Perbandingan Tingkat Kesulitan Krama Inggil dan Sonkeigo

Ely Triasih Rahayu, Roch Widjatini, Hartati Hartati, Idah Hamidah, Tuti Purwati

Abstract

Abstract: One of the universal characteristics of language that has a speech level is "language as a tool to show respect for others". Javanese and Japanese have different characteristics in implementing their speech level. The word sirah 'head' (ngoko form/plain form) undergoes a complete change when it is converted into a respectful form (krama inggil/respectful language) in Javanese. It is different in Japanese, the word atama 'head' will be prefixed with -O (oatama) when used to respect others (sonkeigo/respectful language). The age difference factor which is a non-linguistic factor in the Javanese language greatly determines the use of krama inggil even though socially speaking the speaker has a position above his partner. Whereas in Japanese, even though the speaker has a speech partner who is older than him, because the position/position/authority factor is more dominant, the speaker does not use sonkeigo but tends to use neutral language (teineigo). The use of sonkeigo prioritizes business interests where the relationship between superiors and subordinates is more striking without considering the age factor. This study will show the level of difficulty of the basics of krama inggil and sonkeigo in terms of lexicon and morphology (changes in word patterns).

Abstrak: Salah satu sifat universal dari bahasa yang memiliki tingkat tutur adalah “bahasa sebagai alat untuk menunjukkan penghormatan kepada orang lain”.  Bahasa Jawa dan Jepang memiliki karateristik yang berbeda dalam mengimplementasikan tingkat tutur bahasanya. Kata sirah ‘kepala’ (bentuk ngoko/plain form) mengalami perubahan total ketika diubah ke dalam bentuk hormat (krama inggil/respectful language) dalam bahasa Jawa. Lain halnya dalam bahasa Jepang, kata atama ‘kepala’ akan diberi awalan -O (oatama) saat digunakan untuk menghormati orang lain (sonkeigo/respectful language). Faktor perbedaan usia yang merupakan faktor non kebahasaan dalam bahasa Jawa sangat menentukan penggunaan krama inggil walaupun secara faktor sosial penutur memiliki posisi/jabatan di atas mitra tuturnya. Sedangkan dalam bahasa Jepang walapun penutur memiliki mitra tutur yang berusia di atasnya, tetapi karena faktor posisi/jabatan/kewenangan lebih dominan maka penutur tidak menggunakan sonkeigo tetapi cenderung menggunakan bahasa netral (teineigo). Penggunaan sonkeigo lebih mengutakan kepentingan bisnis dimana hubungan antara atasan dan bawahan lebih mencolok tanpa mempertimbangkan faktor usia. Penelitian ini akan menunjukkan tingkat kesulitan basa krama inggil dan sonkeigo dari segi leksikon dan morfologi (perubahan pola kata).

Keywords

Krama Inggil; Sonkeigo; Linguistic Factors; Non-Language Factors

Full Text:

PDF

References

Agha, Asif (1994) Honorification. Annual Review of Anthropology 23: 277-302

Fraser, Bruce (1990) Perspectives on politeness. Journal of Pragmatics 14: 219-236.

Han, G. (2002). Research on Korean honorifics. Seoul: Yeokrak.

Hymes, Dell, ed.1973. Foundations in Sociolinguistics An Ethnographics Approach. Philadelpia: University of Pennsylvania Press.

Han, G. (1986) Discourse: Scope without depth. International Journal of the Sociology of Language 57: 49-89.

Kementerian Pengajaran Pendidikan dan kebudayaan. 1946. Karti Basa. Jakarta: Kemnterian P.P dan K

Lee Eun Hee, ‹A Study of Instructional Content of Honorific Expressions in Korean Language Education›, «Grammar Education» 13th, Korean Association of Grammar Education, 2010.

Wilian, Sudirman. (2006) Bahasa Sasak, Bahasa Jawa, tingkat tutur, bentuk kesantunan, tindak tutur., University of Indonesia

Izumi,Walker.2011.Shokyuu Nihongo Gakushuu no tameno Taiguu Komyunikeeshon Kyouiku.Tokyo: 3A Corporation.

Kabaya , Hiroshi. et all.2002.Keigo Hyougen.Tokyo: Taishuukan.

Kabaya , Hiroshi. et all. 2009. Keigo Hyougen. Tokyo: Taishukan.

Kabaya , Hiroshi. et all. 2010. Keigo Komyunikeeshon.Tokyo: Asakura.

Kaneko, Hiroyuki. 2010. Nihongo Keigo Toreeningu. Tokyo: PT Ask.

Kaswanti Purwo, Bambang.1991. Tingkat Tutur Bahasa Jawa :Tata Bahasa dan Pragmatik. Makalah pada Konggres Bahasa Jawa I di Semarang.

Kikuchi,Yasuto. 1996. Keigo Nyuumon.Tokyo: Maruzen.

Makino.Akiko, et.all. 2002.Minnanonihongo.Tokyo: 3 Network.

Nababan,P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nababan,P.W.J. 1993. Sosiolinguistik, Suatu Pengantar. (Cetakan ke-4). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Poedjasoedarma, Soepomomo Dkk.1979. Tingkat Tutur Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Suwito.1985a. Pengantar Awal Sociolinguistics, Teori dan Problema. Surakarta: Kenary Offset.

Suwito. 1985b.Sosiolinguistik.Surakarta: Henary Offset.

Suwito. 1987.Berbahasa dalam Situasi Diglosik: Kajian tentang Pemilihan dan Pemilahan Bahasa dalam Masyarakat Tutur Jawa di Tiga Kelurahan Kotamadya Surakarta. Disertasi. Jakarta: UI .

Suzuki, Yukiko.1998. Utsukushii Keigo no Manaa. Tokyo: Miryoku Bijutsu.

Wardhaugh, Ronald. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Blackwell.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.