Identifikasi karakteristik pedagang keliling (studi kasus Kota Surakarta)

Parithustha Mahayati, Murtanti Jani Rahayu

Abstract

Kota Surakarta sebagai salah satu kawasan perkotaan penting di Jawa Tengah menjadi tempat berdagang bagi banyak pedagang informal, khususnya pedagang keliling. Keberadaan mereka dibutuhkan oleh warga kota walaupun dengan permasalahan status legal. Pedagang keliling memiliki sifat pergerakan yang leluasa sehingga mudah dijumpai dan diakses masyarakat. Penelitian ini berfokus pada kajian karakteristik pedagang keliling di Kota Surakarta. Objek pedagang keliling yang digunakan dalam penelitian adalah pedagang sayur dan pedagang makanan siap saji. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif yang menekankan pada realitas dan proses suatu fenomena dapat terjadi agar mampu memberikan gambaran khusus terkait pedagang keliling. Hasil dari penelitian ini berupa karakteristik pedagang keliling yang diidentifikasi dengan lima indikator, yaitu karakteristik pelaku, lokasi, sarana fisik, modal, dan aktivitas berdagang. Strategi yang digunakan pedagang keliling untuk menjaga keberlangsungan usaha dilakukan melalui dua cara, yaitu diversifikasi produk sesuai kebutuhan konsumen serta mempertahankan kepercayaan konsumen terhadap pedagang keliling.

Keywords

informal, mobile hawkers, characteristic

Full Text:

PDF

References

[1] Rahayu MJ, Putra RP. Accomplishing the Balance of Activities by Street Vendors in the Urban Public Space: A Review 2019:78–93.

[2] Mc Gee TG, M. YY. Hawkers in Southeast Asian Cities: Planning for the Bazaar Economy. Ottawa: Ottawa International Development Research Center; 1977.

[3] Hapsari KC. Pedagang Bermotor : Karakteristik Baru Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pendidikan. Riptek 2017;II:57–66.

[4] Handoyo E. Modal Sosial dan Kontribusi Ekonomi Pedagang Sayur Keliling di Semarang. Forum Ilmu Sos 2012;39:153–71.

[5] Widjajanti R, Damayanti M. Space Compatibility Based on Spatial Behavior of Street Vendors in Urban Public Space in Chinatown, Semarang. IOP Conf Ser Earth Environ Sci 2020;409. https://doi.org/10.1088/1755-1315/409/1/012055.

[6] Pelleng FAO, Manoppo WS. Analisis Karakteristik, Pendapatan dan Efisiensi Usaha Pedagang Asongan Sektor Informal sebagai Tolok Ukur Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah. Pap Knowl Towar a Media Hist Doc 2017;5:1–10.

[7] Yusup PM, Kuswarno E, Kurniasih N. Aspek Keterbatasan Akses Informasi Penghidupan Orang Miskin Pedesaan. Masyarakat, Kebud Dan Polit 2017;30:34–47.

[8] Douglass M. A Regional Network Strategy for Reciprocal Rural-Urban Linkages: An Agenda for Policy Research with Reference to Indonesia. Third World Plann Rev 1998;20:1–34. https://doi.org/10.3828/twpr.20.1.f2827602h503k5j6.

[9] Bromley R. A New Path to Development? The Significance and Impact of Hernando De Soto’s Ideas on Underdevelopment, Production, and Reproduction. Econ Geogr 1990;66:328–48. https://doi.org/10.2307/143968.

[10] Pranadji T. Kajian Ekologi Kebudayaan Terhadap Sektor Informal di Perkotaan: Suatu Proses Adaptasi Ketidakseimbangan Interaksi Kota-Desa Akibat Industralisasi. Forum Penelit Agro Ekon 1993;10:38–45. https://doi.org/10.21082/fae.v10n2-1.1993.38-45.

[11] Noeraini AA. Ekonomi Informal di Indonesia, Suatu Tinjauan Pustaka. Fak Ekon Univ Padjadjaran 2015;5.

[12] Busse S. Strategies of Daily Life: Social Capital and the Informal Economy in Russia. Sociol Imagin 2001;38:166–89.

[13] Saegert S, Thompson JP, Warren MR. Social Capital and Poor Communities. New York: New York Russell Sage Foundation; 2001.

[14] Somantri GR. Memahami Metode Kualitatif. Makara, Sos Hum 2005;9:57–65.

[15] Rahayu MJ, Werdiningtyas RR, Musyawaroh. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penataan PKL sebagai Strategi Penataan Ruang Kota Surakarta. Reg J Pembang Wil Dan Perenc Partisipatif 2016;7:109–22. https://doi.org/10.20961/region.v7i2.11582.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.