Diskursus Kearifan Lokal: Bahasa Seni dalam Tari Tayub di Desa Gesi Kab. Sragen

Septa Suryanto, Mugijatna Mugijatna, Susanto Susanto

Abstract

Abstract: This paper is the result of research "Local Wisdom Discourse: Language of Art in Tayub Dance in Gesi Village, Sragen Regency” which are in the study of Cultural Studies using qualitative data analysis method and using the hermeneutic approach. The focus of this study is on three problems, namely (1) the cause of the local wisdom discourse, (2) the process for the discourse to occur; and (3) the implications of the discourse for the language of art in the Tayub Sragen dance. As a cultural product, tayub dance can be positioned as a cultural text that must be read to reveal the symbolic meaning contained in it in accordance with the space and time of the interpreter (subject). Tayub is an expression of art produced by supporting communities. Basically, every work of art is representative of the community settings in which the art is produced. Some were born in the palace, middle class, and lower class. Aside from being a cultural expression of society, there is a human self-orientation which is a community's spiritual means to God Almighty in Tayub dance. This research is positioned in the system of critical thinking using critical theories in the postmodern paradigm. Michel Foucault's Theory of Discourse is positioned as the main theory for expressing knowledge, relations, and power in people's lives. The process of local wisdom discourse: the language of art in tayub dance is to form a knowledge, where the knowledge is contained in a high philosophy which is tayub dance is likened to a life that exists in human itself, and power is in tledek, pengarih and penglarih. These names have their respective ways.

Abstrak: Tulisan ini merupakan hasil penelitian “Diskursus Kearifan Lokal: Bahasa Seni Dalam Tari Tayub di Desa Gesi Kab. Sragen” yang berada dalam ilmu Kajian Budaya dengan menggunakan metode analisis data kualitatif dan menggunakan pendekatan hermeneutik. Fokus kajian ini ada pada tiga masalah, yaitu (1) sebab terjadinya diskursus kearifan lokal, (2) proses terjadinya diskursus tersebut; dan (3) implikasi dari diskursus tersebut terhadap bahasa seni dalam tari tayub sragen. Sebagai produk budaya, seni tayub dapat diposisikan sebagai teks budaya yang harus dibaca untuk mengungkap makna simbolik yang terkandung didalamnya sesuai dengan ruang dan waktu dari si pemakna (subjek). Tayub merupakan sebuah ekspresi seni yang diproduksi oleh masyarakat pendukung. Karena pada dasarnya, setiap karya seni merupakan keterwakilan setting masyarakat tempat seni tersebut diproduksi. Ada yang lahir dalam lingkungan istana, lingkungan menengah, dan lingkungan rakyat. Selain sebagai ekspresi budaya masyarakat, di dalam tayub terdapat sebuah orientasi diri manusia yang merupakan sebuah sarana spiritual masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penelitian ini diposisikan dalam sistem berfikir kritis dengan menggunakan teori-teori kritis dalam paradigma postmodern. Teori Diskursus Michel Foucault yang diposisikan sebagai teori utama untuk mengungkap pengetahuan, relasi, dan kekuasaan dalam kehidupan masyarakat. Proses terjadinya diskursus kearifan lokal: bahasa seni dalam tari tayub yaitu membentuk suatu pengetahuan, dimana pengetahuan itu terdapat pada filosofi yang tinggi yaitu dimana seni tayub diibaratkan suatu kehidupan yang ada pada diri manusia, dan kekuasaan terdapat pada tledek, pengarih dan penglarih. Nama-nama tersebut memiliki jalan kekuasannya masing-masing.

Keywords

Diskursus; bahasa; seni; tayub

Full Text:

PDF

References

Nugroho Notosusanto. Masalah Penelitian Sejarah Suatu Pengenalan, (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978).

Setya Yuwono (ed), Tradisi dari Blora, (Semarang : Citra Almamater, 1996)

Sri Rochana Widyastutieningrum., TAYUB di Blora Jawa Tengah Pertunjukan Ritual Kerakyatan, (Surakarta : ISI Press Surakarta, 2007).

Suara Merdeka, 27 Mei 1992, Koleksi Reksa Poestaka Mangkunegaran, No. G. 431.

Majalah Nova, 22 Januari 1989, Koleksi Reksa Poestaka Mangkunegaran, No. G. 291.

Hananta. 1993. “Usaha Pelestarian Seni Tari Tayub Wonogiri (Studi Kasus Tentang Perkembangan Kesenian Tari Tradisional di Kabupaten Wonogiri)”. Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Wikan Awiroto. 1989. “Kesenian Tayub Dalam Upacara Bersih Desa Di Desa Karangsari Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul”. Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Danyang Subur. 1996 “TARI TAYUB GARAPAN BARU DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN SRAGEN (Sebuah Tinjauan Analisis Garap Gerak)”, Skripsi Fakultas Karawitan Institut Seni Indonesia Surakarta.

Titis Pitana, 2014. Teori Sosial Kritis: Metode Dan Aplikasinya, (STAIN Press Purwokerto).

Yasraf Amir Piliang, 2010. Semiotika Dan Hipersemiotika: kode, gaya, & matinya makna, (Bandung: MATAHARI).

Cris Barker, 2005. CULTURAL STUDIES Teori Dan Praktik, (Yogyakarta: BENTANG (PT. Bentang Pustaka).

Refbacks

  • There are currently no refbacks.