Integrasi Nanoteknologi Dalam Pembelajaran Di Era Society 5.0: Kajian dari Perspektif Pembelajaran Fisika

Harry Affandy

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peranan dan prinsip integrasi nanoteknologi dalam pembelajaran di Era society 5.0. Kajian integrasi tersebut ditinjau dari perspektif pembelajaran Fisika. Metode kajian yang digunakan untuk mengungkap prinsip dan faktor yang mempengaruhi efektivitas integrasi nanoteknologi dalam pembelajaran fisika, kajian yang dipaparkan pada tulisan ini didasarkan pada analisis literatur yang relevan (desk analysis). Prinsip dasar dalam penggunaan nanoteknologi dalam pendidikan Fisika adalah sebagai penguat pemahaman konseptual dan intuisi Fisika, sehingga pembelajaran tidak hanya sebatas mengetahui tetapi dapat bermafaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, Guru dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa sehingga siswa antusias untuk belajar. Tiga faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan pengemabngan dan integrasi nanoteknologi dalam pembelajaran fisika, yaitu: faktor desain rancangan teknologi, faktor peranan guru dalam penerapan teknologi tersebut, dan faktor konteks pendidikan dimana teknologi tersebut diterapkan

Keywords

Nanoteknologi, Integrasi, Fisika, Society 5.0

References

Foresti, R., Rossi, S., Magnani, M., Guarino Lo Bianco, C., & Delmonte, N. (2020). Smart society and artificial intelligence: big data scheduling and the global standard method applied to smart maintenance. Engineering, 6(7), 835–846. https://doi.org/10.1016/j.eng.2019.11.014

Fukuda, K. (2020). Science, technology and innovation ecosystem transformation toward society 5.0. International Journal of Production Economics, 220, 1–14.

Gehrke, P. J. (2018). Public understanding of nanotechnology: how publics know. in nano-publics, 21–37. Palgrave Pivot, Cham. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/978-3-319-69611-9_2

Herayanti, L., Fuaddunnazmi, M., & Habibi, H. (2017). Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbasis moodle. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 3(2), 197. https://doi.org/10.29303/jpft.v3i2.412

Kemenperin. (2017). Empat strategi indonesia masuk revolusi industri keempat. Kemenperin.

Khine, M. S., & Fisher, D. (2003). Technology-rich learning environments: a future perspective. in technology-rich learning environments: a future perspective. https://doi.org/10.1142/5325

Kompas. (2018). Menuju revolusi industri 4 . 0. 1–6.

Mokhtar, S. B. (2017). A techno-religious framework to scaffold spiritual intelligence among students. University of Malaya.

Nieuważny, J., Masui, F., Ptaszynski, M., Rzepka, R., & Nowakowski, K. (2020). How religion and morality correlate in age of society 5.0: statistical analysis of emotional and moral associations with buddhist religious terms appearing on japanese blogs. Cognitive Systems Research, 59, 329–344. https://doi.org/10.1016/j.cogsys.2019.09.026

Nur, M. (2001). Media pengajaran dan teknologi untuk pembelajaran. Usaha Nasional.

Satterfield, T., Kandlikar, M., Beaudrie, C. E. H., Conti, J., & Herr Harthorn, B. (2009). Anticipating the perceived risk of nanotechnologies. Nature Nanotechnology, 4(11), 752–758. https://doi.org/10.1038/nnano.2009.265

Smaldino, Sharon E. Lowther, D. L., & Russell, J. D. (2011). Instructional technology and media for learning. Pearson Education.

Ustundag, A., & Cevikcan, E. (2018). Industry 4.0: managing the digital transformation. Springer.

Utami, I. S., Septiyanto, R. F., Wibowo, F. C., & Suryana, A. (2017). Pengembangan STEM-A (science, technology, engineering, mathematic and animation) berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran fisika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 6(1), 67. https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v6i1.1581

Zubaidah, S. (2010). Berpikir kritis: kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains. Seminar Nasional Sains 2010 Dengan Tema “Optimalisasi Sains Untuk Memberdayakan Manusia,” June, 1–14.

Refbacks