Pemurnian Minyak Biji Kesambi (Schleichera oleosa) sebagai Bahan Baku Pembuatan Minyak Goreng

Firda Dwita Putri, Aditya Surya Pratama, Fasha El Sauzsa, Dwi Ardiana Setyawardhani

Abstract

ABSTRAK. Minyak biji kesambi (Schleichera oleosa) merupakan salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti minyak sawit dalam produksi minyak goreng karena kadar air dan bilangan peroksidanya yang lebih rendah. Namun, kandungan asam lemak bebas (FFA) dan asam sianida (HCN) yang tinggi dalam minyak biji kesambi memerlukan pemurnian lebih lanjut sebelum komersialisasi. Pada penelitian ini, proses pemurnian minyak biji kesambi dilakukan dengan teknik degumming, adsorpsi, dan netralisasi. Proses degumming dilakukan dengan menggunakan asam fosfat selama 20 menit. Selanjutnya dilakukan proses adsorpsi menggunakan zeolit 25% (b/b) selama 14 jam. Proses netralisasi selanjutnya dilakukan dengan natrium hidroksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 32,87 g gum dihilangkan selama proses degumming. Uji asam pikrat membuktikan bahwa adsorpsi menggunakan zeolit mengurangi kandungan HCN, yang menunjukkan bahwa minyak yang diolah aman untuk dikonsumsi. Hasil pengujian FFA menunjukkan bahwa kadar FFA akhir untuk setiap proses berturut-turut adalah 7,25, 6,46, 6,21, 0,17%. Kajian ini mengungkap potensi minyak biji kesambi sebagai minyak goreng masa depan dengan meningkatkan kualitasnya sehingga dapat memenuhi Standar Nasional Indonesia.

 

ABSTRACT. Kesambi seed oil (Schleichera oleosa) is one of the resources that can be utilized as an alternative to substitute palm oil in cooking oil production due to its lower moisture content and peroxide value. However, the high level of free fatty acid (FFA) and cyanide acid (HCN) contents in kesambi seed oil require further purification prior to commercialization.  In this study, the purification process of kesambi seed oil was carried out with degumming, adsorption, and neutralization techniques. The degumming process was conducted using phosphoric acid for 20 minutes. Afterward, the adsorption process was carried out using 25% (w/w) zeolite for 14 h. The neutralization process was subsequently performed with sodium hydroxide. The results showed that as much as 32.87 g of gum was removed during the degumming process. The picric acid tests verified that the adsorption using zeolite reduced the HCN contents, which indicates that the treated oil is safe to consume. The FFA test results showed that the final FFA content for each process was 7.25, 6.46, 6.21, 0.17%, respectively. This study unfolds the potential of kesambi seed oil as future cooking oil by improving its quality that can satisfy the Indonesia National Standard.

Full Text:

PDF

References

[1] Mardiah, S. R. R. Pertiwi, and D. Marwana, “Analisis Mutu Minyak Goreng Dengan Pengulangan Penggorengan,” Pangan Halal, vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2019.

[2] B. Yasri, K. N. Hikmah, and O. M. Rosandhi, “Perancangan Alat Uji Kandungan Peroksida (H2O2) Pada Minyak Goreng Menggunakan Light Dependent Resistor,” AGRITEPA J. Ilmu dan Teknol. Pertan., vol. 6, no. 2, pp. 1–12, 2019. [

3] Z. Amrullah, M. F., Saputra E., Helwani, “Pembuatan Biodiesel dari Miyak Nyamplung (Calophyllum Inophyllum) Menggunakan Katalis Geopolimer: Pengaruh Temperatur dan Rasio Mol Minyak: Metanol,” JOM FTEKNIK, vol. 4(2), 2017.

[4] Y. M. Tamara, W. N. Hidayat, N. A. Azizah, and D. A. Setyawardhani, “Pemanfaatan Minyak Biji Kesambi ( Schleichera Oleosa ) Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Goreng Sawit,” J. Chem. Process Eng., vol. 5, no. 2, pp. 1–7, 2020.

[5] K. Heyne, Tumbuhan Berguna Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan, 1987.

[6] M. Megawati and Muhartono, “Konsumsi Minyak Jelantah dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan,” Majority, vol. 8, no. 2, pp. 259–264, 2019.

[7] H. N. Muhammad, F. Nikmah, N. U. Hidayah, and A. K. Haqiqi, “Arang Aktif Kayu Leucaena Leucocephala sebagai Adsorben Minyak Goreng Bekas Pakai (Minyak Jelantah),” Phys. Educ. Res. J., vol. 2, no. 2, p. 123, 2020.

[8] F. G. Winarno, Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.

[9] Siboro R, “Reduksi Kadar Sianida Tepung Ubi Kayu (Manihot esculenta crantz ) Melalui Perendaman Ubi Kayu dengan NaHCO3,” Repository.Unib.Ac.Id, pp. 1–37, 2016.

[10] D. A. Setyawardhani, N. I. Nurbaiti, and N. R. Prambasati, “Degumming pada Minyak Kasar Kacang Tanah,” in Seminar Nasional Rekayasa dan Kimia Proses, 2008.

[11] D. A. Setyawardhani, H. S. Alkautsar, and U. R. Fadhilah, “Pengolahan Biji Karet sebagai Bahan Baku Pembuatan Minyak Pangan (Edible Oil),” Ekuilibrium, vol. 12, no. 1, pp. 23–26, 2013.

[12] F. Setiawan, A., Pato, U., Hamzah, “Pemurnian Minyak Goreng dari Biji Karet (Havea Brasiliensisroxb.,) Menggunakan Zeolit,” JOM FAPERTA, vol. 3(1), 2016.

[13] Y. Kurniati and W. H. Susanto, “Pengaruh Basa NaOH dan Kandungan ALB CPO terhadap Kualitas Minyak Kelapa Sawit Pasca Netralisasi,” J. Pangan dan Agroindustri, vol. 3, no. 1, pp. 193–202, 2015.

[14] D. W. Aji and M. N. Hidayat, “Optimasi Pencampuran Carbon Active dan Bentonit sebagai Adsoben dalam Penurunan Kadar FFA (Free Fatty Acid) Minyak Goreng Bekas melalui Proses Adsorpsi,” eprints.undip.ac.id, pp. 1–5, 2011.

[15] M. M. K. Madya, M. N. A., Aziz, Process Design in Degumming and Bleaching of Palm Oil, Vote No. 7. Malaysia: Centre of Lipids Engineering and Applied Research (CLEAR), 2006.

[16] N. Kurnia and F. Marwatoen, “Penentuan Kadar Sianida Daun Singkong dengan Variasi Umur Daun dan Waktu Pemetikan,” J. Ilm. Pendidik. Kim. “Hydrogen,” vol. 1, no. 2, pp. 117–121.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.