Critical Discourse Analysis Norman Fairclough Pidato Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam Merespon Pandemi COVID-19

Abstract

Mewabahnya pandemik Coronavirus Disease-19 mengakibatkan kepanikan dan membutuhkan himbauan serta kebijakan dari pemerintah. Sri Sultan Hamengkubuwono X yang merupakan Gubernur sekaligus Raja dari Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan pidato Cobaning Gusti Allah Awujud Virus Corona sebagai upaya menenangkan warganya. Penelitian ini menggunakan metode Critical Discourse Analysis Norman Fairclough yang mengulik teks berdasarkan mikrostuktur (representasi, hubungan dan identitas), praktik diskursif atau tataran mesostruktur (produksi, konsumsi, dan reproduksi), serta sociocultural pada tataran makrostruktur (situasional, kelembagaan, dan sistem sosial). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono X  pada tataran teks merepresentasikan dirinya memiliki kekuasaan sebagai Raja serta Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan menganggap masyarakat Yogyakarta lebih mempunyai pendidikan tinggi dan spiritualitas yang lebih baik. Pada aspek praktik diskursif Sri Sultan Hamengkubuwono X memiliki otoritas yang sangat mutlak di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga kesan sakral dan image Sri Sultan Hamengkubuwono X akan selalu didengarkan oleh rakyatnya. Sedangkan pada praktik sociokultural penyampaian pidato terkait Covid-19 disesuaikan dengan konteks kerajaan direpresentasikan dengan tatanan kebijakan yang menggambarkan institusi kerajaan dan pimpinan daerah meskipun demikian pidato tersebut belum memberikan regulasi yang tegas sehingga terdapat kasus peningkatan kasus Covid-19 yang masif dan tidak menyesuaikan aturan Calmdown seperti yang disampaikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada pidato Cobaning Gusti Allah Awujud Virus Corona