Mengkaji Sistem Tanam Tumpangsari Tanaman Semusim

Guruh Raditya Warman, Riajeng Kristiana

Abstract

Tumpangsari merupakan system budidaya tanaman dimana lebih dari satu tanaman ditanam dalam satu areal penanaman.  System ini digunakan untuk memaksimalkan fungsi lahan dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan juga meningkatkan pendapatan petani.Tanaman semusim dalam budidayanya sering menggunakan system tumpangsari. Kendala sering dihadapi dalam mengkombinasikan tanaman yang akan ditanam secara tumpangsari, hal ini berkaitan dengan morfologi tanaman masing-masing spesies yang berbeda yang akan mempengaruhi interaksi antar tanaman yang ditanam dalam bidang yang sama.  Artikel ini bertujuan untuk mengkaji keefektifan kombinasi berbagai jenis tanaman semusim yang ditanam secara tumpangsari yang telah diteliti oleh para peneliti sehingga didapatkan gambaran kombinasi tanaman semusim yang dapat ditanam sacara tumpangsari yang memberikan keuntungan secara maksimal bagi petani, selain itu juga dapat memberikan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari system tumpangsari pada tanaman semusim.  Hasil yang didapatkan tanaman semusim yang ditanam bersamaan dengan kacang-kacangan akan memberikan hasil yang lebih baik karena tanaman kcang-kacangan mampu mengikat nitrogen sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang berada disekitarnya. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu perlunya penambahan unsur hara yang tepat, waktu tanam antar tanaman, lebar tajuk antar tanaman, luas sebaran akar antar tanaman, dan perlu diperhatikan  sifat fisiologi tanaman berkaitan dengan senyawa yang dilepaskan oleh setiap tanaman yang bersifat menghambat atau mendukung pertumbuhan tanaman disekitarnya.

Keywords

kacang-kacangan, tanaman semusim, tumpangsari

Full Text:

PDF

References

Abidin, Z. 1991. Pengujian waktu tanam kedelai (Glycine max (L.) Merrill) dan pemupukan TSP pada sistem tumpangsari dengan tanaman jagung (Zea mays L.) . Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Arma MJ, Uli F, Laode S. 2013. Pertumbuhan Dan Produktivitas Jagung (Zea mays L. ) Dan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Melalui Pemberian Nutrisi Organik Dan Waktu Tanam Dalam Sistem Tumpangsari.J.AGROTEKNOS.Vol. 3 No. 1. Hal 1-7 ISSN: 2087-7706

Batish DR, HP Singh, RK Kohli, S Kaur.Crop allelopathy and its role in ecological agriculture.J Crop Prod, 4 (2001), pp. 121-161.

Dalrymple GD. 1971. Survey of Multiole Cropping in less developed nations, U.S. Ageng for International Development, Wshington DC.

Direktorat Jendral Tanaman Pangan danHortikultura. 1996. Kebijakanpengembangan tanaman benih langsungpadi sawah. Makalah Seminar Nasional

Inderjit, KI Keating. Allelopathy: principles, procedures, processes, and promises for biological control.DL Sparks (Ed.), Adv Agron, Vol 67, Acad Pr., San Diego (1999), pp. 141-231.

Lakitan, B. 1995.Hortikultura Teori,Budidaya dan Pasca Panen. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Marliah A, juminil, dan Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan Pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagungung Manis Dengan Kacang Merah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil.Agrista.14 No. 1.

Polnaya F, Dan JE Patty. 2012. Kajian Pertumbuhan dan Produksi Varietas Jagung Lokal Dalam System Tumpangsari.Agrologia vol 1 no.1 April.2012.42-50.

Prasetyo, E.I., Sukardjo dan H. Pujiwati, 2009. Produktifitas lahan dan NKL pada tumpangsari jarak pagar dengan tanaman pangan.Jurnal Akta Agrosia, 12(1): 51–55.

Purwono dan R. Hartono, 2011.Bertanam jagung unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 hal.

Rodrigo VHL, Stirling CM, Teklehaimanot Z, Nugawela A. 2001.Intercropping with banana to improve fractional interception and radiation-use efficiency of immature rubber plantations.Field Crops Research. 69(3): 237-249.

Rubatzky, V. E. & M. Yamaguchi.1998. Sayuran Dunia 1 (Terjemahan Catur Herison). ITB, Bandung.

Sasmita, P., Purwoko, B. S., dan Sujiprihati, S. 2006. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo Haploid GandaToleran Naungan dalam Sistem Tumpang sari.Buletin Agronomi, 34(2), 79–86.

Sitompul, S. M. & B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Smeltekop H, David E Clay and Sharon A. Clay. 2002. The Impact of Intercropping Annual ‘Sava’ Sanil Medic on Corn Production. J. Agron 94: 917-924.

Sutoro, Soelaeman, Y. & Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Suwena, M. 2002. Peningkatan produktivitas lahandalam system pertanian akrab lingkungan.Institut Pertanian Bogor. 20 April 2008).

SYAFREZANI, SAMPAGUITA (2009). Manfaat Tumbuhan Bunga Penghias Pekarangan. hal.12. Bandung:Titian Ilmu. ISBN 978-979-027-105-1.

Tim Karya Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Bandung Nuansa Aulia. Bandung

Tharir, M dan Hadmadi. 1984. Populasi Gilir (Multiple Croping). Yasaguna, Jakarta.

Turmudi, E. 2002. Kajian Pertumbuhan dan Hasil Dalam Sistem Tumpangsari Jagung dengan Empat Kultivar Kedelai pada Berbagai waktu tanam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 4 (2) : 89-96.

Wangiyana, W dan Kusnarta IGM, 1997.Penyerapan Nitrogen dan Hasil Tanaman Jagung yangDitumpangsaikan dengan beberapa Jenis Tanaman Legum. Laporan Hasil Penelitian UNRAM.

Wargino, J. 2005. Peluang pengembangan kacang tanah melalui sistem tumpangsari dengan ubi kayu. http://www.Puslittan. Bogor.net.

Vandermeer J H (1989). The ecology of intercropping.Cambridge Univ. Press. Cambridge, UK.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.