RESISTENSI SIMBOLIK TENUN KORKASE PADA MASYARAKAT AMARASI
Abstract
This research aims to describe and analyze symbolic resistance through the korkase woven cloth (foreign birds) of the Amarasi community to the government system during the time of the Amarasi king H.R Koroh (Uis Pah Koroh). The method used is a qualitative research method with a descriptive approach, using interview techniques, documentary studies and literature studies. The results showed that the korkase weaving symbol is one of the motives that has an important role in the Amarasi community. For the Amarasi people on one hand, korkase is a symbol of the king's identity. But on the other hand, it is used as a symbol of resistance to the structure or system of government that is not in accordance with the values of truth and justice. The korkase weaving symbol as a sacred text represents the voice of the Amarasi people to fight for the values of love, justice, brotherhood and equality. This paper wants to revive the appreciation of the Amarasi community symbolized in korkase woven fabric as an identity that needs to be respected and upheld.
Keywords: Amarasi; Korkase Weaving; Symbolic Resistance; Sacred Text.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa resistensi simbolik melalui kain tenun korkase (burung asing) masyarakat Amarasi terhadap sistem pemerintahan pada masa raja Amarasi H.R Koroh (Uis Pah Koroh). Metode yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, memakai teknik wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol tenun korkase merupakan salah satu motif yang memiliki peranan penting dalam masyarakat Amarasi. Bagi masyarakat Amarasi disatu sisi, korkase merupakan simbol identitas raja. Namun di sisi yang lain, dipakai sebagai simbol perlawanan terhadap struktur atau sistem pemerintahan yang tidak sesuai dengan nilai kebenaran dan keadilan. Simbol tenun korkase sebagai teks suci mewakili suara masyarakat Amarasi untuk memperjuangkan nilai-nilai cinta-kasih, keadilan, persaudaraan, dan kesetaraan. Tulisan ini ingin mengangkat kembali penghargaan terhadap masyarakat Amarasi yang disimbolkan dalam kain tenun korkase sebagai identitas yang perlu dihargai dan dijunjung tinggi.
Kata kunci : Amarasi; Resistensi Simbolik; Tenun Korkase; Teks Suci.
Full Text:
PDFReferences
Akely, M. 2018. Resistensi Simbolik: Gerakan Perlawanan Simbol Adat Terhadap Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kaimana. Salatiga: Satya Wacana University Press.
Allerton, C. 2007. The Secret Life of Sarongs: Manggarai Textiles as Super-Skins. Journal of Material Culture, 12, (10): 22-46.
Creswell, J. W. 2014. Research Design: Pendekatan Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Elvida, M. N. 2015. Pembuatan Kain Tenun Ikat Maumere di Desa Wololora Kecamatan Lela Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Holistik, 8, (16): 1-22.
Haenfler, R. 2004. Rethinking Subcultural Resistance: Core Values of the Straight Edge Movement. Journal of Contemporary Ethnography, 33, (4): 406-436.
Kartikasari, D. W. & Sarmini. 2017. Makna Motif Batik Gedog Sebagai Refleksi Karakter Masyarakat Tuban. Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 5, (3): 960-974.
Kleden, P. B. 2003. Teologi Terlibat: Politik dan Budaya dalam Terang Teologi. Maumere: Ledalero.
Mubin, I. 2016. Makna Simbol Atau Motif Kain Tenun Khas Masyarakat Daerah Bima di Kelurahan Raba Dompu Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian, dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 1, (1): 21-24.
Mudhoffir, A. M. 2013. Teori Kekuasaan Michel Foucault: Tantangan Bagi Sosiologi Politik. Jurnal Sosiologi Masyarakat, 18, (1): 75-100.
Musarrofa, I. 2015. Mekanisme Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga Perspektif Teori Kekerasan Simbolik Pierre Bourdieu. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, 49, (2): 458-478.
Pramiyanti, A. & Christin, M. 2014. Makna Simbol Emotikon Dalam Komunitas Kaskus. Jurnal Sosioteknologi, 13, (2): 119-133.
Prayitno, T. 2010. Mengenal Produk Nasional Batik dan Tenun. Semarang: PT. Sindu Press.
Scott, J. C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
……………… 1717. Everyday Forms Of Resistance. Bishop Trelawny.
Setiawan, B. & Suwarningdyah, R. R. 2014. Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20, (3): 353-367.
Sianturi, S. R. M. 2014. Resistensi Komunitas Kretek Dalam Mempertahankan Kesejahteraan Kretek di Indonesia. Jurnal Kajian Komunikasi, 2, (2): 155-160.
Sofyan, N. 2014. Bahasa Sebagai Simbolisasi Mempertahankan Kekuasaan. Jurnal Interaksi, 8, (1): 75-84.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suliadi. 2012. Resistensi Mahasiswa terhadap Kebijakan Kampus di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Jurnal Sosiologi Reflektif, 6, (2): 103-115
Tripambudi, S. 2012. Interaksi Simbolik Antar Etnik Di Yogyakarta. Jurnal Ilmu Komunikasi, 10, (3): 321-342.
Utami, N. A. & Yulistiana. 2018. Tenun Ikat Amarasi Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur. e-Jurnal, 7, (2): 1-6.
Hasil Wawancara:
Wilhelmina Beti (Penenun), 19April 2018.
Orpa Amnifu, (Penenun), 19 April 2018.
Trayanus Obhetan (Tua Adat ), 08 September 2018.
Tonci Nitti (Tua Adat), 08 September 2018.
Robert Koroh (Tokoh Masyarakat), 20 April 2018.
Kacianda Beti (Penenun), Tanggal 20 April 2018.
Refbacks
- There are currently no refbacks.