Reflection on the Meaning of Local Wisdom in Utawen Poetry at Gebang Tinatar Islamic Boarding School Tegalsari Ponorogo

Invandri Kusuma, M. Suryadi

Abstract

Abstract: Utawen poetry is one of Javanese poetries developed in Ponorogo. The poetry is sung during the Gajah-Gajahan ritual art or at a specific time of Ramadhan at Gebang Tinatar Islamic Boarding School. This Islamic Boarding School is located in the Masjid Agung Tegalsari which was founded by Kyai Ageng Muhammad Bashari in 1.742  as a medium for cultural interaction. The poetry used Javanese and Arabic lexicons. The contents of the lyrics are  rituals about the Oneness of Allah and the story of Muhammad as His messenger. This study aims to describe 1) the reference of the lexicon meaning between elements of the device, 2) the reference of the lexicon meaning between elements of words, phrases or sentences, and 3) the reflection of local wisdom contained in Utawen Poetry. The poetry was analysed using Ethnography of Communication theory through descriptive method. The data source is from informants, places and events, and documents. The technique of data providing is distribution method in the form of a fixed case study strategy assisted with an expanded technique to determine the significance (semantic aspects) of particular lingual unit. The results of the study found the form of meanings between devices in the form of cross-language meaning relations, antithesis, and synthesis. The relationship of meaning between elements of words, phrases, and sentences consists of the relationship of synonym meanings and stories (history). Besides implicit and explicit meanings, the utawen poetry reflects the local culture. The reflections of meaning contained in the poetry include the meaning of (1) faith, (2) traits, and (3) advice.

Abstrak: Syair Utawen merupakan salah satu dari berbagai syair masyarakat Jawa yang berkembang di Ponorogo. Syair tersebut dinyanyikan ketika proses ritual kesenian Gajah-gajahan atau pada waktu khusus bulan Ramadhan di Pesantren Gebang Tinatar. Pesantren ini bertempat di Masjid Agung Tegalsari yang didirikan oleh Kyai Ageng Muhammad Bashari pada tahun 1.742 M. Sebagai media interaksi bercorak budaya, syair ini menggunakan leksikon bahasa Jawa dan Arab. Muatan isi yang terkandung dalam lirik syair ini mengandung ritual tentang ke-Esa-an Allah dan kisah Muhammad SAW sebagai utusan-Nya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang 1) referensi makna leksikon antar unsur perangkat, 2) referensi makna leksikon antar unsur kata, frasa atau kalimat, dan 3)  refleksi kearifan local yang terkandung dalam Syair Utawen. Syair tersebut dikaji menggunakan Teori Etnografi Komunikasi dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan yakni berupa informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen. Teknik penyediaan data menggunakan metode agih dengan bentuk strategi studi kasus terpancang dibantu dengan teknik perluas untuk menentukan segi kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual tertentu. Hasil dalam penelitian ini diperoleh bentuk makna antar perangkat berupa hubungan makna lintas bahasa, antitesis, dan sintesis. Hubungan makna antar unsur kata, frasa, dan kalimat terdiri atas hubungan makna sinonim dan cerita (sejarah). Selain berbentuk makna tersirat dan tersurat, syair utawen merefleksikan budaya lokal. Refleksi makna yang terkandung dalam syair tersebut meliputi makna (1) ketauhidan, (2) sifat-sifat, dan (3) nasehat.

Keywords

Ethnography of communication, poetry, local wisdom

Full Text:

PDF

References

Ernawati, T. (2017, December). Pewarisan Keberagaman dan Keteladanan Melalui Sejarah Lokal. Sejarah dan Budaya, 11(2), 206-210.

Fauziyyah, F. I., Warto, & Sariyatun. (2018). Ronggowarsito’s Concept of Islamic Theosophy in Serat Sabdajati. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding 5(2), 177–184.

Haji, H. D. (2016). Menggali Pemerintahan Negeri Doho, dari Majapahit menuju Pondok Pesantren, sebelum Walisongo dan Babad Pondok Tegalsari. Yogyakarta: Elmatera.

Mawardi, K. (2006, September-December). Singiran: Pendekatan Sosio-kultural Pembelajaran Islam dalam Pesantren dan Masyarakat NU. Insania, 11(3), 315-327.

Mulyana, D. (2003). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Nurdianto, S. A., Joebagio, H., & Djono. (2018). Kajian Poskolonial Gerakan Pemikiran dan Sikap Ulama Pesantren Tegalsari dalam Pusaran Konflik Multidimensional di Jawa (1742-1862. Jurnal Theologia, 29(1), 189-214.

Perbukuan, B. P. (2019, September Tuesday). KBBI Daring. Retrieved from Kamus Besar Bahasa Indonesia: https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Purwowijoyo. (1984). Babad Ponorogo Jilid I . Ponorogo: Depdikbud Kanwil.

___________. (1984). Babad Ponorogo Jilid II. Ponorogo: Depdikbud Kanwil.

___________. (1984). Babad Ponorogo Jilid III. Ponorogo: Depdikbud Kanwil.

___________. (1984). Babad Ponorogo Jilid IV. Ponorogo: Depdikbud Kanwil.

___________. (1984). Babad Ponorogo Jilid V. Ponorogo: Depdikbud Kanwil.

Rohmatulloh, D. (2017). The Dynamics of Tegalsari (Santri and Descendants of Pesantren Tegalsari Ponorogo Kiai’s in 19-20th). Qalamuna-Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 9(1), 91-109.

_____________. (2018). Local Muslim Heritage: Pelestarian Warisan Budaya Pesantren di Tegalsari Ponorogo. Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars. I, pp. 232-239. Surabaya: Kopertais Wilayah IV.

Saville-Troike, M. (2008). The Ethnography of Communication: An Introduction. Oxford, United Kingdom: John Wiley and Sons Ltd. Blackwell Publishers.

Spradley, J. (1997). Metode Etnografi. (M. Y. Elisabeth, Trans.) Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University.

Tilaar, H. (2002). Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zakiah, K. (2005, Juni). Penelitian Etnografi Komunikasi: Tipe dan Metode. Mediator, 9(1), 181-188.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.