Hubungan perkembangan urban sprawl dan nilai tanah di barat Kota Surakarta
Abstract
Kota adalah tempat yang dinamis. Suatu kota akan selalu berkembang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di dalamnya. Kota yang semakin berkembang, maka akan menjadi magnet bagi penduduk di sekitarnya untuk mencari penghidupan yang layak. Hal ini yang dialami Kota Surakarta hingga menjadi magnet urbanisasi yang mengakibatkan fenomena urban sprawl dikarenakan perkembangannya merembet ke arah luar, salah satunya ke arah barat Kota Surakarta. Perkembangan yang tinggi menuntut kawasan barat Kota Surakarta untuk memenuhi kebutuhan ruang masyarakatnya. Tingginya permintaan akan ruang menjadikan pertumbuhan nilai tanah menjadi sangat pesat. Sedangkan, jumlah tanah yang berada di kawasan tersebut tidak dapat memenuhi permintaan. Pertumbuhan nilai tanah yang tiap tahun mengalami peningkatan yang tinggi membuat kekhawatiran tanah yang berada pada kawasan tersebut tidak terjangkau oleh masyarakat sehingga dibutuhkan pengetahuan mengenai hubungan antara perkembangan urban sprawl terhadap nilai tanah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif dengan menggunakan analisis korelasi pearson. Data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumen-dokumen institusional. Hasil analisis penelitian ini membuktikan bahwa komponen kepadatan memiliki nilai 0,357 yang berarti korelasi rendah terhadap nilai tanah, komponen jarak ke CBD memiliki nilai -0,481 dan variasi guna lahan memiliki nilai 0,424 yang berarti korelasi sedang dan komponen integrasi jaringan jalan utama tidak memiliki korelasi.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
[1]Muta’ali L. Kapita Selekta Pembangunan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada; 2011.
[2]Harahap FR. DAMPAK URBANISASI BAGI PERKEMBANGAN KOTA DI INDONESIA. J Soc 2013;1:35–45.
[3]Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. Kota Surakarta Dalam Angka 2017 2015.
[4]Abbas A. Diktat Untuk Kalangan Sendiri : Sosiologi Perkotaan. Padang: Jurusan Sosiologi Universitas Andalas; 2002.
[5]Yunus HS. Manajemen Kota : Perspektif Spasial. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2005.
[6]Yunus HS. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2000.
[7]Banai R, DePriest T. Urban Sprawl: Definitions, Data, Methods of Measurement, and Environmental Consequences. J Sustain Educ 2014;7:1–15.
[8]Apriani V, Asnawi A. Tipologi Tingkat Urban Sprawl di Kota Semarang Bagian Selatan. Tek PWK (Perencanaan Wil Kota) 2015;4:405–16.
[9]Jain M, Dimri AP, Niyogi D. Urban sprawl patterns and processes in delhi from 1977 to 2014 based on remote sensing and spatial metrics approaches. Earth Interact 2016;20:1–29. https://doi.org/10.1175/EI-D-15-0040.1.
[10]Burchell RW, Anthony MB. Sprawl Cost, Economic Impacs of Unchecked Development. Washington DC: Island Press; 2005.
[11]Dumreicher H, Levine RS, Yanarella EJ. The Appropiate Scale of “Low Energy”: Theory and Practice at The Westbahnhof. S. Koen S. Yannas (Eds.), Archit. City Environtment Proc. PLEA 2000, London: James & James; 2000, p. 359–63.
[12]Bhatta B. Analysis of Urban Growth and Sprawl from Remote Sensing Data. Berlin: Springer; 2010.
[13]Febri T. Kemungkinan Penerapan Konsep Compact City di Kawasan Jabodetabek Studi Kasus : Rasuna Epicentrum. Universitas Indonesia, 2012.
[14]Mujiandari R. Perkembangan Urban Sprawl Kota Semarang pada Wilayah Kabupaten Demak Tahun 2001-2012. J Wil Dan Lingkung 2014;2:129–42. https://doi.org/10.14710/jwl.2.2.129-142.
[15]Kivell P. Land and The City: Patterns and Processes of Urban Change. New York: Roudledge; 1993.
[16]Oktora R. Persepsi masyarakat terhadap pembangunan jalan lingkar utara kota solok provinsi sumatera barat tesis. Univesitas Diponegoro, 2011.
[17]Hanifati SF. Analisis Nilai Lahan Di Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta Dengan Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
[18]Fahirah F, Basong A, Tagala HH. Identifikasi Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Jual Lahan dan Kabngunan Pada Perumahan Tipe Sederhana. J SMARTek 2010;8:251–69.
[19]Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2014.
[20]Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan 2004.
[21]Hasse J, Lathrop RG. A housing-unit-level approach to characterizing residential sprawl. Photogramm Eng Remote Sensing 2003;69:1021–30. https://doi.org/10.14358/PERS.69.9.1021.
[22]Burton E. The compact city: just or just compact? A preliminary analysis. Urban Stud 2000;37:1969–2001. https://doi.org/10.1080/00420980050162184.
[23]Kementerian ATR/BPN. Peta Zona Nilai Tanah 2019. https://bhumi.atrbpn.go.id/ (accessed January 27, 2022).
[24]Sukirno. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2005.
[25]Guilford JP. Fundamental Statistic in Psychology and Education. 3rd Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc; 1956.
[26]Rynjani GPR, Haryanto R. Kajian Harga Tanah Dan Penggunaan Lahan Di Kawasan Perdagangan Dan Jasa Kelurahan Lamper Kidul, Kota Semarang. Tek Perenc Wil Kota 2015;4:417–27.
[27]Betts RM, Ely SJ. Basic Real Estate Appraisal, 5th edition. New Jersey: Prentice Hall; 2001.
[28]Hermit H. Teknik Penaksiran Harga Tanah Perkotaan. Bandung: CV. Mandar Maju; 2009.
[29]Yunus HS. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2010.
Refbacks
- There are currently no refbacks.