Ritual di Astana Srandil Ponorogo Berdasarkan Analisis Kearifan Lokal dan Nilai Pendidikan Karakter serta Relevansinya sebagai Materi Ajar Folklor di Kelas VII SMP
Abstract
Ritual keagamaan terdapat nilai-nilai positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi jarang disampaikan dalam pembelajaran. Penyampaian materi folklor hanya terpaku pada materi yang sudah ada di dalam buku ajar, tanpa ada reverensi yang lain. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menganalisis nilai kearifan lokal dan nilai pendidikan karakter dalam ritual di Astana Srandil Ponorogo serta relevansinya sebagai materi ajar di SMP. Data dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dan dokumentasi peristiwa. Sumber data dalam penelitian ini berupa informan, tempat penelitian, peristiwa, dan dokumen. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan analisis interaktif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) Astana Srandil Ponorogo dibangun pada tahun 1776 dari keinginan RM. Tumenggung Sumonegoro, permintaan tersebut disetujui oleh Residen di Madiun dan Kraton Solo Hadiningrat, setelah tahun tersebut baru adanya ritual dari keluarga serta masyarakat dan menjadi wisata ziarah oleh masyarakat desa Srandil serta santri dari salah satu pondok pesantren di Ponorogo pada tahun 2005; (2) Alur dari prosesi ritual di Astana Srandil Ponorogo ada tiga, yaitu izin juru kunci, bersuci, dan berdoa; (3) Kearifan lokal abstrak yang terdapat dalam ritual di Astana Srandil Ponorogo yaitu sikap dan perilaku manusia dengan Tuhan, pengendalian diri dengan orang lain, cara bergaul dan berkomunikasi dengan masyarakar, dan sikap dan perilaku terhadap lingkungan, sedangkan kearifan lokal konkret yaitu ubarampe; (4) Nilai pendidikan karakter dalam ritual di Astana Srandil Ponorogo yaitu nilai religius, nilai jujur, nilai toleransi, dan nilai cinta tanah air. Dari keempat nilai pendidikan karakter tersebut yang lebih dominan adalah nilai religius; dan (5) Ritual di Astana Srandil Ponorogo relevan dengan pembelajaran bahasa Jawa di SMP karena sesuai dengan silabus, serta cerita ritual tersebut dapat menambah wawasan tentang keanekaragaman budaya Jawa dan nilai-nilai yang terkandung dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ahmad, Mohammad Shodiq. (2014). Thaharah: Makna Zawahir dan Bawathin Dalam Bersuci. Ilmu Syariah, 2(1): 57-82. Diperoleh pada tanggal 22 Juni 2022, dari https://www.academia.edu/13453530
Aswoyo, Joko. (2014). Upacara Ritual Suran sebagai Sarana Pelestarian Kesenian di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Acintya, 6(1): 43-57. Diperoleh pada 26 November 2020, dari https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/acintya/article/viewFile/189/185
Haryati, Mimin. (2010). Model dan Teknik Penilaian Pada tingkat satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mazid, Sukron., Danang Prasetya., dan Farikah. (2020). Nilai-nilai Kearifan Lokal Sebagai Pembentuk Karakter Mayarakat. Jurnal Pendidikan Karakter, 11(2): 249-262. Diperoleh pada 22 Juni 2022, dari https://journal. uny. ac.id/index.php/jpka/article/view/34099/15061
Muliadi., Teuku Kenaml Fasya., dan Iromi Ilham. (2020). Wisata Ziarah Sebagai Identitas Sosial: Studi Antropologi Budaya di Makam Sultan Malikussaleh Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Aceh Antropological Journal, 4(1): 58-74. Diperoleh pada 22 Juni 2022, dari https://ojs.unimal.ac.id/AAJ/article/view/3152/pdf
Mursalim. (2011). Doa Dalam Prespektif Al-Qur’an. Al-Ulum, 11(1): 63-78. Diperoleh pada 29 Juni 2022, dari https://media.neliti.com/media/ publications/184348-none-adf7215d
Panjaitan, Ade Putra., Alan Darmawan., Maharani., ikhwan Rivai Purba., Yopi Rachmad., dan Ridayani Simanjutak (2014). Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan: Membangun Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Rifa’i, Muh. Khoirul. (2016). Internalisasi Nilai-nilai Religius Berbasis Multikultural dalam Membentuk Insan Kamil. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(1): 116-133. Diperoleh pada 18 November 2020, dari https://media.neliti.com/media/publications/117055-ID-none.pdf
Sutardjo, Imam. (2006). Mutiara Budaya jawa. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni rupa Universitas Sebelas Maret.
Wagiran. (2012). Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-nilai Karakter Berbasis Budaya). Jurnal Pendidikan Karakter. 3 (3), 329-339. Diperoleh pada tanggal 13 Oktober 2019 dari https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/1249/1050
Refbacks
- There are currently no refbacks.