Efek Perbedaan Sumber Protein dan Rasio Urea-Molases dalam Pakan Suplemen yang Ditambahkan dalam Ransum Terhadap Produksi Mikrobia Rumen Secara In Vitro
Abstract
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan pakan sumber protein (bungkil kedelai dan daun lamtoro) yang disusun dalam pakan suplemen terhadap sintesis mikrobia rumen yang tercermin dari proses fermentasi dan produksi N mikrobia rumen secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian UNS dan Laboratorium Biokimia Nutrisi, Fakultas Peternakan UGM, selama 10 bulan. Rumput lapangan sebagai ransum basal dan pakan suplemen disusun dengan komposisi yang berbeda, urea : molases = 1:5, 1:6, 1:7, bungkil kedelai (BK) dan daun lamtoro (DL). Adapun susunan ke 6 perlakuan yang diterapkan adalah T1(BK-UM1:5), T2 (DL-UM1:5) T3(BK-UM1:6), T4 (DL-UM1:6) T5(BK-UM1:7), T6 (DL-UM1:7). Penelitian ini dilakukan dengan metode in vitro gas test (Menke dan Steingass, 1979), sumber inokulum yang digunakan diambil dari sapi berfistula rumen. Pengambilan cairan rumen dilakukan sebelum pakan pagi hari didistribusikan.
Derajat keasaman (pH) cairan rumen, berturut-turut 6,87; 6,81; 6,79; 6,80; 6,82 dan 6,81. pH ini berada pada kondisi normal untuk terjadinya fermentasi mikrobial yang optimal. Proses fermentasi mikrobial berjalan dengan baik sehingga produksi VFA nya pun cukup baik, berturut-turut, 100,82; 98,85; 92,49; 102,66; 100,14 dan 84,68 mM. Hasil yang diperoleh untuk C2 adalah 67,84; 71,17; 62,50; 66,34; 65,86 dan 57,84 mM. Sedangkan produksi C3, berturut-turut 22,66; 21,71; 20,08; 26,62; 24,08 dan 19,42 mM. Namun rasio C2/C3 nyata (P<0,05) dipengaruhi oleh perlakuan. Perbedaan yang nyata terjadi pada rasio urea : malases = 1:6, bahwa penggunaan BK dan DL nyata (P<0,05) mengubah rasio C2/C3. Tinggi rendahnya NH3 ini menunjukkan sifat solubilitas protein dalam pakan dan optimalisasi sintesis mikrobia rumen. Konsentrasi NH3 yang dihasilkan berturut-turut 26,19; 25,41; 27,05; 25,54; 26,55 dan 25,78 mg/100ml..Produksi N mikrobia yang tertinggi (5,28 mg/100ml) dicapai oleh T5 (BK-UM1:7) dan sangat nyata (P<0.01) dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sehingga pada tingkat produksi VFA dan konsentrasi NH3 yang setara, ternyata terjadi perbedaan pada produksi N mikrobia. Jadi produksi N mikrobia lebih ditentukan oleh sinkronisasi penyediaan energi (VFA) dan sumber N (NH3).
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini bahwa produksi N mikrobia yang optimal dicapai oleh ransum (rumput lapangan) yang ditambah dengan pakan suplemen yang mengandung bungkil kedelai dengan rasio urea : molasses = 1 : 7.
Kata kunci : rumput lapangan, bungkil kedelai, daun lamtoro, suplemen, produksi N mikrobia
Full Text:
PDFReferences
Anonimous. 2004. Petunjuk Praktikum Biokimia Nutrisi. Laboratorium Biokimia Nutrisi, Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, UGM, Yogyakarta.
Association of Official Analysis Chemist. 1980. Official methods of analysis of the Association of Official Analytical Chemist. 13th Ed. Association of Official Analytical Chemist, Washington, DC.
Czerkawski, J. W. 1978. Reassesment of efficiency of synthesis of microbial matter in the rumen. J. Dairy Sci. 61:1261-1273.
Djajanegara, A. 1993. Tinjauan ulang mengenai suplemen pada jerami padi. Kumpulan Makalah Seminar. Pemanfaatna Limbah Pertanian untuk Makanan Ternak. Lembaga Kimia Nasional dan LIPI, Bandung.
Erwanto, T. Sutardi, D. Sastradipradja dan M.A. Nur. 1993. Effects of ammoniated zeolite on metabolic parameters of rumen microbes. Indon. J. Trop. Agric. 5(1):5.
Faria, V.P. dan J.T. Huber 1984. Effect of dietary protein and energy level on rumen fermentation in holstein steers. J. Anim. Sci. 58: 452 – 458.
Grovum, W. L. 1988. Appetite Palatability And Control Of Feed Intake. In: D. C. Church (Ed). The Ruminant Animal Digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall, Englewood Cliifs. New Yersey. Pp. 201 – 216.
Kerley , M.S., G.S. Fahey, J.R., L.L. Berger dan N.R. Merchen. 1987. Effects of treating wheat straw with pH regulated solution alkaline hydrogen peroxide on nutrient
digestion by sheep. J. Dairy Sci. 70: 2078 – 2084.
Lechner-Doll, M., I.D. Hume dan R.R. Hofmann. 1995. Comparison of herbivore forage selection and digestion. In : M. Journet, E. Grenet, M-H. Farce,, M. Theriez, C. Demarquilly (Eds), Recent Development in the Nutrition of Herbivores. Proc. International, INRA. Paris. Pp. 231 – 248.
Leng, R.A. 1980. Principle and Practice of Feeding Tropical Crop and by Products to Ruminant. Department of Biochemistry and Nutrition. University of New England. Armidale, Australia.
McDonald, P., R.A. Edward dan J.F.D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4th edition. English Language Book Society, Longman, London.
Menke, K.H. dan H. Steingass, 1979. The estimation of the digestibility and metabolizable energy content of ruminant feedingstuffs from the gas production when they are incubated with rumen liquor in vitro. J. of Agric. Sci. 93: 217–222.
Ørskov, E.R. 1992. Protein Nutrition in Ruminants. Second edition. Academic Press, London.
Owens, F. N. dan A. L. Goestch.1988. Ruminant Fermentation. In : D. C. Church (Ed). The Ruminant animal digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall, Englewood Cliifs. New Yersey. Pp. 145 – 171.
Pitt, R. E, J. S. Van Russel, D. G. Fox, A. N. Pell, M. C. Barry dan P. J. Van Soest. 1996. Prediction of ruminal volatile fatty acids and pH within the net carbohidrat and protein system. J. Anim. Sci. 74: 226 – 244.
Reynold, C.K. 1995. Quantitative Aspects of Liver Metabolism in Ruminant. In : Engelhards, W.V.S. Leonhard – Marek, G. Breves, D. Giesecke (Eds.), Ruminant Physiology : Digestion, Metabolism, Growth and Reproduction. Ferdinant Enke Verlag. Pp. 351 – 368.
Satter, L.D. dan L.L. Slyter 1974. Effect of ammonia concentration on rumen microbial production in vitro. J. Nutr. 32: 194.
Sauvant, D dan J. van Milgen. 1995. Dynamic aspects of carbohydrate and protein breakdown and the associated microbial matter synthesis. In : Ruminant Physiology : Digestion, Metabolism, Growth and Reproduction (Engelhardt et al, Ed). Proc. of the eight International Symposium on Ruminant Physiology. Stuttgart Germany. 71-87.
Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
Soejono M., B. P. Widyobroto, R. Utomo dan A. Agus. 1998. Standardisasi pengukuran degradasi in sacco di Indonesia. Laporan Penelitian Hibah Bersaing VII Perguruan Tinggi. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Sutardi, T. 1978. Ikhtisar Ruminologi. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Sutardi, T. 1979. Ketahanan protein bahan makanan terhadap degradasi oleh mikroba rumen dan manfaatnya bagi peningkatan produktivitas ternak. Proc. Seminar Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor, 5 – 8 Nopember 1979. Hal 91 – 103.
Sutardi, T. 1991. Landasan Ilmu Nutrisi I. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Tillman, A.D. H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wallace, R.J. dan M.A. Cotta. 1991. Metabolism ff Nitrogen – Containing Compounds In : P.N. Hobson (Ed.), The Rumen Microbial Ecosystem. Elsevier Applied Sci., New York. Pp. 241 – 249.
Widyobroto B.P., S. Padmowijoto dan R. Utomo. 1997. Pendugaan kualitas protein 60 bahan pakan untuk ternak ruminansia. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Refbacks
- There are currently no refbacks.