Workshop Aplikasi Pupuk Hayati dari Limbah Kulit Buah Kopi (Coffea Arabica L) Di Tawangmangu Karanganyar
Harlita Harlita, Dewi Puspita Sari, Umi Fatmawati, Slamet Santosa, Meti Indrowati, Sajidan Sajidan
Abstract
Tawangmangu merupakan daerah dataran tinggi yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai lokasi penanaman kopi. Jenis Arabica merupakan jenis yang paling umum dijumpai di kawasan dengan ketinggian 700-1700 m dpl. Kecamatan Tawangmangu selama ini dikenal sebagai sentra pertanian sayur dan tanaman hias, memliki potensi yang besar untuk menjadi kawasan pertanian kopi. Tahun 2019 bupati Karanganyar mulai mewacanakan pertanian kopi sebagai salah satu tanaman primadona di kawasan tersebut. Menjamurnya kedai kopi di daerah Solo Raya dan Karangayar pada khususnya membawa dampak positif dari pertanian Kopi Lawu. Daerah Tawangmangu terutama kelurahan Kalisoro merupakan tempat rintisan perkebunan kopi jenis arabica sedang di daerah Nglurah yang memiliki sebuah situs sejarah candi Menggung menginspirasi kelompok masyarakat untuk mulai mengolah biji kopi secara profesional, brand lokal telah ada dengan nama “KOPI MENGGUNG”, namun salah satu kendala yang masih dihadapi adalah limbah kulit buah sisa produksi pengolahan kopi. Salah satu upaya pemanfaatan limbah kulit biji kopi untuk menerapkan zero waste adalah dengan pembuatan kompos berbahan dasar limbah kulit biji kopi. Melimpahnya volume kulit biji kopi sebagai hasil sampingan dari proses pengolahan pasca panen merupakan sumber bahan organik penting yang baik bagi tanah jika dapat diolah dengan benar. Kegiatan pengabdian akan diawali dengan sosialisasi pembuatan pupuk kompos dari bahan baku limbah kulit buah kopi, dilanjutkan dengan pengaplikasian kompos pada tanah yang dijadikan sebagai media tanam. Tujuan dari kegiatan workshop adalah: 1). Memberdayakan potensi lokal berupa limbah kulit buah kopi untuk dikembangkan menjadi pupuk hayati 2). Pendampingan masyarakat khususnya kelompok petani untuk lebih mengembangkan pupuk hayati sehingga memiliki rasa peduli dan tanggungjawab terhadap keberlangsungan potensi lingkungan.
Keywords
Pupuk hayati, limbah kulit kopi, workshop
References
Anonim. 2020. Sejarah kopi lawu seharum dan senikmat cita rasanya.https://suaramerdekasolo.com/2019/08/12/sejarah-kopi-lawu-seharum- dan-senikmat-cita-rasanya/ diakses 04 Februari 2020
Narulita S, Asmarantaka RW, Jahroh S. 2014. Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agrobisnis Kopi di Indonesia. Jurnal Agribisnis Indonesia. 2 (1) : 63-74
Ismayadi, C.; T. Wahyudi; A. Pratiwi & D. Mangunwidjaja (1997). Kajian awal pemanfaatan kulit buah kopi untuk pembuatan minuman cider. Pelita Perkebunan, 13, 40-50.
Putri E, Rukayadi Y, Meryandini A. 2019. Cellulolytic and Xylanolytic Actinomycetes to degrade Lignocellulolytic biomass of Robusta coffe pulp (Coffea cenephora). IOP Conference series: Earth and Environmental Science 299 (1): 012014.2019
Setyorini D, Sarasawati R, Anwar EA. 2012. Kompos. Di dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balittanah Bogor [diunduh pada 2020 Februari 02].
Tersedia pada: http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20pu puk%20hayatipupuk%20organik/02kompos_diahrasti.pdf
Pemkab Karanganyar, 2013, Karanganyar Dalam Angka tahun 2013, Kabupaten Karanganyar Soeka YS, Suharna N, Triana E, Yulinery T. 2019. Characterization of Cellulase Enzyme Produced by Two Selected Strains of Streptomyces Macrosporeus Isolated from Soil in Indonesia. Makara Journal of Science. 23 (2): 65-71
Widyotomo S. 2013. Potensi dan teknologi diversivikasi limbah kopi menjadi produk bermutu dan bernilai tambah. Review Penelitian Kopi dan Kakao. 1 (1): 6