Manifestasi konsep kosmologi Jawa dalam perkembangan pola ruang kawasan pusat pemerintahan Surakarta

Arnindya Afifah Urfan, Istijabatul Aliyah, Galing Yudana

Abstract

Pusat pemerintahan merupakan tempat berlangsungnya kegiatan politis dan administratif bagi suatu wilayah. Kota Surakarta yang sebelumnya merupakan ibukota Kerajaan Mataram Islam telah mengalami banyak perkembangan termasuk pada kawasan pusat pemerintahan. Terbentuknya Kota Surakarta pada awalnya didasari oleh konsep kosmologi Jawa, yaitu  kepercayaan dan cara pandang masyarakat Jawa terhadap dunia, serta keterkaitan manusia dan lingkungan pada penataan ruang. Sebagai kota budaya pada masa kini, elemen kebudayaan tidak lagi menonjol dalam penataan pusat pemerintahan. Hal ini melatarbelakangi kajian manifestasi konsep kosmologi Jawa pada dinamika pola ruang pusat pemerintahan Kota Surakarta. Pada penelitian ini digunakan analisis deskriptif yang mencakup (1) identifikasi konsep kosmologi Jawa, (2) analisis pola ruang pusat pemerintahan berdasarkan kosmologi Jawa, dan (3) perkembangan pola ruang pusat pemerintahan berdasarkan kosmologi Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keraton Kasunanan Surakarta adalah satu-satunya pusat pemerintahan yang menggunakan kosmologi Jawa dalam penataan ruangnya. Walaupun demikian, beberapa konsep dari kosmologi Jawa, seperti mancalima dan mancapat, saat ini sudah hilang akibat peristiwa politik dan sosial yang terjadi di Kota Surakarta.

Keywords

kosmologi jawa, tata ruang, pusat pemerintahan.

Full Text:

PDF

References

[1] Zaida SNA, Arifin NHS. Surakarta: Perkembangan Kota Sebagai Akibat Pengaruh Perubahan Sosial Pada Bekas Ibukota Kerajaan Di Jawa. J Lanskap Indones 2010;2:83–92. https://doi.org/10.29244/jli.2010.2.2.%25p.

[2] Priandito Y. Sejarah Kota Solo. Solo Vacat 2010. http://solodolan.blogspot.com/2010/11/sejarah-kota-surakarta-bermula-ketika.html (accessed July 23, 2022).

[3] Santoso J. Arsitektur-kota Jawa: Kosmos, Kultur & Kuasa. Jakarta: Centropolis; 2008.

[4] Suryanto, Djunaedi A, Sudaryono. Aspek Budaya Dalam Keistimewaan Tata Ruang Kota Yogyakarta. J Perenc Wil Dan Kota 2015;26:230–52. https://doi.org/10.5614/jpwk.2015.26.3.6.

[5] Drajat SU. The Rationale Behind Urban Form of the Javanese Inland Cities: Urban Morphology of Shifting Capitals of Islamic Mataram Kingdom and Its Successors. National Unversity of Singapore, 2008.

[6] Lombard D. Nusa Jawa III: Warisan Kerajaan Konsentris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2018.

[7] Mulyanto DW. Eksistensi Tata Ruang Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Tahun 2008. Universitas Sebelas Maret, 2009.

[8] Miksic JN, Florida N. Karaton Surakarta. Jakarta: Yayasan Pawiyatan Kabudayan Karaton Surakarta; 2004.

[9] Junianto. Konsep Mancapat-Mancalima dalam Struktur Kota. MINTAKAT J Arsit 2019;20:107–31. https://doi.org/10.26905/mj.v20i2.3987.

[10] Kusumastuti. Proses Dan Bentuk “Mewujudnya” Kota Solo Berdasarkan Teori City Shaped Spiro Kostof. Reg J Pembang Wil Dan Perenc Partisipatif 2016;7:33–42. https://doi.org/10.20961/region.v7i1.5782.

[11] Karaibrahimoğlu S, Demirkan Ö. A Review of Modernization: The Giresun Government House and Administrative Center. Int J Archit Plan 2020;8. https://doi.org/10.15320/ICONARP.2020.121.

[12] Gibberd F. Town Design. London: The Architectural Press; 1953.

[13] Aurumbita YN. Pemindahan Pusat Pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan di Kota Banjarbaru. Universitas Gajah Mada, 2015.

[14] Bundschuh-Rieseneder F. Good Governance: Characteristics, Methods and the Austrian Examples. Transylvanian Rev Adm Sci 2008;4:26–52.

[15] Febriani HP. Pemberian Motivasi Kepala Perpustakaan dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Pustakawan di UPT Perpustakaan IAIN Surakarta. J Ilmu Perpust 2012;1.

[16] Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta; 2017.

[17] Basundoro P. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak; 2012.

[18] Susanto. Komunikasi Personal 2019.

[19] Topografische dienst in Nederlandsch-Indie. Digital Collection: Kaart van Java en Madoera aangevende voor elke afdeeling (de residentiën Djokjakarta en Soerakarta en het regentschap Krawang in hun geheel), de dichtheid der inlandsche bevolking volgens de in 1895 gehouden telling, tevens taalkaart 1895.

[20] Paulus J, Stibbe DG, de Graaff S. Encyclopaedie van Nederlansch Indie. Leiden: Martinus Nijhoff; 1905.

[21] Mulyadi MH, Soedarmono. Runtuhnya kekuasaan “Kraton Alit” : studi radikalisasi sosial “wong Sala” dan kerusuhan Mei 1998 di Surakarta. Surakarta: Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan; 1999.

[22] Topografische Inrichting (Batavia). Digital Collection: Overzichtskaart van de residentie Soerakarta 1920.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.