Adsorbsi Zat Warna Alami Buah Mangrove Jenis rhizophora stylosa dan Kulit Kayu Tingi ke dalam Kain dengan Pengunci Tunjung dan Tawas

Paryanto Paryanto, Ayu Mustika Wijaya, Dwi Bagas Ongko Widodo, Sonia Waluya, Wahyu Daut Utomo

Abstract

Abstrak. Industri tekstil di Indonesia berkembang pesat, hal ini ditegaskan oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan produksi industri sandang mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 15,29 persen pada tahun 2019. Penggunaan pewarna tekstil akan menimbulkan limbah. masalah di lingkungan. Sehingga diperlukan pewarna alami sebagai alternatif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh analisis data dan menentukan nilai kesetimbangan adsorpsi larutan pewarna alami kulit batang pohon bakau Rhizophora stylosa dan tingi dengan variasi jumlah pencelupan pada kain primisima dengan membandingkannya dengan persamaan Langmuir dan Freundlich serta mengetahui peran tunjung dan tawas dalam proses pengikatan zat warna menjadi kain. Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi padat-cair kemudian diuji dengan spektrofotometri untuk mendapatkan data konsentrasi awal. Selanjutnya, tuangkan zat warna yang telah diuji kandungan taninnya ke dalam gelas ukur dan masukkan kain sebagai media perpindahan massa tanin dari cair ke padat. Sampel diambil untuk setiap pencelupan dan diuji kandungan tanin secara spektrofotometri dan diperoleh nilai Ca. pengujian pola isoterm. Uji adsorpsi proses penyerapan tanin pada zat warna alam oleh kain dilakukan dengan menghitung menggunakan persamaan Langmuir dan Freundlich. Selanjutnya kain yang telah diwarnai difiksasi dengan tunjung dan tawas. Penentuan kapasitas adsorpsi kain yang paling sesuai terhadap pewarna alam Rhizopora stylosa dan kulit kayu tingi adalah dengan menggunakan persamaan adsorpsi Freundlich dibandingkan dengan persamaan Langmuir. Hal ini dibuktikan dengan nilai error persamaan Freundlich lebih kecil dari pada persamaan Langmuir dengan menunjukkan nilai R2 yang mendekati angka 1. Nilai konstanta persamaan Langmuir kulit tingi selama tiga kali pencelupan diperoleh nilai b sebesar 0,2338 mg/gr dan nilai k adalah 0,00517 L/gr. Untuk lima kali pencelupan diperoleh nilai b sebesar 0,10817 mg/gr dan nilai k sebesar 0,00421 L/gr. Untuk tujuh kali pencelupan diperoleh nilai b sebesar 0,0670 mg/gr dan nilai k sebesar 0,003899 L/gr. Sedangkan pada persamaan Freundlich untuk kulit kayu tingi untuk tiga kali pencelupan diperoleh nilai n sebesar 0,4312 mg/g dan nilai k sebesar 0,36374 x 103 L/gr. Untuk lima kali pencelupan nilai n sebesar 0,30114 mg/g dan nilai k sebesar 0,99586 x 105 L/g. Untuk tujuh kali pencelupan nilai n sebesar 0.2424 mg/g dan nilai k sebesar 0.9354 x 107 L/g. Nilai konstanta persamaan Langmuir Rhizopora stylosa untuk tiga kali pencelupan, nilai b 0,15635 mg/gr dan nilai k 0,005224 L/gr. Untuk lima kali pencelupan diperoleh nilai b sebesar 0,08141 mg/gr dan nilai k sebesar 0,004415 L/gr. Untuk ketujuh pencelupan diperoleh nilai b sebesar 0,04909 mg/gr dan nilai k sebesar 0,00408 L/gr. Sedangkan pada persamaan Freundlich untuk Rhizopora stylosa untuk tiga kali pencelupan diperoleh nilai n sebesar 0,3862 mg/g dan nilai k sebesar 0,1090 x 104 L/g. Untuk lima kali pencelupan nilai n sebesar 0,2733 mg/g dan nilai k sebesar 0,4355 x 106 L/g. Untuk tujuh kali pencelupan diperoleh nilai n sebesar 0,2126 mg/g dan nilai k sebesar 0,1545 x 109 L/g. Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pewarnaan maka daya serap kain terhadap tanin semakin kecil. Perubahan warna fiksasi kain pada pencelupan ekstrak Rhizopora stylosa dengan tunjung adalah dari coklat menjadi coklat keabu-abuan, sedangkan dengan tawas dari coklat menjadi coklat tua. Perubahan warna fiksasi kain pada pencelupan ekstrak kulit tingi dengan tawas adalah dari coklat menjadi hitam, sedangkan dengan tawas dari coklat menjadi coklat tua.

 

Abstract. The textile industry in Indonesia is growing rapidly, this is confirmed by data from the Badan Pusat Statistik (BPS) which shows that the production of the clothing industry has experienced a significant growth of 15.29 percent in 2019. The use of textile dyes will cause waste problems in the environment. So we need natural dyes as a safer and environmentally friendly alternative. The purpose of this study was to obtain data analysis and to determine the adsorption equilibrium value of the natural dye solution of mangrove Rhizophora stylosa and tingi bark with variations in the amount of dyeing in primisima cloth by comparing it with the Langmuir and Freundlich equations and knowing the role of tunjung and alum in the process of fixing dyes into cloth. This study used a solid-liquid extraction method and then tested by spectrophotometry to obtain initial concentration data. Next, pour the dye that has been tested for its tannin content into a measuring cup and insert the cloth as a medium for mass transfer of tannins from liquid to solid. Samples were taken for each dyeing and tested for tannin content by spectrophotometry and the Ca value was obtained. Isotherm pattern testing. The adsorption test for the absorption process of tannins in natural dyes by cloth was carried out by calculating using the Langmuir and Freundlich equation. Furthermore, the cloth that has been dyed is fixed by tunjung and alum.The most suitable determination of the adsorption capacity of the cloth against natural dyes Rhizopora stylosa and tingi bark is by using the Freundlich adsorption equation compared to the Langmuir equation. This is evidenced by the error value of the Freundlich equation is smaller than the Langmuir equation by showing the value of R2 which is close to number 1. The constant value of the Langmuir equation tingi bark for three times of dyeing obtained the b value is 0.2338 mg/gr and the k value is 0.00517 L/gr. For five of dyeing, the b value is 0.10817 mg/gr and the k value is 0.00421 L/gr. For the seven times of dyeing, the b value is 0.0670 mg/gr and the k value is 0.003899 L/gr. Whereas in the Freundlich equation for tingi bark for three times of dyeing, the n value is 0.4312 mg/g and the k value is 0.36374 x 103 L/gr. For five of dyeing, the n value is 0.30114 mg/g and the k value is 0.99586 x 105 L/g. For seven of dyeing, the n value is 0.2424 mg/g and the k value is 0.9354 x 107 L/g. The constant value of the Langmuir Rhizopora stylosa equation for three times of dyeing, the b value is 0.15635 mg / gr and the k value is 0.005224 L/gr. For five of dyeing, the b value is 0.08141 mg/gr and the k value is 0.004415 L/gr. For the seven of dyeing, the b value is 0.04909 mg/gr and the k value is 0.00408 L/gr. Whereas in the Freundlich equation for  Rhizopora stylosa for three times of dyeing, the n value is 0.3862 mg/g and the k value is 0.1090 x 104 L/g. For five of dyeing, the n value is 0.2733 mg/g and the k value is 0.4355 x 106 L/g. For seven of dyeing, the n value is 0.2126 mg/g and the k value is 0.1545 x 109 L/g. It can be concluded that the more dyeing, the less the absorbency of the cloth on tannins. The color change of fixation the cloth in the dyeing of Rhizopora stylosa extract with tunjung is from brown to grayish brown, while with alum from brown to dark brown. The color change of fixation the cloth in the dyeing of tingi bark extract with alum is from brown to black, while with alum from brown to dark brown.

Full Text:

View PDF

References

[1] Hamidah , 2006. Rendemen dan Kadar Tanin Kulit Kayu Bakau (Rhizophora Mucronata Lamck) dari Daerah Takisung. Banjarbaru : Jurusan Manajemen Hutan Universitas Lambung Mangkurat ,Banjarbaru

[2] Jansen, P. C. M. et al. 2005. Prota 3: Dyes and tannins. Netherland: Wageningen.

[3] Kalsum,Ummi. 2015. Pemanfaatan Eceng Gondok Sebagai Zat Penyerap Warna Pada Limbah Industri Tekstil Sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Air. Palembang : Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang.

[4] Kasmudjiastuti, 2014. Karakterisasi Kulit Kayu Tingi (Ceriops Tagal) Sebagai Bahan Penyamak Nabati Yogyakarta : Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, Jl. Sokonandi No. 9 Yogyakarta 55166

[5] Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. www.ppid.menlhk.go.id/berita/berita-foto/580/miliki-23-ekosistem-mangrove-dunia-indonesia-tuan-rumah-konferensi-internasional-mangrove-2017. (Diakses 12 Januari 2021).

[6] Kementrian Perindustrian. www.kemenperin.go.id/artikel/21191/Industri-Tekstil-dan-Pakaian-Tumbuh-Paling-Tinggi (Diakses 20 Maret 2021).

[7] Lutfianna, dkk. 2018. Pemanfaatan Mangrove Rhizopora Muncorata Sebagai Pewarna Alami Kain Katun. Semarang: Departemen Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

[8] Mukhriani, dkk. 2014. Penetapan Kadar Tanin Total Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa) Secara Spektrofotometri UV–VIS. Makassar: Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

[9] Mulyatna, dkk. 2003. Pemilihan Persamaan Adsorpsi Isotherm pada Penentuan kapasitas Adsorpsi Kulit Kacang Tanah Terhadap Zat Warna Remazol Golden Yellow. Bandung : Teknik Lingkungan , Fakultas Teknik Universitas Pasundan.

[10] Noer, Shafa, dkk. 2018. Penetapan Kadar Senyawa Fitokimia (Tanin, Saponin Dan Flavonoid Sebagai Kuersetin) pada Ekstrak Daun Inggu (Ruta angustifolia L.) Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.

[11] Pansera, M. R., et al. 2004. Extraction Of Tannin By Acacia Mearnsii With Supercritical Fluids. Journal Internasional Brazilian Archives of BiologyAnd Technology. 995-998

[12] Paryanto, dkk. 2016. Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizopora Stylosa Sebagai Pewarna Batik Ramah Lingkungan Dalam Skala Pilot Plan. Surakarta: Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UNS.

13] Prescott, John Robert Victor. Clive H. Schofield. (2001). “Undelimited Maritime Boundaries of the Asian Rim in the Pacific Ocean”. International Boundaries Research Unit Maritime Briefing. Vol 3. (1).58.

[14] Rizka, dkk. 2016. Studi Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Zat Fiksasi Terhadap Kualitas Warna Kain Batik Dengan Pewarna Alam Limbah Kulit Buah Rambutan (Nephelium Lappaceum). Pekalongan : Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan.

[15] Suarsa, I. W., Suarya, P., & Kurniawati, I. (2011). Optimasi Jenis Pelarut dalam Ekstraksi Zat Warna Alam dari Batang Pisang Kepok (Musa paradiasiaca L. Cv Kepok) dan Batang Pisang Susu (Musa Paradiasiaca L.). Jurnal Kimia, 5 (1), 72±80.

[16] Syaifuddin, M. 2011. Pengaruh Aerasi Pada Sianidasi Emas Dari Batuan Mineral. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

[17] Yernisa, Gumbira-Sa∂id, E., & Syamsu, K. (2013). Aplikasi Pewarna Bubuk Alami dari Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) pada Pewarnaan Sabun Transparan. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 23 (3), 190±198.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.