Faktor resiko mastitis subklinis pada Kambing Peranakan Etawah di Kecamatan Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta

Morsid Andityas, Clara Ajeng Artdita, Nur Ika Prihanani

Abstract

Tujuan: Mastitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada glandula intramamari sebagai respon dari mekanisme pertahanan tubuh. Kejadian dan tingkat infeksi mastitis sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor penyebab. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian mastitis subklinis pada kambing peranakan etawah (PE) di Kecamatan Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta.

Metode:Jenis metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah 200 sampel susu segar dari kambing PE. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara (kuesioner), pengamatan langsung dan pengujian status mastitis dengan menggunakan reagen California Mastitis Test (CMT). Data penelitan ini dianalisis secara diskriptif dan analisis bivariat chi square (X2), Odds Ratio (OR), serta Relative risk (RR).

Hasil: Hasilpenelitian menunjukan bahwa faktor resiko yang berperan terhadap kejadian mastitis subklinis di Kecamatan Kokap adalah variabel umur sapih <2 bulan (X2=22,99; OR=21,13 dan RR=13,2) dan jarak pembuangan limbah <15 m dari kandang (X2=3,98; OR=6,52 dan RR=5,44).

Kesimpulan: Variabel faktor resiko umur sapih <2 bulan dan jarak pembuangan limbah <15 m dari kandang memiliki asosiasi kuat dengan infeksi mastitis subklinis di Kecamatan Kokap, Kulonprogo, Yogyakarta.

Keywords

Mastitis; Kambing peranakan etawah; Susu; Faktor resiko

Full Text:

PDF

References

Kulonprogokab BPS. [Internet]. Data Populasi Ternak Kulon Progo. [cited 2020 Agust 25]. Available from: https://kulonprogokab.bps.go.id/LinkTableDinamis/view/id/125.

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Keputusan Menteri Pertanian Nomor:695/Kpts/PD.410/2/2013 tentang penetapan rumpun kambing peranakan etawah [Internet]. Kementan.; c2013 [cited 2020 Feb 17]. Available from: http://bibit.ditjenpkh.pertanian.go.id/sites/default/files/Kambing%20PE.pdf

Febriana D. N., Diah W. H., dan Priyo S. 2018. Korelasi ukuran badan, volume ambing dan produksi susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (2): 134 – 140. DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.02.06.

Arce, C., dan R. E. Vicente. 2016. Factors affecting somatic cell count in dairy goats: A review. Spanish Journal of Agricultural Research 12(1): 133-150. Doi: 10.1016/0921-4488(92)90014-U.

Blowey R., and Peter E. 2010. Mastitis Control in Dairy Herds. 2nd edition. CAB International, London, UK.

Wicaksono, A., dan Mirnawati, S. 2016. Prevalensi mastitis subklinis dan evaluasi mikrobiologis susu peternakan rakyat di Boyolali. Journal ACTA Veterinaria Indonesiana 4 (2): 51–56. Doi: 10.29244/avi.4.2.51-56.

Siregar, S. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Cetakan ke-2. Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.

Radostits, M. O., C. C. Gray, W. H. Kenneth, and D. C. Peter. 2006. Veterinary Medicine, A Textbook of the Diseases of Cattle, Sheep, Pigs, Goats and Horses. Elsevier Health Sciences, London.

Nisa, H. C., P. Bambang, D. T. Tita, H. Mas’ud, S. Romziah, and H. Nenny. 2019. Analisis of factor affecting subclinical and clinical mastitis in dairy cow (case study in the Cooperative Agribusiness Dana Mulya Pacet, Mojokerto). Ovozoa 8(1). Doi: 10.20473/ovz.v8i1.2019.66-70.

Haenlein, G. F. W. 2002. Relationship of somatic cell counts in goat milk to mastitis and productivity. Journal of Elsevier Science 45(2):163-178. DOI: 10.1016/S0921-4488(02)00097-4.

Sudarwanto, M., dan Sudarnika, E. 2008. Hubungan antara pH susu dengan jumlah sel somatik sebagai parameter mastitis subklinik. Media Peternakan 31 (2): 107-113

Suwito, W., S. N. Widagdo, S. Bambang, dan E. T. H. W. Agnesia. 2014. Faktor-faktor risiko mastitis subklinis pada kambing peranakan etawah di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Veteriner 15(1): 130–138.

Leelahapongsathon K., Tipapun P., Wasana C. and Witaya. 2016. Factors in dry period associated with intramammary infection and subsequent clinical mastitis in early postpartum cows. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences (29): 580-585 DOI: 10.5713/ajas.15.0383

Litwińczuk, Z., J. Król, and A. Brodziak. 2015. Factors determining the susceptibility of cows to mastitis and losses incurred by producers due to the disease–a review. Annals of Animal Science 15(4): 819-831. DOI: 10.1515/aoas-2015-0035

Bradley A J., dan Green M.J. 2004. The importance of the nonlactating period in the epidemiology of intramammary infection and strategies for prevention. Vet Clin North Am-Food Anim Pract. (20): 547-568 DOI: 10.1016/j.cvfa.2004.06.010

Saifudeen, M. Safeer, Kerala, R. Venkataramanan, and N. Tamil. 2018. Relationship of risk factors with incidence of mastitis in cows. Journal of Entomology And Zoology Studies 16(2): 2397-2402.

Nurhayati, I. S., dan Martindah E. 2015. Pengendalian Mastitis Subklinis Melalui Pemberian Antibiotik Saat Periode Kering Pada Sapi Perah. Wartazoa 25 (2): 65–74. DOI: 10.14334/wartazoa.v25i2.1143.

Sharif, Aamir, U. C. Muhammad, S. Marine, and M. Ghulam. 2009. Mastitis Control in Dairy Production. Journal Of Agriculture and Social Sciences 5(3): 102-105. Doi: 09–005/ZAP/2009/5–3–102–105.

Duralioglu, A., B. Ayhan, S. Sackin, C. Mehmet, and A. Mehmet. 2014. The effects of pre-milking and post-milking teat disenfection in goats on udder health and milk quality. Journal of Ankara University Veteriner 61: 107-110. Doi: 10.1501/Vetfak_0000002613.

Mahardhika, O., Sudjatmogo, dan T. H. Suprayogi. 2012. Tampilan total bakteri dan ph pada susu kambing perah akibat dipping disenfektan yang berbeda. Animal Agriculture Journal 1(1): 819-194.

Gleeson, D. E., W. J. Meaney, E. J. O’Callaghan, and M. V. Rath. 2004. Effect of teat hyperkeratosis on somatic cell counts of dairy cows. International Journal of Applied Research in Veterinary Medicine 2(2): 115-122.

Neijenhuis F., H. W. Barkema, H. Hogeveen, and J. P. T. M. Noorhizen. 2001. Relationship between teat-end callosity and occurrence of clinical mastitis. Journal American Dairy Science Association 84:2664-2672. Doi: 10.3168/jds.S0022-0302(01)74720-0.

Suryowardojo, P. 2012. Penampilan Kandungan Protein dan Kadar Lemak Susu Pada Sapi Perah Mastitis Friesian Holstein. The Journal of Experimental Life Science 2(1): 42–48. Doi: 10.21776/ ub.jels.2012.002.01.07.

Karimuribo, E. D., J. L. Fitzpatrick, E. S. Swai, C. Bell, M. J. Bryant, N. H. Ogden, D. M. Kambarage, and N. P. French. 2008. Prevalence of Subclinical Mastitis and Associated Risk Factors in Smallholder Dairy Cows in Tanzania. Veterinary Record 163, 16-21. Doi: 10.1136/vr.163.1.16.

Mustafa, S. Yasser, Farhat A. Nazir, Z. Tooba, R. C. Sana, and Z. Vetristo. 2011. Pevalence and Antibacterial Susceptibility In Mastitis In Buffalo And Cow In And Around The District Lahore-Pakistan. Pakistan Journal of Pharmacy 24: 29–33. Doi: 10.14456/ku-bufbu.2013.42.

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 422/Kpts/O.210/7/2001 tentang pedoman budidaya ternak sapi perah yang baik (Good Farming Practice) [Internet]. Kementan.: c2001 [cited 2020 February 19]. Available from: https://peraturan.bkpm. go.id/jdih/front/index/110/30.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.