Jaringan Sosial dalam Masyarakat Wilayah Budaya Arek Melalui Nama Paraban

Hanum Lintang Siwi Suwignyo

Abstract

Abstract: This research aims to uncover social network of intra-individual closeness in society of Arek Cultural Region that reflected on paraban’s names of its citizens. Focus of this research are at Surabaya and Malang City. Surabaya as the center ideology of Arek cultural region and Malang as the cultural melting pot, gives assumption that those two cities are representable for reflecting the relation between linguistic phenomenon (paraban’s name) and its citizens. This research using paraban’s names as data and been collected by introspection method and semi structured interview from some participants with several indicators. Data are descriptively and integratively analysed based on theory of Social Networks and Communities of Practice by Meyerhoff (2006), Wardaugh (2006), Holmes (1992), Mestrhie (2009) and characteristics of Arek cultural region by Abdillah (2015). Results of this research are there’re relation between vernacular language of its region with the names that comes up on each cities. In Malang, paraban’s names got the same structure as Osob Walikan  that is has the back-formation such as Alib > Bila, Tihum > Muhit, Dimas >Samid. In Surabaya, paraban’s names refers to something negatives or relate to taboo kind of thing such as Otong, Koncil, and Kimcil. The social network starts at none closeness, uniplex closeness, and multiplex closeness. Those shows that degree of closeness between each individual or social group-individual in some society could reflected on paraban’s name, meaning, and fuctions that are used in each society.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguak jaringan sosial individu dalam Masyarakat di Wilayah Budaya Arek yang tercermin dalam nama paraban masyarakatnya. Penelitian ini berfokus pada wilayah kebudayaan Surabaya dan Malang. Kota Surabaya sebagai pusat ideologi masyarakat Arek dan kota Malang sebagai kuali peleburan kebudayan, memberikan asumsi bahwa kedua kota tersebut dapat merepresentasi refleksi hubungan antar fenomena bahasa (nama paraban) dan masyarakat di wilayah budaya Arek. Data dalam penelitian ini berupa nama-nama paraban yang dikumpulkan melalui metode introspektif dan wawancara langsung. Nama tersebut didapat dari beberapa partisipan dengan indikator tertentu. Secara deskriptif-integratif data dianalisis berdasarkan teori jaringan sosial oleh Meyerhoff (2006), Wardaugh (2006) ,Holmes (1992), Mesthrie (2009) serta karakterisitik masyarakat wilayah budaya Arek oleh Abdillah (2015). Penelitian ini menemukan hubungan antara bahasa daerah dengan nama paraban yang digunakan di masing-masing wilayah tersebut. Di Kota Malang, nama-nama paraban akan memiliki struktur bentuk yang sama dengan Osob Walikan seperti Alib > Bila, Tihum > Muhit, Dimas> Samid. Di Kota Surabaya nama-nama paraban akan memiliki referen yang mengacu pada hal-hal yang dianggap tabu seperti otong, koncil, dan kimcil. Jaringan sosialnya dimulai dari titik ketidakdekatan, kedekatan unipleks, dan kedekatan multipleks. Ketiganya menunjukkan bahwa tingkat kedekatan individu-individu dan kelompok sosial-individu dalam sebuah masyarakat dapat tercermin dalam bentuk, makna, dan fungsi nama paraban yang muncul dan digunakan oleh masyarakat itu sendiri.

Keywords

Social network; sociolinguistic; unipleks; multipleks; paraban’s name; Arek cultural region

Full Text:

PDF

References

Abdillah, Autar. (tanpa tahun). Hibriditas Pertemuan Budaya Jawa Arek. Surabaya: FBS Universitas Negeri Surabaya.

Abdillah, Autar. (2015, 17 Oktober). Budaya Arek dan Malangan (Tinjauan Historis dan Diskursus Kebudayaan). Diakses dari http://www.josstoday.com/read/2015/10/17/28021/BUDAYA_AREK_DAN_MALANGAN__Tinjauan_Historis_dan_Diskursus_Kebudayaan_

Holmes, Janet. (2013). An Introduction to Sociolinguistics Fourth Edition. New York: Routledge.

Ibrahim, Abdus Syukur. (2009). Kesemestaan Sosiolinguistik dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Bidang Sosiolinguistik Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang

Leni, Nurhasanah. (2012). Demokrasi dan Budaya Politik Lokal di Jawa Timur Menurut R. Zuhroh, Dkk. Jurnal TAPIs Vol. 8 (1) Januari—Juni, 21—39.

Mesthrie, Rajend, dkk. (2009). Introducing Sociolinguistics Second Edition. Edinburgh: Edinburgh University Press.

Milroy, Lesley, and Matthew Gordon. (2003). Sociolinguistics: Method and Interpretation. Oxford: Blackwell.

Poerwadarminta, W.J.S. (1939). Baoesastra Djawa. Groningen Batavia. Kaetjap Ing Pangetjapan J.B. Wolters Uitgever Maatcshappij.

Prayogi, Icuk. (tanpa tahun). Proses Pembentukan Slang Malang. Semarang: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Semarang.

Setyanto, Aji. (2016). Osob Ngalaman (Bahasa Slang Asal Malang) Sebagai Salah Satu I-Con Malang Studi Struktur Osob Ngalaman dalam Sosial Network. PESONA, Volume 18 (01), 1—23.

Sholihatin, Endang. (2013). Apakah Pisuhan Selalu Bermakna Negatif?: Fungsi Pisuhan dalam Masyarakat Arek dan Masyarakat Mataraman. Mozaik. Vol 13 (2),158—167.

Wardaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. Malden. Blackwell Publishing.

Wijana, I Dewa Putu. 2019. Javanese Nick Name System. Unpublished Working Paper. Faculty of Cultural Sciences Gadjah Mada University.

Wibowo, Ridha Mashudi dan Agustin Retnaningsih. 2015. Dinamika Bentuk-Bentuk Sapaan sebagai Refleksi Sikap Berbahasa Masyarakat Indonesia. Humaniora Vol.3 Oktober, 269—282.

Yannuar, Nurenzia. 2018. Wolak-walike Jaman Exploring Contemporary Walikan in Public Space. Wacana Vol. 19 (1), 100—121.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.