Hubungan Indeks Bentuk Telur dan Surface Area Telur terhadap Bobot Telur, Bobot Tetas, Persentase Bobot Tetas dan Mortalitas Embrio pada Itik Pengging

tituk suselowati, Edy Kurnianto, Sri Kismiati

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi bobot telur, bobot tetas, persentase bobot tetas dan mortalitas embrio berdasarkan ukuran indeks bentuk dan surface area telur itik Pengging. Penelitian menggunakan 1112 butir telur itik Pengging yang berasal dari 78 ekor jantan dan 772 ekor betina itik Pengging (nisbah perkawinan jantan : betina = 1:10). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 3 kategori indeks bentuk telur atau surface area dengan 7 periode penetasan sebagai ulangan. Indeks bentuk adalah lonjong (68,78-78,93), normal (78,94-86,45) dan bulat (86,46-98,59) dan surface area adalah sempit (66,94-74,58 cm2), sedang (74,59-84,85 cm2) dan luas (84,86-110,70 cm2). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan model klasifikasi satu arah dan regresi-korelasi antara indeks bentuk telur (X) dan surface area telur (Y). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara indeks bentuk telur dengan surface area telur, yang memiliki model persamaan regresi sederhana Y = 121,59998 – 0,50643X, R2 = 0,1376 dan berkorelasi negatif yaitu -0,37097. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot telur, bobot tetas dan mortalitas total dipengaruhi oleh indeks bentuk telur maupun surface area telur (P<0,05). Mortalitas hari ke 8-25 tidak dipengaruhi oleh indeks bentuk telur, namun dipengaruhi oleh surface area telur (P<0,05). Persentase bobot tetas, mortalitas hari ke 1-7 dan hari ke 26-28 tidak dipengaruhi oleh indeks bentuk telur maupun surface area telur. Kesimpulan dari penelitian ini adalah indeks bentuk telur lonjong serta surface area telur luas dipilih untuk mendapatkan bobot telur, bobot tetas dan persentase bobot tetas yang tinggi serta mortalitas embrio yang rendah pada itik Pengging.

 

Kata Kunci: Itik Pengging, Indeks bentuk, Surface area, Regresi, Korelasi, Produktivitas

Keywords

animal science

References

Angkow, M. E., J.R. Leke, E. Pudjihastuti, L. Tangkau. Kualitas internal telur ayam MB 402 yang diberi ransum mengandung minyak limbah ikan Cakalang (Katsuwonus pelanis L). J. Zootek. 37(2):232 – 241.

Alasahan, S. and A. G. Copur. 2016. Hatching characteristics and growth performance of eggs with different egg shapes. Braz. J. Poultry. Sci. 18(1):1 – 8.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Asmarawati, A., Kustono, D. T. Widayati, S. Bintara dan Ismaya. 2013. Pengaruh dosis sperma yang diencerkan dengan nacl fisiologis terhadap fertilitas telur pada inseminasi buatan ayam kampung. Buletin Peternakan. 37(1):1–5.

Berrang, M. E., J. F. Frank., R. J. Buhr., J. S. Bailey and N. A. Cox. 1999. Eggshell membrane structure and penetration by Salmonella typhimurium. J. Food. Prot. 62:73–76.

Bobbo, A.G., M.S. Yahaya and S.S. Baba. 2013. Comparative assessment of fertility and harchability traits of three phenotype of local chicken in Adamawa State. IOSR J. Agric.Vet. Sci. 4(2):22–28.

Gerber, N. 2006. Factors affecting egg quality in commercial laying hen: a review. Auckland (NZ): Poultry Industri Association of New Zealand.

Harmayanda, P. O. A., D. Rosyidi dan O. Sjofjan. 2016. Evaluasi kualitas telur dari hasil pemberian beberapa jenis pakan komersial ayam petelur. J. PAL. 7(1):25–32.

Hasan, S. M. 2005. Physiology, endocrinology, and reproduction: egg storage period and weight effect on hatchability. J. Poult. Sci. 84:1908–1912.

Krkavcova, E., J. kreisinger, L. Hyankova, P. Hyrsl and V. Javurkova. 2018. The hidden function of egg white antimicrobials: egg weight-dependent effects of avidin on avian embryo survival and hatchling phenotype. J. Biol. Open. 7(4):1–9.

Kurnianto, E., S. Johari. dan Y. Fadliyah. 2010. Penampilan dan nilai heritabilitas beberapa sifat kuantitatif pada ayam Kedu. J. Agromedia. 58(1):54–59.

Kurniawan, R. dan B. Yuniarto. 2016. Analisis Regresi : Dasar dan Penerapannya dengan R Edisi Pertama. PT. Kharisma Putra Utama, Kencana, Jakarta.

Mbajiorgu, C. A. and N. O. Ramaphala. 2014. Insight into egg weight and its impact on chick hatch-weight, hatchability and subsequent growth indices in chickens-A review. Indian J. Anim. Res. 48(3):209–213.

North, N. O. 1978. Commercial Chicken Production Manual. 2nd Edition. Avi Publishing Co.Inc., Connecticut.

Nugroho, B. 2005. Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Andi Offset, Yogyakarta.

Panda, P. C. 1996. Shape and Texture. In textbook on egg and poultry technology. 3rd ed. New delhi.

Purwati, D., M. A. Djaelani, dan E. Y. W. Yuniwarti. 2015. Indeks kuning telur (IKT), haugh unit (HU) dan bobot telur pada berbagai itik lokal di Jawa Tengah. J. Biologi. 4(2):1–9.

Rasyaf, M. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Kanisius, Yogyakarta.

Rath, P. K., P. K. Mishra, B. K. Mallick and N. C. Behura. 2015. Evaluation of different egg quality traits and interpretation of their mode of inheritance in White Leghorns. Vet. World. 8 (3) : 449 – 452.

Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1975. The Avian Egg. 2nd Ed. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Sembiring, R. K. 1995. Analisis Regresi Edisi 2. Penerbit ITB, Bandung.

Setiawati, T., R. Afnan dan N. Ulupi. 2016. Performa produksi dan kualitas telur ayam petelur pada sistem litter dan cage dengan suhu kandang berbeda. J. IPTHP. 4(1):197–203.

Shafey, T. M., A. H. Mahmoud, A. A. Alsobayel and M. A. Abouheif. 2014. Effects of in ovo administration of amino acids on hatchability and performance of meat chickens. S. Afr. J. Anim. Sci. 44(2):123–130.

Shinjo, A. 1990. First Course in Statistics.1St Ed., University of Ryukyus, Nishihara-cho, Okinawa, Japan.

Sudaryani dan Santoso. 1994. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasujana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke-2. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tona, K. F. Bamelis., W. Coucke., V. Bruggeman and E. Decuypere. 2001. Relationship between broiler breeder’s age and egg weight loss and embryonic mortality during incubation in large-scale conditions. J. Appl. Poult. Res. 10(3): 221 – 227.

Tugiyanti, E. dan N. Iriyanti. 2012. Kualitas eksternal telur ayam petelur yang mendapat ransum dengan penambahan tepung ikan fermentasi menggunakan isolat prosedur antihistamin. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2):44 – 47.

Tullet, S. G. 1990. Science and the art of incubation. J. Pult. Sci. 69:1–15.

Van der Pol, C. W., I. A. M. van Roovert-Reijrink, C. M. Maatjens, H. van den Brand and R. Molenaar. 2013. Effect of relative humadity during incubation at a set eggshell temperature and brooding temperature posthatch on embryonic mortality and chick quality. J. Pult. Sci. 92(8):2145–2155.

Wibisono, D. 2003. Riset Bisnis : Panduan bagi Praktisi dan Akademisi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widiyaningrum, P., Lisdiana and N. R. Utami. 2016. Egg Production and hatchability of local ducks under semi intensive vs extensive managements. J. Indones. Trop. Anim. Agric. 41(2) :77–82.

Willems, E., E. Decuypere, J. Buyse and N. Everaert. 2014. Importance of albumen during embryonic development in avian species, with emphasis on domestic chicken. World’s Poult. Sci. J. 70(3):503–517.

Wulandari, D., Sunarno dan T. R. Saraswati. 2015. Perbedaan Somatometri Itik Tegal, Itik Magelang dan Itik Pengging. BIOMA. 17(2): 94 – 101.

Yuan, J. B. Wang, Z. Huang, Y. Fan, C. Huang and Z. Hou. 2013. Comparisons of egg quality traits, egg weigh loss and hatchability between striped and normal duck eggs. Br. Poult. Sci. 54(2):265–269.

Zhou, P., W. Zheng, C. Zhao, C. Shen and G. Sun. 2008. Egg volume and surface area calculations based on machine vision. Proceeding of the Second IFIP International Conference on Computer and Computing Technologies in Agriculture (CCTA2008). Beijing, China. 1647 – 1653.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.