TARI NENEMO DALAM TRADISI KESENIAN MASYARAKAT LAMPUNG, TULANG BAWANG BARAT

Rita Oktaviani, Karsiwan Karsiwan

Abstract

Kabupaten Tulang Bawang Barat di provinsi Lampung merupakan tempat asal mula tari Nenemo. Pada tahun 2016, Hartati menciptakan tarian ini. Tarian ini diciptakan dengan tiga konsep menurut koreografernya: masyarakat multikultural, aktivitas masyarakat Tulang Bawang Barat, dan makna dibalik istilah Nemen, Nendes, Nerimo. Ketika ide ini terwujud, terciptalah karya tari bernama Nenemo. Tarian Nenemo biasanya ditampilkan untuk mengawali acara-acara resmi dan informal. Seseorang dapat menampilkan tarian Nenemo secara solo, berkelompok, atau sebagai raksasa. Peneliti masih menyisakan banyak permasalahan yang belum terjawab dengan keberadaan tarian ini, khususnya mengenai koreografi tari Nenemo dan isinya, serta bagaimana dinamika proses kreatif tari tersebut dilihat dari sudut pandang sosial budaya. Tempat Tari Nenemo di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Temuan penelitian ini memperjelas bahwa prosedur yang komprehensif dan inklusif yang melibatkan anggota semua lapisan masyarakat digunakan untuk menciptakan dan memproduksi tari Nenemo. Dibandingkan dengan tarian lain di Lampung, koreografi tari Nenemo tergolong baru. Keberadaan tari Nenemo di Tulang Bawang Barat menuntutnya melambangkan masyarakat multikultural, meskipun dalam hal ini diperlukan waktu lebih lama untuk mengukuhkan jati dirinya. 

Keywords: Tari Nenemo, Budaya Kesenian Lampung Tulang Bawang Barat

 ABSTRACT

West Tulang Bawang Regency in Lampung province is the origin of the Nenemo dance. In 2016, Hartati created this dance. This dance was created with three concepts according to the choreographer: multicultural society, activities of the West Tulang Bawang community, and the meaning behind the terms Nemen, Nendes, Nerimo. When this idea was realized, a dance work called Nenemo was created. The Nenemo dance is usually performed to start formal and informal events. One can perform the Nenemo dance solo, in a group, or as a giant. Researchers still have many unanswered problems regarding the existence of this dance, especially regarding the Nenemo dance choreography and its content, as well as how the dynamics of the dance's creative process are seen from a socio-cultural perspective. Nenemo Dance Place in West Tulang Bawang Regency. The findings of this research make it clear that comprehensive and inclusive procedures involving members of all levels of society were used to create and produce the Nenemo dance. Compared to other dances in Lampung, the Nenemo dance choreography is relatively new. The existence of the Nenemo dance in West Tulang Bawang requires it to symbolize a multicultural society, although in this case it takes longer to establish its identity.

 

Keyword: Nenemo Dance, West Lampung Tulang Bawang Arts Culture

 

Keywords

Tari Nenemo, Budaya Kesenian Lampung Tulang Bawang Barat

Full Text:

PDF

References

Ahyani, N. (2014). Kemampuan Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah. Seminar Nasional Teknologi Pendidikan, 94–106.

Amboro, K., Kuswono, K., Karsiwan, K., & Afwan, B. (2023). Buku Panduan Pembelajaran Berbasis PjBL dan PBL dengan tema "Sejarah Lokal dan Cagar Budaya untuk Kurikulum Merdeka (B. Afwan (ed.); 1 ed.). Laduny Alifatama.

Anggrani, A.-, & Karsiwan, K. (2024). Ruwat Dandang: Antara Mitos Dan Tradisi di Desa Bumirejo Kabupaten Lampung Tengah. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 19(1), 23–36. https://doi.org/10.14710/sabda.19.1.23-36

Bangsawan, R. (2020). Falsafah Nenemo dan Kontribusinya bagi Masyarakat Lampung. Journal of Islamic Theology and Philosophy, 2(1), 63–78. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijitpDOI:http://dx.doi.org/10.24042/ijitp.v2i1.5772

Barnawi & Arifin, M. (2015). Strategi dan Kebijakkan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Ar-Ruzz Media.

Bukri, dkk. (1978). Sejarah Daerah Lampung. Depdikbud.

Citra Ayuhda dan Karsiwan. (2020). Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kitab Kuntara Raja Niti Sebagai Pedoman Laku Masyarakat Lampung. Journal of Social Pedagogy, 1(1), 12.

Fauzan, F. (2017). Makna Simbolik Topeng Sakura Pada Masyarakat Adat Lampung. Kalam, 10(1), 223. https://doi.org/10.24042/klm.v10i1.342

Hart, C. (2018). Doing a Literature Review: Releasing the Research Imagination. Sage Publication.

Huberman, & Miles. (1992). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 02(1998), 1–11.

Karsiwan, Pujiati. (2018). Jejak-Jejak Politik Etis Pemerintah Kolonial Belanda Sebagai Alternatif Sumber Belajar IPS Di Sekolah. Tekstual, 16(31).

Karsiwan, K. (2020). Kejayaan Lada Hingga Praktek Perburuhan di Lampung Abad ke XVIII Hingga Abad XX. Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam, 5(1). https://doi.org/10.29300/ttjksi.v5i1.2710

Karsiwan, K., Wardani, W., Lisdiana, A., Purwasih, A., Hamer, W., & Retno Sari, L. (2023). Sosialisasi Materi Kearifan Lokal Dalam Kurikulum Merdeka Pada Mata Pelajaran IPS Bagi Guru di Kota Metro Lampung. Malaqbiq, 2(1), 12–22. https://doi.org/10.46870/jam.v2i1.513

Karsiwan, Sari, L. R., & Tusriyanto. (2022). Jejak Perkembangan Lada Masa Kesultanan Banten Di Lampung, 1662-1772. Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 8(2), 50–62.

Keesing, R. M. (2018). Theories of Culture. Journal of Intellectual Property Rights, 23(4–5), 174–193.

Kholifatun, U. (2016). Makna Gelar Adat Terhadap Status Sosial Pada. Negeri Semarang.

Koentjaraningrat. (1986). Manusia dan Kebudayaan Indonesia (9 ed.). Djambatan.

Koentjaraningrat. (2015). Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan (12 ed.). Gramedia.

Koentjaraningrat. (2020). Pengantar llmu Antropologi (15 ed.). Aksara Baru.

Maryaeni. (2005). Metode penelitian kebudayaan. Bumi Aksara.

Mustika, I. W. (2019). Teknik dasar gerak Tari Lampung. In Jurnal Seni Budaya (Vol. 12).

Nasution, A. F. (2023). Metode Penelitian Kualitatif. CV. Harfa Creative.

Nasution, T., & Lubis, M. A. (2018). Konsep Dasar IPS. Samudra Biru.

Pahrudin, A., & Hidayat, M. (2007). Budaya Lampung dan Penyelesaian Konflik Sosial Keagamaan.

Ratnawati, D., & Karsiwan, K. (2024). Eksistensi Permainan Tradisional Tamtam Buku dalam Membentuk Keterampilan Sosial. Journal, Aceh Anthropological, 8(1), 80–96. https://doi.org/10.29103/aaj.v8i1.15874

Retno Sari, L., & Karsiwan, K. (2022). Toponimi Daerah Metro Sebagai Sumber Belajar IPS di Sekolah. Social Pedagogy: Journal of Social Science Education, 3(2), 134–148. https://doi.org/10.32332/social-pedagogy.v3i1.4865

Sakman, S., & Syam, S. R. (2020). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Bagi Peserta Didik Di Sekolah. SUPREMASI: Jurnal Pemikiran, Penelitian Ilmu-Ilmu Soisal, Hukum, & Pengajarannya, 15(2), 101–111. https://ojs.unm.ac.id/supremasi/article/view/15525

Sari, M., & Karsiwan, K. (2024). ADOK DALAM STATUS SOSIAL MASYARAKAT LAMPUNG PEPADUN DI DESA SUKARAJA NUBAN. Habitus: Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, 8(2), 143–155.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Suranti, B. (2023). Pelestarian Budaya Tarian Khas Lampung Melalui Organisasi UKM IMPAS di Kampus IAIN Metro. Journal of Social Science Education, 4(1), 53–62.

Suranti, B., & Karsiwan, K. (2024). Membentuk Karakter Pemuda Melalui Pencak Silat Sekinci-Kinci. Aceh Anthropological Journal, 8(1), 145–161. https://doi.org/10.15575/kp.v3i1.10193

Suwasono, A. A. (2016). UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta. Perancangan Program Acara Televisi Feature Eps. Suling Gamelan Yogyakarta, 1–109.

Suwondo, B. (1982). Sejarah Pendidikan Daerah Lampung.

Syaiful, Insani, M., & Rachmedita, V. (2020). Akulturasi Budaya Lampung Cina Pada Nuwo Tantan Gumanti. Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora, Vol,3. No, 133.

Uno, Hamzah B; Lamatenggo, N. (2018). Landasan Pendidikan: Sebuah Pemikiran Komprehensif Landasan Pendidikan Berbasis Karakter di Indonesia. Ideas Publishing.

Vansina, J. (2019). Tradisi Lisan Sebagai Sejarah (1 ed.). Penerbit Ombak.

Yunus, R. (2014). Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter Bangsa. In Deepublish Publisher. Deepublish Publisher.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.