The Slums’s Level Analysis using AHP Method based on Geographic Information System in Magelang City
Abstract
Kota Tanpa Kumuh program (KOTAKU) is one of strategic efforts of the Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat to expedite the handling of the slums in Indonesia, using 7 measurement indicators, but each level of the slums’s indicator do not have clear weights because the weighting criteria used are still subjective. Therefore, the comparison is done by giving weights for 7 existing indicators using the method of Analytic Hierarchy Process (AHP). The output will be generated from this research is the result of spatial analysis in the form of a map of slums, which uses the natural breaks classification method with classification: non-slum settlements, settlements with moderate slums, and settlements with severe slums in Magelang City and a comparison between the results of the processing of AHP with the original data. Using indicators of the condition of the building as an indicator that most affect. There are 49 RT-RW that have severe condition, 119 RT-RW that have moderate status and the rest in non-slum settlements.
ABSTRAK
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah satu dari sejumlah upaya strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mempercepat penanganan permukiman kumuh di Indonesia, dengan menggunakan 7 indikator pengukuran tingkat kekumuhan, namun setiap indikator permukiman kumuh belum memiliki bobot yang jelas karena bobot kriteria yang digunakan masih bersifat subjektif. Perbandingan dilakukan dengan memberikan bobot untuk 7 indikator kekumuhan yang ada dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Output yang nantinya akan dihasilkan dari penelitian ini adalah hasil analisis spasial berupa peta permukiman kumuh, yang menggunakan metode klasifikasi natural breaks dengah kategori tidak kumuh, kumuh sedang, kumuh berat pada Kota Magelang serta perbandingan antara hasil pengolahan AHP dengan data dari KOTAKU. Menggunakan indikator kondisi bangunan gedung sebagai indikator yang paling mempengaruhi kondisi kekumuhan. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat 49 RT-RW yang memiliki status kumuh berat, 119 RT-RW yang memiliki status kumuh sedang dan sisanya dalam kondisi tidak kumuh.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)Refbacks
- There are currently no refbacks.