Resiliensi infrastruktur terhadap risiko banjir rob di wilayah pesisir Kota Pekalongan
Abstract
Banjir pasang atau banjir rob merupakan fenomena yang umum terjadi di wilayah pesisir akibat pemanfaatan dan pengelolaan kawasan yang mengabaikan daya dukung lingkungan serta dipengaruhi perubahan iklim. Banjir rob dapat mengganggu aktivitas perkotaan, merusak infrastruktur, dan menurunkan kualitas ruang pesisir. Oleh karena itu, diperlukan resiliensi untuk memastikan sistem di wilayah pesisir mampu merespons, pulih, dan beradaptasi terhadap bencana. Resiliensi diartikan sebagai kemampuan suatu sistem menghadapi gangguan, memulihkan diri, dan beradaptasi setelah bencana terjadi. Penelitian ini bertujuan menganalisis resiliensi infrastruktur pesisir, meliputi sarana, prasarana, dan utilitas umum di Kota Pekalongan. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deduktif dengan pendekatan studi kasus. Kajian resiliensi diperoleh melalui analisis konten hasil wawancara dengan narasumber terpilih, yang kemudian diperkuat melalui triangulasi dengan observasi lapangan dan telaah dokumen untuk memastikan validitas dan reliabilitas. Temuan penelitian menunjukkan bahwa banjir rob berdampak signifikan pada sistem perkotaan pesisir Kota Pekalongan, dan resiliensi kawasan pesisir terbentuk melalui pembangunan dan penguatan infrastruktur.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
[1]Marfai MA. Banjir Pesisir: Kajian Dinamika Pesisir Semarang. Yogyakarta: UGM PRESS; 2018.
[2]Baiquni M, Triyanti A. Modal Sosial dalam Manajemen Bencana Banjir Rob di Kabupaten Demak. Modal Sosial Dalam Manajemen Bencana, Yogyakarta: Gadjah Mada University; 2014, p. 83–109.
[3]Diposaptono S. Mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim: Gempa bumi, tsunami, banjir, abrasi, pemanasan global, dan semburan lumpur Sidoarjo. Jakarta: Direktorat Pesisir dan Lautan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan; 2011.
[4]Suryanti, Supriharyono, Anggoro S. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Semarang: Undip Press Semarang; 2019.
[5]Houghton JT, Ding Y, Griggs DJ, Noguer M, van der Linden PJ, Dai X, et al. Climate Change 2001: The Scientific Basis. vol. 881. Cambridge: Cambridge University Press; 2001.
[6]Yulianto F, Suwarsono, Maulana T, Khomarudin MR. Analysis of the dynamics of coastal landform change based on the integration of remote sensing and gis techniques: Implications for tidal flooding impact in pekalongan, central java, Indonesia. Quaestiones Geographicae 2019;38:17–29. https://doi.org/10.2478/quageo-2019-0025.
[7]Rambadeta LJ. Pekalongan 34 cm. Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan 2018. https://www.youtube.com/watch?v=9KOLWdKmeWE (accessed July 6, 2025).
[8]Widada S, Ismanto A, Priambodo IB, Siagian H. Perubahan Garis Pantai dan Dampaknya Terhadap Banjir Rob di Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Privinsi Jawa Tengah. Jurnal Kelautan Tropis 2022;25:121–30. https://doi.org/10.14710/jkt.v25i1.13843.
[9]Marfai MA, King L. Tidal inundation mapping under enhanced land subsidence in Semarang, Central Java Indonesia. Natural Hazards 2008;44:93–109. https://doi.org/10.1007/s11069-007-9144-z.
[10]Syaiful FA, Koswara AY. Penentuan Prioritas Pengembangan Infrastruktur Wilayah Pesisir Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Teknik ITS 2021;9:D161–6.
[11]Nugroho H, Kurniani D, Asiska M, Nuraini N. Kajian Kinerja Sistem Polder sebagai Model Pengembangan Drainase Kota Semarang Bagian Bawah dengan Balanced Scorecard. MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL 2016;22:43. https://doi.org/10.14710/mkts.v22i1.12508.
[12]Abdurrahim AY, Hidayati D, Putri IAP, Yogaswara H, Prasojo APS. Resiliensi Penduduk Menghadapi Perubahan Lingkungan yang Berdampak pada Bencana. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; 2020.
[13]Cutter SL, Barnes L, Berry M, Burton C, Evans E, Tate E, et al. A place-based model for understanding community resilience to natural disasters. Global Environmental Change 2008;18:598–606. https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2008.07.013.
[14]Lead LPBRC, Wendt DRCRW, Engelbach W. D33. 1-Community Resilience Model n.d.
[15]Longstaff PH, Armstrong NJ, Perrin K, Parker WM, Hidek M. Building resilient communities: A preliminary framework for assessment 2010.
[16]Index CR. City resilience framework. The Rockefeller Foundation and ARUP 2014;928.
[17]Pemerintah Indonesia. Undang-undang (UU) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2007.
[18]Pemerintah Indonesia. Undang-undang (UU) Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 2007.
[19]Bungin B. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. vol. 2. 1st ed. Jakarta: 2010.
[20]Gunawan I. Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik. Bumi Aksara; 2022.
[21]Koestoer RHTS. Dimensi keruangan kota : teori dan kasus. Jakarta: UI-Press; 2001.
[22]Putri SP, Yahya W, Hidayah U. Kajian Respon Masyarakat terhadap Pembangunan Infrastruktur Pengendali Banjir dan Rob di Kota Pekalongan. JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN 2024;22:1–13. https://doi.org/10.54911/litbang.v22i1.292.
[23]Khaqiqi MN, Syamsuddin S. Dampak banjir rob terhadap perekonomian dan strategi pengembangan wisata. Forum Ekonomi, vol. 23, 2021, p. 295–301.
[24]Suripin. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta, Indonesia: ANDI Offset 2004;7.
[25]Rusdi R, Padli F, Ibrahim I, Jamal NF, Syahrudin DJ. Model Mitigasi Bencana Banjir Dengan Menggunakan Pendekatan Terintegrasi untuk Ketahanan Komunitas di Kabupaten Pangkep. Social Landscape Journal 2024;5:79. https://doi.org/10.56680/slj.v5i1.60877.
[26]Miftakhudin S. Strategi penanganan banjir rob kota pekalongan. Jurnal Litbang Kota Pekalongan 2021;19.
[27]Iskandar SA, Helmi M, Muslim M, Widada S, Rochaddi B. Analisis Geospasial Area Genangan Banjir Rob dan Dampaknya pada Penggunaan Lahan Tahun 2020 - 2025 di Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Indonesian Journal of Oceanography 2020;2:271–82. https://doi.org/10.14710/ijoce.v2i3.8668.Refbacks
- There are currently no refbacks.