PROFIL “EMBUNG” DAN SUMBERDAYA AIR DI WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN BELU – NTT

Wahyu Widiyono

Abstract

ABSTRACT

‘Embung’ is one of the collected and served water constructions for domestic consumption, cattle drinking and irrigation in the border area and dry climate of Belu District, East Nusa Tenggara (ENT) Province. The others are water source from shallow soil-water digging and natural springs.  There are 26 small ‘embungs’ which have 11,700 – 96,830 m3 water volume  and the biggest ‘embung’  which has 1,860,000 m3 water volume; 276 springs, and some shallow soil-water digging.  ‘Embungs’ sustainability are influenced by some aspects such as technical problem since construction developed, utilization, social and management.  Due to the natural resources and budget handicap, generally in one village just exist one type of the three water collected constructions. However, it is possible in one village there are three constructions, i.e.: ‘embung’ is particularly for cattle drinking and irrigation; and the shallow soil-water digging and natural springs are specially for water domestic consumption. These man made and natural water source are very valuable to serve farmers in the Belu-ENT village area.

 

Key words : sustainability, ‘embung’, border area, dry climate, Belu-NNT.

 

ABSTRAK

 

Embung merupakan salah satu bentuk bangunan penampungan dan pelayanan air untuk rumah tangga penduduk, minum ternak dan irigasi di wilayah perbatasan dan beriklim kering Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur  (NTT). Bentuk bangunan yang lain adalah sumur air tanah dangkal (kedalaman kurang dari 30 m) dan sumber-sumber air alam.  Terdapat 26 embung-embung kecil dengan kapasitas tamping  11,700 – 96,830 m3 air  dan, sebuah embung paling besar dengan kapasitas tampung 1,860,000 m3 air; 276 sumber air alam dan beberapa sumur air tanah dangkal.  Kelestarian embung-embung, dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti faktor teknis saat embung dibangun, pemanfaatan, sosial dan pengelolaan.  Oleh karena keterbatasan sumberdaya alam dan anggaran, pada umumnya di sebuah desa hanya terdapat satu tipe sumber air.  Meskipun demikian, dimungkinkan pada sebuah desa terdapat tiga bangunan sumber air, yakni:  embung khusus hanya untuk minum ternak dan pertanian;  sumur gali air tanah dangkal dan sumber air alam untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.  Baik sumber air alam maupun buatan tersebut sangat bermanfaat untuk melayani kebutuhan petani di wilayah perbatasan Belu-NTT.

 

Kata kunci : pelestarian, embung, wilayah perbatasan, iklim kering, Belu-NTT.

Full Text:

PDF

Refbacks

  • There are currently no refbacks.