Deskripsi dan fenomena yang terjadi pada perkawinan alami sapi Peranakan Ongole (PO) dengan sapi Bali di Kandang Percobaan Loka Penelitian Sapi Potong

Jauhari Efendy, Frediansyah Firdaus

Abstract

Objective: To determine the natural mating behavior pattern of PO bulls with Bali cows in the cattle breeding system using freestall housing of “Litbangtan Model”.

Methods: The materials were 63 livestock; 3 PO bulls and 60 Bali cows. The study was designed with a randomized block design (RBD) with three treatments based on the physiological status of Bali cows; namely Treatment A: 20 heifers, Treatment B: 10 heifers and 10 cows, and Treatment C: 20 cows. The parameters observed were the pattern of estrous behavior, the length of time from estrus to mating, the phenomena that occurred during pregnancy and the birth process, and the pregnancy rate.

Results: The estrous intensity in the +++ category was higher than + or ++ in all treatments. The shortest average time interval between estrus and mating occurred in treatment A with a pregnancy rate of 83.33%. The phenomena that occur during pregnancy and at birth are abortion, dystocia and calf death at birth. Abortion occurs at 4-6 months of gestation, dominated by heifers; the incidence of dystocia is entirely experienced by heifers.

Conclusion: Cows with estrus were 86.67% with various expressions starting from silent heat (+), medium (++) and visible (+++). There are 42 Bali cows that show normal behavior in a series of reproductive activities (estrus and mating) with a time interval estrus and mating between 0.67-14.75 hours. Pregnancy rate 83.33%; the phenomena that occur during pregnancy and childbirth include abortion, calf death at birth and dystocia.

Keywords

PO bulls and Bali cows; Natural mating; Pregnancy rate

References

Sudirman. 2016. Pengaruh metode perkawinan terhadap keberhasilan kebuntingan sapi Donggala di Kabupaten Sigi. Jurnal Mitra Sains. 4(3): 22-27.

Iswoyo and P. Widiyaningrum. 2008. Performans reproduksi sapi Peranakan Simmental (Psm) hasil inseminasi buatan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 11(3): 125-133. Doi: 10.22437/jiip.v.11i3.744.

Matondang, R. H., and S. Rusdiana. 2013. Langkah-langkah strategis dalam mencapai swasembada daging sapi/kerbau 2014. J. Litbang Pert. 32(3): 131-139. Doi: 10.21082/jp3.v32n3.2013.

Depison. 2010. Performans anak hasil persilangan induk sapi Bali dengan beberapa bangsa pejantan di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Jurnal Agripet. 10(1): 37-41. Doi: 10.17969/agripet.v10i1. 636.

Rasyid, A., J. Efendy and Mariyono. 2012. Sistem Pembibitan Sapi Potong Dengan Kandang Kelompok Model Litbangtan. Penerbit IAARD Press. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Sugiyono and A. Susanto. 2015. Teori dan Aplikasi untuk Analisis Data Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Kune, P. and N. Solihati. 2007. Tampilan birahi dan tingkat kesuburan sapi Bali Timor yang diinseminasi. Jurnal Ilmu Ternak. 7(1): 1-5. Doi: 10.24198/jit.v7i1. 2223.

Nabenishi, H., H. Ohta, T. Nishimoto, T. Morita, K. Ashizawa, and Y. Tsuzuki. 2011. Effect of the temperature-humidity index on body temperature and conception rate of lactating dairy cows in Southwestern Japan. J. Reprod. Dev. 57(4): 450-456. Doi: 10.1262/jrd.10-135T.

Pemayun, T. G. O., I. G. N. B. Trilaksana, and M. K. Budiasa. 2014. Waktu inseminasi buatan yang tepat pada sapi Bali dan kadar progesterone pada sapi bunting. Jurnal Veteriner. 15(3): 425-430.

Yulyanto, C. A., T. Susilawati, and M. N. Ihsan. 2014. Penampilan reproduksi sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Peranakan Limousine di Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo dan Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. J. Ilmu-Ilmu Peternakan. 24(2): 49-57.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Pedoman Intensifikasi Kawin Alam. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Luthfi, M., T. Susilawati and N. Isnaini. 2015. Perbedaan kecepatan pubertas calon pejantan sapi PO yang dipelihara pada kelompok sex yang berbeda. J. Ternak Tropika. 16(2): 07-15. Doi: 10.21776/ub.jtapro.2015.016.02.2.

Soekardono, C. Arman, and L. M. Kasip. 2009. Identifikasi grade sapi Bali betina bibit dan koefisien reproduksi sapi betina di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Buletin Peternakan. 33(2): 74-80. Doi: 10.21059/buletinpeternak.v33i2.119.

Kementerian Pertanian. 2010. Keputusan Menteri Pertanian No. 325/Kpts/OT.140/1/ 2010 tentang Penetapan Rumpun Sapi Bali. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak – Ditjen Peternakan dan Keswan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hafizuddin, T. N. Siregar, M. Akmal, J. Melia, Husnurrizal, and T. Armansyah. 2012. Perbandingan intensitas berahi sapi Aceh yang disinkronisasi dengan prostaglandin F2 alfa dan birahi alami. Jurnal Kedokteran Hewan. 6(2): 81-83. Doi: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.296.

Kune, P. and Najamudin. 2002. Respon estrus sapi potong akibat pemberian progesteron, prostaglandin F2α dan estradiol benzoat dalam kegiatan sinkronisasi estrus. Jurnal Agroland. 9(4):

-384.

Anisa, E., Y. S. Ondho and D. Samsudewa. 2017. Pengaruh body condition score (BCS) berbeda terhadap intensitas birahi sapi induk Simmental Peranakan Ongole (SIMPO). Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 12(2); 133-141. Doi: 10.31186/ jspi.id.12.2.

Saili, T., L. O. Nafiu, L. O. Baa, S. Rahadi, A. Napirah, Syamsuddin, I. W. Sura and F. Lopulalan. 2017. Efektivitas sinkronisasi estrus dan fertilitas spermatozoa hasil sexing pada sapi Bali di Sulawesi Tenggara. Jurnal Veteriner. 18(3): 353-359. Doi: 10.19087/jveteriner.2017.18.3.353.

Hafez, E. S. E. 2000. Reproduction In Farm Animals. 7th Ed. Reproductive Health Centre, Kiawah Island, South Carolina, USA.

Puspitasari, I. K., N. Isnaini, A. P. A. Yekti, T. Susilawati. 2018. Tampilan reproduksi sapi Rambon betina pada paritas yang berbeda. Ternak Tropika. 19(2): 80-86. Doi: 10.21776/ub.jtapro.2018.019.02.2.

Febrianthoro, F., M. Hartono, and S. Suharyati. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi conception rate pada sapi Bali di Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 3(4): 239-244. Doi: 10.23960/jipt.v3i4.p%25p.

Efendi, M., T. N. Siregar, Hamdan, Dasrul, C. N. Thazmi, Razali, A. Sayuti and B. Panjaitan. 2015. Angka kebuntingan sapi lokal setelah diinduksi dengan protokol ovsynch. J. Med. Vet. 9(2): 159-162. Doi: 10.21157/j.med.vet.v9i2.3804.

Adjid, A. 2004. Strategi alternatif pengendalian penyakit reproduksi menular untuk meningkatkan efisiensi reproduksi sapi potong. Wartazoa. 14(3): 125-132.

Tulu, D., B. Deresa, F. Begna, and A. Gojam. 2018. Review of common causes of abortion in dairy cattle in Ethiopia. J. Vet. Med. Anim. Health. 10(1): 1-13. Doi: 10.5897/JVMAH2017.0639.

Febrianila, R., W. Paramita, T. Imam, I. Mustofa, E. Safitri, and H. A. Hermadi. 2018. Kasus distokia pada sapi potong di Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang Tahun 2015 dan 2016. Ovozoa. 7(2): 148-151. Doi: 10.20473/ovz.v7i2.2018.148-151.

Toelihere, M. R. 2006. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit UI Pres. Jakarta.

Schuenemann, G. M. 2012. Calving Manajement in Dairy Herds: Timing of Intervention and Stillbirth. Ohio (USA): The Ohio State University.

Aprily, N. U., P. Sambodho and D. W. Harjanti. 2016. Evaluasi kelahiran pedet sapi perah di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden. Jurnal Peternakan Indonesia. 18(1): 36-43. Doi: 10.25077/jpi.18.1.36-43.2016.

Cuttance E. L., W. A. Mason, J. McDermott, R. A. Laven, S. McDougall, and C. V. C. Phyn. 2017. Calf and replacement heifer mortality from birth until weaning in pasture-based dairy herds in New Zealand. J. Dairy Sci. 100(10): 8347-8357. Doi: 10.3168/jds.2017-12793.

Bleul, U. 2011. Risk factors and rates of perinatal and postnatal mortality in cattle in Switzerland. Livestock Science. 135(2-3): 257-264. Doi: 10.1016/j.livsci.2010.07.022.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.