Keuntungan aglomerasi industri: studi kasus industri mebel di Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara

Anggita Adelina, Paramita Rahayu, Ana Hardiana

Abstract

Industri mebel di Kecamatan Kedung memiliki persebaran spasial yang terkonsentrasi di bagian utara sesuai dengan arahan sentra kawasan industri di Kabupaten Jepara. Konsentrasi spasial membentuk aglomerasi yang berpotensi mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu dari kerja sama antar industri yang saling berdekatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik industri mebel yang teraglomerasi di Kecamatan Kedung. Analisis tetangga terdekat (Average Nearest Neighbor, ANN) digunakan untuk mengetahui konsentrasi spasial industri mebel dan mendeliniasi kawasan mikro untuk dibahas lebih detail mengenai karakteristik dan keuntungan industri mebel teraglomerasi dengan menggunakan statistika deskriptif. Karakteristik industri mebel pada kawasan mikro terdiri dari industri kecil dan industri rumah tangga, yang melakukan proses terpisah setiap industrinya, diantaranya pemotongan kayu bulat, pembuatan komponen, perakitan mebel setengah jadi, dan pengepulan. Keuntungan aglomerasi yang didapat pada industri mebel di Kecamatan Kedung diantaranya lokalisasi pasar dan bahan baku, keuntungan tenaga kerja dari pengelompokkan asal tenaga kerja yang dekat dengan kawasan industri, keuntungan skala ekonomi dari meningkatnya omset dan meluasnya jangkauan pemasaran, serta limpahan pengetahuan dari kerja sama pertukaran informasi dan keterampilan. Sementara itu, keuntungan yang tidak didapat pada aglomerasi industri mebel Kecamatan Kedung adalah jenis keuntungan fasilitas dan keuntungan alam.

Keywords

Advantages of Agglomeration; Agglomeration; Characteristics; Furniture Industry; Spatial Concentration

Full Text:

PDF

References

[1] Depkes RI. Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja Bagi Perajin (Kulit, Mebel, Aki Bekas, Tahu dan Tempe, Batik). Jakarta: Puskerja Sekjen; 2002.

[2] Aisyah EN. Klaster Industri Mebel Klender. Universitas Indonesia, 2011.

[3] Kuncoro M. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi & Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta: UPP AMP YKPN; 2002.

[4] Indiarto, Baiquni M. Kajian Distribusi Spasial Industri Mebel Kayu di Kabupaten Bantul. J Bumi Indones 2015;4:1–10.

[5] Tilaar S. Tinjauan Sebaran Lokasi Aglomerasi Industri di Indonesia. Tekno 2010;7:90–6.

[6] Tarigan R. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara; 2005.

[7] Ellison G, Glaeser EL, Kerr WR. What Causes Industry Agglomeration? Evidence From Coagglomeration Patterns. Am Econ Rev 2010;100:1195–213. https://doi.org/10.1257/aer.100.3.1195.

[8] Pemerintah Kabupaten Jepara. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 2011.

[9] Murdiyani M. Peran Pemerintah Kabupaten Jepara dalam Rangka Fasilitasi Terhadap Industri Mebel dalam Perdagangan Bebas. J Polit Gov Stud 2015;5:51–60.

[10] Rizki YM. Analisis Pola Distribusi Spasial Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Berbantuan System Informasi Geografis (SIG). Universitas Negeri Yogyakarta, 2017.

[11] Suhardi B. Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial Industri TPT di Kota Surakarta dan Karanganyar. Pros. Semin. Nas. Manaj. Teknol. XII, Surabaya: Publikasi MMT-ITS; 2010.

[12] Mahi AK. Pengembangan Wilayah: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana; 2016.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.