Integrasi creative hub terhadap kawasan historis Tunjungan di Kota Surabaya
Abstract
Tunjungan diyakini sebagai suatu fragmen kota yang dinamis. Identitasnya akan tetap sama sebagai sebuah artefak urban yang dapat berperan sebagai penanda zaman. Namun, faktor yang mengidentifikasinya dapat berbeda tergantung pada aktivitas yang mengisi ruang-ruang pada struktur kawasan. Kini, Tunjungan mengalami fenomena lost space. Sehingga, Tunjungan perlu untuk diklaim ulang sebagai sebuah kawasan yang akan tetap menandai perkembangan aktivitas masyarakat Kota Surabaya. Tujuan dari studi ini adalah untuk mereartikulasi identitas Tunjungan dengan menggunakan fenomena ekonomi kreatif sebagai pop-culture yang sedang tumbuh di Indonesia. Masyarakat kota akan difamiliarkan mengenai proses kreatif dengan cara menginjeksikan kegiatan kreatif sebagai aktivitas baru yang akan mengaktivasi Kawasan Historis Tunjungan. Proses injeksi kegiatan kreatif pada struktur kawasan akan dimanifestasikan dalam tipologi arsitektur berupa sebuah hub atau pusat kegiatan kreatif melalui penempatan program-program arsitektur yang disisipkan pada titik tertentu dan mengintegrasikannya dengan konteks saat ini. Program-program yang akan menunjang hub berupa maker dan creative space, serta akan direncanakan berintegrasi dengan Kawasan Historis Tunjungan dan koridor co-working space sebagai ruang kreatif eksisting yang dikelola oleh Pemerintah Kota Surabaya. Hasil dari studi ini merupakan sebuah creative hub yang terintegrasi dengan Kawasan Historis Tunjungan yang dispekulasikan dapat berperan sebagai katalisator pertumbuhan kawasan dan dipercayai secara generik dapat mereartikulasikan identitas Tunjungan sebagai distrik kreatif.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Samidi. Surabaya sebagai Kota Kolonial Modern pada Akhir Abad ke-19: Industri, Transportasi, Permukiman, dan Kemajemukan Masyarakat. Mozaik Hum 2017;17:157–80. https://doi.org/10.20473/mozaik.v17i1.6597.
Handinoto. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya, 1870-1940. Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya; 1996.
Dick HW. Surabaya, City of Work: A Socioeconomic History, 1900-2000. Athens: Ohio University Press; 2002.
Poerbantanoe B. The Lost City dan Lost Space Karena Perkembangan Tata Ruang Kota: Kasus Koridor Komersial Jalan Tunjungan Kotamadya Surabaya. Dimens Tek Arsit 1999;27:31–9. https://doi.org/10.9744/dimensi.27.2.
Kusumo C. Railway Station, Centres and Markets: Change and Stability in Patterns of Urban Centrality. Technische Universiteit Delft, 2007.
Muftianti RD. Mengembalikan Spirit of Place, Sebuah Upaya Mempertahankan Citra Koridor Jalan Tunjungan Surabaya. E-Jurnal Eco-Teknologi UWIKA 2013;1:23–32.
Trancik R. Finding Lost Space: Theories of Urban Design. New York: Van Nostrand Reinhold Company; 1986.
Howkins J. The Creative Economy : How People Make Money from Ideas. London: Penguin Press; 2001.
Siregar F, Sudrajat D. Enabling Spaces: Mapping Creative Hubs In Indonesia. Jakarta: Centre for Innovation Policy and Governance Indonesia Sustainability Centre; 2007.
Virani T. Re-articulating the creative hub concept as a model for business support in the local creative economy : the case of Mare Street in Hackney. Creat London Work Pap Ser Number 12 2015:1–27.
Plowright PD. Revealing Architectural Design: Methods, Frameworks and Tools. 1st ed. New York: Routledge; 2014. https://doi.org/10.4324/9781315852454.
Krathwohl DR. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. Theory Pract 2002;41.
Danisworo M, Martokusumo W. Revitalisasi Kawasan Kota, Sebuah Catatan dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota. Newsl URDI (Urband Reg Dev Institute) 2002;13.
Vygotsky LS. Play and Its Role in the Mental Development of the Child. Vopr Psihol 1967;12:62–76. https://doi.org/10.2753/rpo1061-040505036.
Thoring K, Luippold C, Mueller RM. Creative Space in Design Education: A Typology of Spatial Functions. 14th Int. Conf. Eng. Prod. Des. Educ. Des. Educ. Futur. Wellbeing, EPDE 2012, Antwerp: Artesis University College; 2012, p. 475–80.
Mark DM. Human Spatial Cognition. London: Belhaven Press; 1993.
Pallasmaa J. The Eyes of the Skin: Architecture and the Senses. 2nd ed. Chichester: Wiley Academy; 2005.
Smith JD, Berg ME, Cook RG, Murphy MS, Crossley MJ, Boomer J, et al. Implicit And Explicit Categorization: A Tale of Four Species. Neurosci Biobehav 2012;36. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2012.09.003.
Gourlay S. Tacit Knowledge - A New Hypothesis. Edinburgh: 2000.
Bloom BS, Engelhart MD, Furst EJ, Hill WH, Krathwohl DR. Taxonomy of educational objectives: The Classification of Educational Goals. New York: Longmans; 1956.
Kauffman JC, Beghetto R. Beyond Big and Little: The Four C Model of Creativity. Rev Gen Psychol 2009;13:1–12.
Holman W. Makerspace: Towards a New Civic Infrastructure. Places 2015. https://doi.org/10.22269/151130.
Al-Yousif IJ, Hussein MM. Urban Integration of Historic Centers: Analytical Study of the Factors of Urban Integration at Al-Karkh Historic Center. Iraqi J Archit Plan 2013;12:1–27.
Hillier B, Hanson J. The Social Logic of Space. Cambridge: Cambridge University Press; 1984. https://doi.org/10.1017/CBO9780511597237.
Krisetya AT, Navastara AM. Identifikasi Karakteristik Fisik Koridor Jalan Tunjungan sebagai Ruang Publik. J Tek ITS 2018;7:162–7. https://doi.org/10.12962/j23373539.v7i2.32695.
Appleyard M, Genson S, Lintell M. Livable Streets. Berkeley: University of California Press; 1981.
Oswalt P, Misselwitzz P, Overmeyer K. Patterns of the Unplanned: Urban Catalyst. Loose Sp. Possibility Divers. Urban Life. 1st ed., London: Routledge; 2006. https://doi.org/10.4324/9780203799574.
Refbacks
- There are currently no refbacks.