SASMITA TEMBANG MACAPAT (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Yohanes Suwanto, Endang Tri Winarni

Abstract

Makalah ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang berjudul: Sasmita Tembang Macapat (Suatu Kajian Pragmatik). Masalah penelitian ini adalah (1) bagaimanakah bentuk sasmita tembang macapat (STM) dalam bahasa Jawa? (2) apakah fungsi STM bahasa Jawa? dan (3) apakah maksud STM bahasa Jawa? Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk STM dalam bahasa Jawa, baik yang berbentuk kata, frase, dan sinonim, (2) mendeskripsikan fungsi STM bahasa Jawa, baik yang berfungsi sebagai pengasah pikiran, dan (3) mendeskripsikan maksud STM bahasa Jawa, baik yang ditunjukkan oleh ko-teks (tuturan) maupun konteks (hal-hal di luar teks).

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta. Penyediaan data penelitian ini dengan menggunakan teknik pustaka. Analisis data ini menyangkut analisis penentuan bentuk sasmita tembang, fungsi sasmita tembang, dan maksud sasmita tembang. Penentuan bentuk STM ini dengan metode deskriptif. Teknik dasarnya dengan teknik pilah, yaitu semua bentuk STM yang diperoleh dari pustaka dipilahkan, dan teknik lanjutannya dengan teknik catat. Penentuan fungsi ini dilakukan dengan deskriptif fungsional. Penentuan maksud ini dengan menggunakan analisis pragmatik. Teknik dasarnya adalah dengan teknik pilah yaitu dengan cara memilah maksud (jawaban) sasmita tembang berdasarkan ko-teks (berdasarkan tuturan semata) dan maksud (jawaban) sasmita tembang berdarkan konteks (hal-hal yang ada di luar teks).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: (1) bentuk STM bahasa Jawa terdiri atas berbentuk suku kata (misalnya: -kur- untuk tembang Pangkur, kata dudukwuluhe untuk tembang Megatruh, frase megat nyawa untuk tembang Megatruh,  klausa lir mas timbul ing warih  untuk tembang Maskumambang, dan brangtaa untuk tembang Asmaradana); (2) fungsi STM bahasa Jawa adalah untuk memberikan informasi kepada para pembaca atau penikmat tembang untuk mengetahui jenis tembang yang dibaca (awal pada ’bait’ atau pupuh ’kesatuan pada’); memberikan informasi jenis tembang pada pupuh berikutnya;  estetis pada tembang macapat dengan ditunjukkan oleh adanya diksi, misalnya: brangtaa untuk menyebut tembang Asmaradana; dan (3) secara pragmatis STM bahasa Jawa dapat diketahui maksudnya bahwa sasmita tembang berdasarkan ko-teks (berdasarkan tuturan semata) dan maksud (jawaban) sasmita tembang berdarkan konteks (hal-hal yang ada di luar teks).

 

Kata kunci: sasmita, tembang macapat, pragmatik

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.