf.v4n1a5

Otoritas Jasa Keuangan. Surat Edar Otoritas Jasa Keuangan No.10/02/2014. Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Prastowo, D. (2011). Analisis Laporan Keuangan YKPN

Plat, H., & Plat, M. . (2002). Predicting Financial Distress. Jurnal of Financial Service Proffsional, 6, 12.

Santoso, S. (2010a). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, S. (2010b). Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sari, Y. M. (2019). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah sebelum Dan Sesudah Tedaftar di BEI. I-Finance, 5(1), 70–84.

Sari, Y. M. (2019). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah Sebelum dan Sesudah Terdaftar Di BEI. I-Finance, 5(1), 70-84.

Siahaan, M. R., & Gandakusuma, I. (2015). Analisis Kinerja Keuangan Bank Sebelum Dan Setelah Initial Public Offering ( Ipo ) Dengan Pendekatan Rasio Camel Periode Go Public 2007-2010.

Susilo, Y. S., Triandu, S., Santoso, A. T. B. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Salemba Empat.

Usman, R. (2012). Aspek Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.

dari https://lib.unnes.ac.id.

Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond: Considering the Four Elements of Fraud. CPA Journal. 74 (12), 38-42. Diperoleh 15 Januari 2021, dari https://digitalcommons.kennesaw.edu/facpu.

Zamzam, I., Mahdi, S. A. R., Ansar, R. (2017). Pengaruh Diamond Fraud dan Tingkat Religiuitas Terhadap Kecurangan Akademik (Studi Pada Mahasiswa S-1 di Lingkungan Perguruan Tinggi Se Kota Ternate. Jurnal Ilmiah Akuntansi Peradaban, 3 (2). Diperoleh 19 September 2020, dari http://journal.uin-alauddin.ac.id.




DOI: https://doi.org/10.20961/jppak.v2i2.60555

Refbacks

  • There are currently no refbacks.






JPPAK
Print ISSN: 
Online ISSN: 2807-6575
Website: 
Email: 
Published by: Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami Street, No. 36A, Surakarta, Jawa Tengah 57126