ANALISIS TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK), ABILITY TO PAY (ATP), DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) BUS BATIK SOLO TRANS PADA MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS KORIDOR 1 DAN 2)
Abstract
Angkutan umum adalah alat transportasi massal yang digunakan sebagai sarana perpindahan yang dapat mengangkut banyak penumpang secara langsung ke suatu tujuan. Kota Surakarta memiliki angkutan umum salah satunya yaitu bus Batik Solo Trans (BST). Selama satu tahun lebih berada di masa pandemi COVID-19, berbagai sektor pertumbuhan ekonomi negara mengalami penurunan drastis. Perekonomian yang tidak stabil membuat biaya transportasi meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui desain tarif BST koridor 1 dan 2 berdasarkan perhitungan BOK, ATP, dan WTP. Data didapatkan dari kuisioner yang disebarkan kepada penumpang BST. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelian ini didapatkan nilai ATP pekerja lebih besar dari nilai WTP pekerja. ATP pekerja yaitu sebesar Rp6.520,96 untuk koridor 1 dan Rp7.139,11 untuk koridor 2. Sedangkan untuk nilai WTP pekerja yaitu sebesar Rp3.735,52 untuk koridor 1 dan Rp3.629,31 untuk koridor 2. Untuk nilai ATP mahasiswa pada koridor 1 sebesar Rp2.752,68 dan koridor 2 sebesar Rp2.068,24. Kondisi ini berbanding terbalik dengan nilai WTP mahasiswa yang lebih besar yaitu Rp3.258,62 untuk koridor 1 dan Rp3.285,71 untuk koridor 2. Untuk tarif berdasarkan perhitungan BOK adalah Rp8.965,98 per penumpang/rit untuk koridor 1 dan Rp5.823,06 per penumpang/rit untuk koridor 2. Secara umum pada kategori mahasiswa diperlukan desain tarif BST baru yang sesuai dengan kemampuan membayar. Apabila nilai tarif yang ditentukan lebih besar dari ATP, maka jumlah selisih dapat dijadikan sebagai besaran subsidi yang harus ditanggung oleh pemerintah. Sedangkan untuk kategori pekerja, nilai ATP berada di atas nilai WTP. Desain tarif yang ideal terletak di antara nilai ATP dan WTP untuk penyesuaian pelayanan tarif.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Arum, S., & Samin. (2014). Analisa Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Biaya Operasional Kendaraan, ATP dan WTP. Jurnal Media Teknik Sipil, 12(2), 183–190. https://doi.org/10.22219/jmts.v12i2.2290 Breidert, C., Hahsler, M., & Reutterer, T. (2006). A Review of Methods for Measuring Willingness-to-pay. Innovative Marketing, 1–32. https://doi.org/10.3111/13696998.2011.644408 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.687/AJ.206/DPRJD Tahun 2002 Pedoman Teknis Penyelenggraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur. Jakarta Litman, T. (2003). Measuring transportation: Traffic, mobility and accessibility. ITE Journal (Institute of Transportation Engineers). Morlok, E. K. (1998). Pegantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga. Suryoputro, J., Sumarsono, A., & Djumari. (2015). Analisis Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Ability To Pay (ATP), Willingness To Pay (WTP) Dan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) (Studi Kasus Trans Jogja Rute 4A dan 4B). E-Jurnal Matriks Teknik Sipil, 3(2), 586–592. Tamin, O.Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Uli B., H. D. (1999). Analisis Ability to Pay dan Willingness to Pay Tarif Angkutan Kota (Studi Kasus: Kotamadya Medan). Tesis. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Undang-undang Republik Indonesia No 22 Tahun 2009. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta. Warpani S.P. (2002). Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Refbacks
- There are currently no refbacks.