PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI PESISIR KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERBASIS INTERCONNECTED GOVERNANCE

Tito Satria Pinandito, Nurul Asfiani, Ainun Mardziyah, Novarenda Pawestri

Abstract

Ketimpangan sosial masih menjadi fenomena yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Kesenjangan yang paling kontras terlihat antara daerah perkotaan dan pesisir. Hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Myrdal, wilayah pesisir cenderung tertinggal karena jaraknya dari pusat kota. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan bahwa ada 35 daerah tertinggal yang tersebar di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk daerah pesisir di Kabupaten Gunungkidul yang meliputi Kabupaten Panggang, Saptosari, Tanjungsari, dan Girisubo. Setelah melakukan pengamatan, peneliti menggunakan metode berpikir lintas dengan pembandingan. Tujuan menggunakan metode ini adalah untuk mengambil poin-poin keunggulan yang telah berhasil diterapkan oleh suatu daerah yang kemudian titik-titik ini juga dapat diterapkan di daerah lain yang terbelakang. Berdasarkan uraian masing-masing parameter, penulis menetapkan Desa Ngloro sebagai lokasi penelitian karena dianggap sebagai desa yang paling dirugikan dibandingkan dengan yang lain. Kemudian para peneliti menetapkan Pulau Osi sebagai wilayah pembanding. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa peran semua pemangku kepentingan, terutama sebagai lembaga perencanaan pembangunan nasional, BAPPENAS memiliki porsi yang lebih besar dalam menyiapkan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah. Karena itu, dalam upaya menyamakan pembangunan nasional, wilayah pesisir nusantara perlu mendapat perhatian.

Keywords

Wilayah pesisir, benchmarking, dynamic governance

Full Text:

PDF

References

Ahmad, F. (2015). Kondisi hutan mangrove Teluk Piru, Seram Barat, Maluku. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 7, 731 – 743.

Arifin & Jompa, J. (2005). Studi kondisi dan potensi ekosistem padang lumun sebagai daerah asuhan biota laut. Jurnal Ilmu – Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 12, 73 -79.

Aswandy, I dan M.H.Azkab. (2000). Hubungan fauna dengan padang lamun, Oseana, 25, 19 – 24.

Gillanders , B.M. (2006). Seagrasses, fish and fisheriers. In : Larkum, A.W.D., Orth, R. J. & Duarte, C.M. (eds). Seagrasses : Biology, Ecology and Conservation ( Hlm. 503 – 530). Netherland Springer.

Hidayah, Z. (2015). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Syahadat, Ray March. (2016). Potensi dan Permasalahan Lanskap Pulau Osi sebagai Objek Wisata Unggulan di Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Conference Paper. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.