WARUNG TEGAL: RELASI KAMPUNG MENYANGGA KOTA JAKARTA (Studi Kasus Pada Warung Tegal di Jakarta Timur)

Maflahah Maflahah, Akhmad Ramdhon

Abstract


Abstract : Low of skills and education background lead Tegal society was unable to access the economic formal sector in urban areas. Then, they choose the informal sectors such as street vendors, pedicab, and others to get money. Warung Tegal is one of to be a solution to keep them alive in the city. Warung Tegal become one of the solution to address this problem, moreover Warung Tegal is does not need high education and specific skills to do. The purpose of this research is to identified how Warung Tegal as a informal sector can stay and keep growing as high as city’s development to be a buffer the economic of the city. Theory that use in this research is Pierre Bourdieu’s social capital. The method that use in this research is qualitative research. The approach that use is case study and the sampling method is purposive sampling. Warung Tegal can be one of solution that can stay and compete in economic of the city. It prove that Warung Tegal can give a economic welfare to Tegal society. It can be seen that there are a lot of warteg with high persistent, mutual cooperation, and high social capital between warteg seller give a power to each other to stay in the city. Although they live in a long term in Jakarta, but they do not forget their hometown. Aplusan is a chance for them to back to their hometown. Tegal that seen as a village and Jakarta as a big city can make a strong bond between them. The conclution is Warung Tegal as a informal sector give a different point of view of city, not just a city that full of luxury but a city that look through informal sector as economic buffer zone.
Keywords : City, informal sector, social capital, village, warung tegal

Abstrak : Rendahnya keterampilan dan latar belakang pendidikan menyebabkan masyarakat Tegal tidak dapat mengakses sektor formal ekonomi di daerah perkotaan. Kemudian, mereka memilih sektor informal seperti pedagang kaki lima, becak, dan lain-lain untuk mendapatkan uang. Warung Tegal adalah salah satu solusi untuk membuat mereka tetap hidup di kota. Warung Tegal menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini, terlebih lagi Warung Tegal tidak membutuhkan pendidikan tinggi dan keterampilan khusus untuk melakukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana Warung Tegal sebagai sektor informal dapat tetap dan terus tumbuh setinggi perkembangan kota untuk menjadi penyangga ekonomi kota. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal sosial Pierre Bourdieu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Warung Tegal dapat menjadi salah satu solusi yang dapat bertahan dan bersaing dalam ekonomi kota. Ini membuktikan bahwa Warung Tegal dapat memberikan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat Tegal. Dapat dilihat bahwa ada banyak warteg dengan persistensi, kerja sama timbal balik, dan modal sosial yang tinggi antara penjual warteg memberikan kekuatan untuk satu sama lain untuk tinggal di kota. Meskipun mereka hidup dalam jangka panjang di Jakarta, tetapi mereka tidak melupakan kampung halaman mereka. Aplusan adalah kesempatan bagi mereka untuk kembali ke kampung halaman mereka. Tegal yang dilihat sebagai desa dan Jakarta sebagai kota besar dapat membuat ikatan yang kuat di antara mereka. Kesimpulannya adalah Warung Tegal sebagai sektor informal memberikan sudut pandang yang berbeda dari kota, bukan hanya kota yang penuh kemewahan tetapi kota yang melihat melalui sektor informal sebagai zona penyangga ekonomi.

Kata Kunci: Kota, sektor informal, modal sosial, desa, warung tegal


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.20961/jodasc.v1i2.23054

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Recent Issues