Makna Kultural Tradisi Lemas dalam Selamatan Kematian Masyarakat Aeng Tong-Tong, Saronggi, Sumenep: Kajian Etnolinguistik

Hodairiyah Hodairiyah, Wakit Abdullah Rais, Dwi Purnanto

Abstract

Abstract: This research will discuss about Lemas. Lemas is a part of tradition in death ceremony which is like boat and it is made by plait coconut leaf that is meant as the transportation to sail for soul of someone death who will go away. The aim of this research is to know the cultural meaning about Lemas in the tradition of death ceremony at Aeng Tong-tong, Saronggi, Sumenep. This research is descriptive qualitative by using ethnography method through ethnoscience. In this research, data is from the result of interview of two persons such as the good utterance of verbal and non-verbal. In this research is found 2 meanings of Lemas  that is on death ceremony, those are (1)  Lemas Papetto’ (7 lemas) is on fortieth days by 7 lemas that has a meaning to open seven doors of heaven, (2) Lemas Aghung as supplies for its journey to the place which is so far away that is on thousandth day. Both of them is belief of a part of societies which is still holding until now. It is meant as alms that is devoted for someone who was died. The alms are wished to help him for removing sins of someone who was died.

Abstrak:  Penelitian ini akan membahas mengenai Lemas. Lemas merupakan bagian dari tradisi dalam selamatan kematian yang berbentuk perahu yang terbuat dari anyaman daun pohon kelapa yang dimaknai sebagai alat untuk berlayar bagi roh yang akan pergi jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna secara kultural mengenai lemas dalam tradisi selamatan kematian masyarakat Aeng tong-tong, Saronggi, Sumenep. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif menggunakan metode etnografi dengan model analisis etnosains. Dalam penelitian ini, data berasal dari hasil wawancara 2 informan yang berupa tuturan baik secara verbal dan non-verbal. Dalam penelitian ini ditemukan 2 makna lemas yang terdapat pada selamatan kematian, yaitu (1) Lemas Papetto’ ada pada hari ke empat puluh dengan 7 lemas yang bermakna sebagai pembuka pintu surga yang tujuh, (2) Lemas aghung  sebagai bekal untuk perjalanan roh menuju tempat yang lebih jauh yang ada pada hari keseribu. Kedua makna tersebut merupakan sebuah kepercayaan sebagian masyarakat yang masih terpelihara hingga sekarang yang mana lemas tersebut dibentuk sebagai sedekah yang amalnya dikhususkan bagi orang yang telah meninggal. Sedekah tersebut diharapkan dapat membantu meringankan beban serta dapat menghapus dosa-dosa orang yang meninggal.

Keywords

Etnolinguistik, Makna Kultural, Tradisi Lemas, Madura

Full Text:

PDF

References

Ayu, N. P. (2014). Concept of Life and Death in the Lexus Khaul Buyut Tambi (Ethnolinguistic Study in Indramayu). Bahtera Sastra ANtropologi Bahasa Dan Sastra Indonesia, (1).

Hodairiyah. (2019). Lexical and Cultural Meanings of the Majesty Sortana Tradition in Death Salvation of Aeng Tong-tong Madura Society. Proceedings Of The Third International Conference of Arts, Language and Culture (ICALC 2018), 279, 189–196.

Karim, A. (2017). The Ritual Meaning of Death in Javanese Islamic Traditions. Dalam Jurnal Sabda, 12(2).

Mulyadi, A. (2108). Understanding the Sumenep Muslim Community Tradition Ritual Practice. Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 2599–1078.

Pangaribuan, R. (2017). Implementation of the Toba Batak Community Death Salvation in Pontianak City. Prodi Hukum UNTAN, 3(5), 1–56.

Rais, wakit. (2017). Kearifan Lokal dalam Bahasa dan Budaya Jawa: Studi Kasus Masyarakat Nelayan di Pesisir Selatan Kebumen Jawa Tengah (Kajian Etnolinguistik). Surakarta: UNS Press.

Samingin. (2007). Verbal and Non Verbal Behavior at the Death Ceremony in Javanese Tradition is Ethnolinguistic Studies. Sebelas Maret University.

Saputra, E. &. (2018). The Symbolic System in the Toraja Traditional Ceremony of the Rambu Solo: Semiotic Study. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 7(3), 2302-2043.

Sari, D. (2017). No TitleSelametan Kematian Di Desa Jaweng Kabupaten Boyolali. Haluan Sastra Budaya, 2(1), 147–161.

Suwito, Sriyanto, & H. A. (2015). Tradition in Interpretation of a Society in Seeing Reality to be Addressed with Confidence and Trust. Ibda’ Jurnal Kebudayaan Islam., 1693– 6736.

Wahyuningsih, D. (2018). the Representation of the Toraja Tribal Death Ritual Ceremony in the Indonesia Net Tv Episode Toraja Documentary Program. E-Journal Ilmu Komunikasi, 6(1), 68–82.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.