ENKULTURASI ISLAM-JAWA PADA TEKS NASKAH TEMBANG PROFETIK SHOLAWAT MONTRO
Abstract
Abstrak: Berkesenian, selalu dapat dikaitkan derngan aspek batiniah, penghayatan seni berkait erat dengan kehalusan perasaan dan intuisi. Seni juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran budaya (enkulturasi), yaitu proses sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam mempelajari dan menyesuaikan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem sosial terkait norma, tatanan sosial, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam sifat kebudayaannya. Tulisan ini akan berusaha membahas ragam kesenian Sholawat Montro. Kesenian Sholawat Montro ini pertama kali ditemukan di Dusun Kauman, Kecamatan Pleret dan diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Yudhonegoro, atau menantu dari Sultan Hamengkubuwono VIII. Kesenian ini berisi sekelompok penampil dan pengiring musik yang semuanya laki-laki, mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan cara nembang, diiringi musik tradisional gamelan dan terbangan. Kesenian profetik ini muncul sebagai sebuah sarana enkulturasi dan proses belajar sosial bagi warga pendukung.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdullah, Irwan. 2006, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anderson, Benedict,ROG, 1972, “The Idea of Power in Javanese Culture,” Claire Holt (ed) Culture and Politics in Indonesia, Ithaca, Cornel University
Hadi, Sumandiyo, 2006 Seni dalam Ritual Agama, Yogyakarta: Pustaka
Mulder, Niels, 1994, Individual and Society in Java : a Cultural Analysis, Yogyakarta; Gadjah Mada University Press
Tim Pusat Pengembangan Bahasa, 1997, Kamus besar Bahasa Indonesia / Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Sanusi Pane, 1955, Sejarah Indonesia, Perpustakaan Perguruan Kementerian P.P. dan K.: Djakarta,. Jilid I hal. 155.
Refbacks
- There are currently no refbacks.