PROTOTIPE MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS-KOLABORATIF UNTUK MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA AKADEMIK BAWAH
Abstract
Pembelajaran biologi di Indonesia saat ini lebih terorientasi pada produk. Keberhasilan belajar diukur
dari seberapa banyak siswa berhasil menghafalkan konsep, akibatnya kemampuan berpikir dan keterampilan
proses sains siswa memprihatinkan. Permasalahan lainnya adalah usaha memperkecil kesenjangan berpikir
kritis dan keterampilan proses sains antara siswa berkemampuan akademik atas (AA) dan bawah (AB). Siswa
AB dapat mencapai mastery layaknya siswa AA jika mereka diberi alokasi waktu belajar yang cukup.
Permasalahannya, alokasi waktu belajar di sekolah uniform bagi semua siswa, akibatnya terjadi kesenjangan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains antara siswa AA dan AB. Model pembelajaran
berbasis konstruktivis-kolaboratif dikembangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Prosedur
pengembangan model mengacu pada Borg dan Gall sebagai berikut. 1) Analisis kebutuhan. 2) Pengembangan
draf produk. 3) validasi ahli dan uji coba pengguna produk. Komponen model pembelajaran yang dikembangkan
berupa sintaks, sistem sosial, peran dan tugas guru, sistem pendukung, dampak instruksional dan pengiring.
Produk sintaks model hasil pengembangan sebagai berikut. 1) Fase I: Pengorganisasian belajar. 2) Fase II:
Aktivasi konsepsi awal. 3) Fase III: Menciptakan konflik kognitif. 4) Fase IV: Pembentukan konsep secara
kolaboratif. 5) Fase V: Presentasi kelas. 6) Fase VI: Tes individu. 7) Fase VII: Rekognisi tim. Hasil uji ahli dan uji
kelompok kecil pengguna menyatakan produk model dalam kategori layak. Produk model pembelajaran akan
diuji melalui setting eksperimen untuk mengetahui efektivitasnya dalam memperkecil kesenjangan kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan proses sains antara siswa AA dan AB.
Kata Kunci : Berpikir, Konstruktivis, Kolaboratif, Kemampuan Akademik
dari seberapa banyak siswa berhasil menghafalkan konsep, akibatnya kemampuan berpikir dan keterampilan
proses sains siswa memprihatinkan. Permasalahan lainnya adalah usaha memperkecil kesenjangan berpikir
kritis dan keterampilan proses sains antara siswa berkemampuan akademik atas (AA) dan bawah (AB). Siswa
AB dapat mencapai mastery layaknya siswa AA jika mereka diberi alokasi waktu belajar yang cukup.
Permasalahannya, alokasi waktu belajar di sekolah uniform bagi semua siswa, akibatnya terjadi kesenjangan
kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains antara siswa AA dan AB. Model pembelajaran
berbasis konstruktivis-kolaboratif dikembangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Prosedur
pengembangan model mengacu pada Borg dan Gall sebagai berikut. 1) Analisis kebutuhan. 2) Pengembangan
draf produk. 3) validasi ahli dan uji coba pengguna produk. Komponen model pembelajaran yang dikembangkan
berupa sintaks, sistem sosial, peran dan tugas guru, sistem pendukung, dampak instruksional dan pengiring.
Produk sintaks model hasil pengembangan sebagai berikut. 1) Fase I: Pengorganisasian belajar. 2) Fase II:
Aktivasi konsepsi awal. 3) Fase III: Menciptakan konflik kognitif. 4) Fase IV: Pembentukan konsep secara
kolaboratif. 5) Fase V: Presentasi kelas. 6) Fase VI: Tes individu. 7) Fase VII: Rekognisi tim. Hasil uji ahli dan uji
kelompok kecil pengguna menyatakan produk model dalam kategori layak. Produk model pembelajaran akan
diuji melalui setting eksperimen untuk mengetahui efektivitasnya dalam memperkecil kesenjangan kemampuan
berpikir kritis dan keterampilan proses sains antara siswa AA dan AB.
Kata Kunci : Berpikir, Konstruktivis, Kolaboratif, Kemampuan Akademik
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.