STUDI KEANEKAAN SPESIES BURUNG PADA TIGA TIPE TATA GUNA LAHAN DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR, BOGOR
Abstract
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bahwa nilai ekologis burung, di antaranya indeks kekayaan spesies (R),
indeks keanekaan Shannon (H') dan Simpson (D) dan indeks ekuitabilitas/kemerataan (J) dan (E) tidak sama atau menjadi
menurun sebagai akibat adanya perubahan tata guna lahan, dari hutan alam menjadi non hutan alam, seperti hutan tanaman
buah-buahan dan hutan pinus. Penelitian dilakukan di TWA Gunung Pancar pada Juni-Oktober 2009. Pengamatan burung
dilakukan dengan metode IPA (Index d’Abondance Ponctuel). Hasil penelitian adalah ditemukan 48 spesies burung dari 38
marga dan 25 suku: 39 spesies burung dari 29 marga dan 21 suku pada hutan tanaman buah-buahan/kayu-kayuan, 32 spesies
burung dari 24 marga dan 21 suku pada hutan alam dan 26 spesies burung dari 25 marga dan 18 suku pada hutan pinus. Nilai
indeks kekayaan dan keanekaragaman spesies burung tertinggi (R= 6,26 dan H' = 2,97) ditemukan pada hutan tanaman buah-
buahan/kayu-kayuan dan indeks kekayaan dan keanekaragaman spesies burung terendah pada hutan pinus (R= 4,57 dan H' =
2,58). Tata guna lahan yang ditanami dengan lebih banyak spesies tanaman memiliki keragaman spesies burung lebih tinggi
dibandingkan dengan lahan yang monokultur seperti hanya tanaman pinus. Walaupun, tanaman pinus tercatat paling banyak
jumlah spesies burung yang memanfaatkannya, yaitu 26 spesies, kemudian 16 spesies burung pada tanaman sengon, 13
spesies burung pada jatibelanda, 12 spesies burung pada durian, 11 spesies burung pada kiara pereng. Dengan demikian,
hutan tanaman buah-buahan/kayu-kayuan dapat ditanam sebagai daerah pelestarian burung maupun untuk meningkatkan
keanekaan spesies burung, terutama di dalam dan sekitar taman-taman rekreasi.
Kata kunci: Burung, Keanekaan Spesies, Tata Guna Lahan, Taman Wisata Alam, Gunung Pancar.
indeks keanekaan Shannon (H') dan Simpson (D) dan indeks ekuitabilitas/kemerataan (J) dan (E) tidak sama atau menjadi
menurun sebagai akibat adanya perubahan tata guna lahan, dari hutan alam menjadi non hutan alam, seperti hutan tanaman
buah-buahan dan hutan pinus. Penelitian dilakukan di TWA Gunung Pancar pada Juni-Oktober 2009. Pengamatan burung
dilakukan dengan metode IPA (Index d’Abondance Ponctuel). Hasil penelitian adalah ditemukan 48 spesies burung dari 38
marga dan 25 suku: 39 spesies burung dari 29 marga dan 21 suku pada hutan tanaman buah-buahan/kayu-kayuan, 32 spesies
burung dari 24 marga dan 21 suku pada hutan alam dan 26 spesies burung dari 25 marga dan 18 suku pada hutan pinus. Nilai
indeks kekayaan dan keanekaragaman spesies burung tertinggi (R= 6,26 dan H' = 2,97) ditemukan pada hutan tanaman buah-
buahan/kayu-kayuan dan indeks kekayaan dan keanekaragaman spesies burung terendah pada hutan pinus (R= 4,57 dan H' =
2,58). Tata guna lahan yang ditanami dengan lebih banyak spesies tanaman memiliki keragaman spesies burung lebih tinggi
dibandingkan dengan lahan yang monokultur seperti hanya tanaman pinus. Walaupun, tanaman pinus tercatat paling banyak
jumlah spesies burung yang memanfaatkannya, yaitu 26 spesies, kemudian 16 spesies burung pada tanaman sengon, 13
spesies burung pada jatibelanda, 12 spesies burung pada durian, 11 spesies burung pada kiara pereng. Dengan demikian,
hutan tanaman buah-buahan/kayu-kayuan dapat ditanam sebagai daerah pelestarian burung maupun untuk meningkatkan
keanekaan spesies burung, terutama di dalam dan sekitar taman-taman rekreasi.
Kata kunci: Burung, Keanekaan Spesies, Tata Guna Lahan, Taman Wisata Alam, Gunung Pancar.
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.