Narasi Pastoral Puisi “Lir-Ilir” dan “Ngelmu Pring” Karya Sindhunata: Kajian Ekokritik
Abstract
Kajian ekologi adalah kajian yang sedang diminati pada masa kini seiring dengan ancaman bencana dan krisis lingkungan secara global. Pada perkembangannya, kajian ekologi juga dapat didekati dengan kajian sastra (hijau), yaitu studi ekokritik. Artikel ini merupakan studi ekokritik sastra yang berfokus pada kajian narasi pastoral dalam karya sastra. Objek kajian artikel ini adalah puisi “Lir-Ilir” dan “Ngelmu Pring” karya Sindhunata dalam antologi puisi Air Kata-Kata (2019). Analisis data berupa deskriptif-kualitatif yang mengidentifikasikan (1) tokoh bucolic, (2) konstruksi arcadia, dan (3) unsur retreat dan return. Hasil analisis puisi “Lir-Ilir” dan “Ngelmu Pring” menunjukkan bahwa (1) tokoh bucolic tidak hanya berupa tokoh dalam puisi, yaitu anak-anak gembala, tetapi juga penulis yang hadir sebagai narator/”dalang” yang membawa pesan-pesan ekologis; (2) konstruksi arcadia menujukkan bahwa alam hadir tidak hanya secara ideal-normatif yang indah dan sempurna, tetapi juga dapat dikonstruksikan dalam perbandingan dan metafora yang ekstrem dan vokal sebagai ibu yang “seksi dan sintal”; dan (3) unsur retreat dan return tidak hanya menunjukkan bahwa alam yang “ideal” dan yang “diidealkan” adalah satu-satunya jalan pelarian kehidupan urban, tetapi unsur ini mencakup refleksi pelajaran hidup manusia melalui alam.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anggarista, R., & Munasip. (2020). Narasi pastoral dan kritik ekologi dalam ontologi cerpen Temukan Warna Hijau yang diprakarsai Reni Erina (Kajian ekokritik sastra). PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya, dan Pariwisata, 1(2), 85–92. Retrieved from http://ejournal.unwmataram.ac.id/penq/article/view/403
Buell, L. (2015). Representing the environment. In K. Hiltner (Ed.), Ecocriticism: The essential reader (pp. 63–76). New York, NY: Routledge.
Dewi, N. (2016). Ekokritik dalam sastra Indonesia: Kajian sastra yang memihak. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 15(1), 19–37. https://doi.org/10.14421/ajbs.2016.15102
Gifford, T. (1999). Pastoral. London, England: Routledge.
Hiltner, K. (Ed.). (2015). Ecocriticism: The essential reader. New York, NY: Routledge.
Merchant, C. (2015). Nature as female. In K. Hiltner (Ed.), Ecocriticism: The essential reader (pp. 137–149). New York, NY: Routledge.
Müller, T., & Sauter, M. (Eds.). (2012). Literature, ecology, ethics: Recent trends in ecocriticism. Heidelberg, Germany: Universitätsverlag Winter.
Sindhunata. (2019). Air kata-kata. Jakarta, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sukmawan, S., & Setyanto, A. (2015). Kajian sastra pastoral terhadap Bantalku Ombak Selimutku Angin, D. Zawawi Imron. Jurnal Ilmiah Edukasi & Sosial, 6(2), 159–172. Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/320444470
Sukmawan, S. (2016). Ekokritik sastra: Menanggap sasmita arcadia. Malang, Indonesia: UB Press.
Taum, Y. Y. (1997). Pengantar teori sastra. Ende, Flores, Indonesia: Penerbit Nusa Indah.
Taum, Y. Y. (2017). Kritik sastra diskursif: Sebuah reposisi. In Kritik sastra yang memotivasi dan menginspirasi (pp. 10–25). Jakarta, Indonesia: Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Teeuw, A. (2003). Sastra dan ilmu sastra. Jakarta, Indonesia: PT Dunia Pustaka Jaya.
Wiryamartana, I. K. (2019). Poetika Jawa dalam kancah sastra Indonesia. In G. B. Subanar (Ed.), Sraddha-Jalan Mulia: Dunia Sunyi Jawa Kuna (pp. 45–60). Jakarta, Indonesia: Kepustakaan Populer Gramedia.
Wiyatmi, Suryaman, M., & Swatikasari, E. (2019). Ekofeminisme: Kritik sastra berwawasan ekologis dan feminis. Yogyakarta, Indonesia: Cantrik Pustaka.Refbacks
- There are currently no refbacks.