ANALISIS PENAMBAHAN DEMAND BATIK SOLO TRANS KORIDOR 2 PADA PENGGUNAAN LAHAN PENDIDIKAN DAN ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)
Abstract
Bus Rapid Transit adalah salah satu sistem angkutan umum yang sedang digalakan di Indonesia, di kota Surakarta bis ini bernama Batik Solo Trans. Penambahan demand merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan didalam pengembangan angkutan umum. Dalam menentukan tarif, kemampuan serta kemauan membayar dari masyarakat yang termasuk dalam potensi penambahan demand perlu dipertimbangkan supaya mereka semakin tertarik untuk menggunakan angkutan umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi penambahan demand serta analisis ATP dan WTP pada area koridor 2 BST khusus penggunaan lahan pendidikan. Pada penelitian ini data di dapatkan dengan penyebaran kuisioner kepada siswa, mahasiswa, dan pegawai yang ada didalam daerah koridor 2 BST dengan penggunaan lahan pendidikan. Data yang diambil dari responden meliputi pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya digunakan untuk analisis penambahan demand dan persepsi tarif berdasarkan kemampuan dan kemauan membayar. Populasi pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori berdasarkan tarif yang dikenakan pada mereka, yaitu pelajar dan umum. Analisis ATP dan WTP dilakukan pada hari sekolah atau hari kerja, pada analisis tarif ini kategori umum dibagi menjadi dua yaitu mahasiswa dan pegawai. Hasil analisis dari data yang didapatkan melalui kuisioner menunjukan bahwa potensi penambahan demand Batik Solo Trans koridor 2 pada fungsi guna lahan pendidikan adalah sebesar 58,01% dari total 95003 orang dengan kondisi eksisting BST,dan sebanyak 5,62% dari total populasi termasuk dalam potensi demand dengan menuntut perbaikan. Dari analisis tersebut berarti terdapat 60450 orang yang belum menggunakan BST untuk kegiatan sehari-hari namun mempunyai ketertarikan untuk menggunakannya. Persepsi tarif dari potensi demand kategori pelajar berdasarkan ATP adalah Rp. 4.512,39, berdasarkan WTP adalah sebesar Rp. 2.353,45. Hasil tersebut menunjukan bahwa kemampuan membayar tarif BST dari pelajar yang berada dalam koridor 2 lebih besar dari pada tarif yang berlaku saat ini yaitu Rp.2500, meskipun kemauan membayar mereka sedikit lebih rendah. Ability to Pay dari kategori umum adalah sebesar Rp. 3.042,05 untuk mahasiswa dan Rp. 6.208,33 untuk pegawai. Tarif berdasarkan WTP untuk mahasiswa adalah sebesar Rp. 3.805,56 dan untuk pegawai adalah sebesar Rp. 3.766,67. Hasil analisis pada kategori umum menunjukkan bahwa kemampuan membayar milik mahasiswa jauh lebih rendah dibandingkan milik pegawai, oleh karena itu diperlukan subsidi atau kebijakan khusus mengenai tarif BST untuk mahasiswa..
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)Refbacks
- There are currently no refbacks.