Edukasi Keragaman Makanan Keluarga Untuk Pencegahan Balita Stunting di Kota Tasikmalaya
Abstract
Pendahuluan: Keragaman makanan atau Dietary Diversity Score (DDS) adalah jumlah kelompok makanan yang dikonsumsi selama periode 24 jam. Indikator DDS berguna untuk menilai kualitas makanan, kecukupan gizi dan status gizi anak. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pemahaman kepada mitra melalui penyuluhan agar mitra bersikap atau berpersepsi baik tentang pemberian makanan yang beranekaragam.
Metode: Bentuk kegiatan berupa Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat (Pbm-PPKM) dengan judul “Edukasi Keragaman Makanan keluarga untuk Pencegahan Balita Stunting di Kota Tasikmalaya”. Pbm-PPKM dilakukan bekerjasama dengan 2 (dua) mitra yaitu Kelurahan Parakannyasag dan Kelurahan Panyingkiran yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Parakannyasag. Solusi yang disepakati dengan mitra untuk mengatasi kurangnya pengetahuan kader kesehatan tentang stunting dilakukan dengan cara mengedukasi kader tentang keragaman makanan.
Hasil dan pembahasan: Telah dilakukan transfer of knowledge berupa penyuluhan terhadap 30 kader kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Parakannyasag. Lokasi kegiatan dilaksanakan di aula Puskesmas Parakannyasag. Selain penyuluhan, kader kesehatan juga berlatih menyusun menu minimal 4 jenis makanan sebagai syarat minimal penyajian makanan beranekaragam. Selain itu, diserahkan juga alat pengukur panjang badan bayi (Infant ruler) dan timbangan bayi (baby scale) kepada Kepala Puskesmas Parakannyasag, untuk selanjutnya akan diserahkan ke posyandu di wilayah kerjanya.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan dengan media ceramah dan powerpoint tentang keragaman makanan untuk mencegah balita stunting (p value <0,001).
Kata Kunci: keragaman makanan; stunting; Kota Tasikmalaya
Keywords
Full Text:
PDFReferences
- Koshy B, Srinivasan M, Gopalakrishnan S, Mohan VR, Scharf R, Murray-Kolb L, et al. Are early childhood stunting and catch-up growth associated with school age cognition? -Evidence from an Indian birth cohort. PLoS One. 2022;17(3 March):1–14.
- Kemenkes RI KK. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Jakarta; 2022.
- Pemkot Tasikmalaya. Diseminasi Hasil Kajian Audit Kasus Stunting dan Rencana Tindak Lanjut di Kota Tasikmalaya. 2022.
- Murti LM, Budiani NN, Darmapatni MWG. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi balita dengan Kejadian Stunting Anak Umur 36-59 Bulan Di Desa Singakerta Kabupaten Gianyar. J Ilm Kebidanan. 2020;8:63–9.
- Kakwangire P, Moss C, Matovu N, Atukunda P, Westerberg AC, Iversen PO, et al. The association between dietary diversity and development among children under 24 months in rural Uganda: Analysis of a cluster-randomised maternal education trial. Public Health Nutr. 2021;24(13):4286–96.
- Parikh P, Semba R, Manary M, Swaminathan S, Udomkesmalee E, Bos R, et al. Animal source foods, rich in essential amino acids, are important for linear growth and development of young children in low- and middle-income countries. Matern Child Nutr. 2022;18(1):1–12.
- Ilmani DA, Fikawati S. Nutrition Intake as a Risk Factor of Stunting in Children Aged 25–30 Months in Central Jakarta, Indonesia. J Gizi dan Pangan. 2023;18(2):117–26.
- Smith ER, Shankar AH, Wu LSF, Aboud S, Adu-Afarwuah S, Ali H, et al. Modifiers of the effect of maternal multiple micronutrient supplementation on stillbirth, birth outcomes, and infant mortality: a meta-analysis of individual patient data from 17 randomised trials in low-income and middle-income countries. Lancet Glob Heal. 2017;5(11):e1090–100.
- Ansuya, Nayak BS, Unnikrishnan B, Shashidhara YN, Mundkur SC. Effect of nutrition intervention on cognitive development among malnourished preschool children: randomized controlled trial. Sci Rep. 2023;13(1):1–8.
- Kemenkes RI KK. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2018. Indonesia; 2018.
Refbacks
- There are currently no refbacks.