RESPONS TERHADAP KETIDAKSANTUNAN DALAM FILM THE RAID DAN THE RAID 2: BERANDAL KARYA GARETH EVANS

Jemima Jannah Darla Putri

Sari

Fenomena ketidaksantunan menjadi hal yang lumrah di masyarakat. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, ketidaksantunan juga ditemukan dalam film. Tuturan tidak santun memiliki strategi yang diterapkan oleh penutur yakni strategi ketidaksantunan. Selain itu, terdapat pula respons terhadap ketidaksantunan yang diberikan oleh mitra tutur ketika merasakan serangan muka dari penutur. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan respons terhadap ketidaksantunan yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam film The Raid dan The Raid 2: Berandal karya Gareth Evans. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang mengandung respons terhadap ketidaksantunan dalam film The Raid dan The Raid 2: Berandal. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik unduh dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kontekstual. Analisis dalam penelitan ini didasarkan pada teori ketidaksantunan Jonathan Culpeper. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons terhadap ketidaksantunan yang ditemukan meliputi empat respons, yaitu strategi ofensif-ofensif sebanyak 11 data tuturan, strategi ofensif-defensif sebanyak 28 data tuturan, menerima sebanyak 3 data tuturan, dan tidak merespons sebanyak 12 data tuturan.

Teks Lengkap:

PDF

Referensi

Bousfield, D. (2008). Impoliteness in the Struggle for Power. Dalam Derek Bousfield dan

Miriam A. Locher (Eds.), Impoliteness in Language: Studies on its Interplay with

Power in Theory and Practice. Mounton de Gruyter.

Culpeper, J. (1996). Towars an Anatomy of Impoliteness. Journal of Pragmatics, 25(3),

—367.

Culpeper, J. (2003). Impoliteness Revisited: with Special Reference to Dynamic and

Prosodic Aspects. Journal of Pragmatics, 35(10-11), 1545—1579.

Culpeper, J. (2008). Reflections on Impoliteness, Relational Work and Power. Dalam

Derek Bousfield dan Miriam A. Locher (Eds.), Impoliteness in Language: Studies

on its Interplay with Power in Theory and Practice. Mounton de Gruyter.

Djajasudarma, F. (2010). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.

Refika Aditama.

Gunawan, S. (2017). Sherlock Holmes’ Impoliteness Strategies and Other Characters’

Responses in Sherlock TV Series Season 1 Episode 1. Skripsi. Universitas Sanata

Dharma.

Hanif, A. (2018). Ketidaksantunan Tuturan Juri dalam Acara Master Chef Indonesia di

RCTI (Sebuah Pendekatan Pragmatik). Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Kharisma, A. (2018). Ketidaksantunan Praktisi Hukum terhadap Saksi Ahli dalam Sidang

Jessica Kumala Wongso. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Moleong, L. J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Remaja

Rosdakarya.

Rahardi, R. K. (2009). Sosiopragmatik: Kajian Imperatif dalam Wadah Konteks

Sosiokulturan dan Konteks Situasionalnya. Erlangga.

Rahardi, R. K. dkk. (2014). Kata Fatis Penanda Ketidaksantunan Pragmatik dalam Ranah

Keluarga. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 13(2), 149—175.

Nuansa Indonesia

Volume 22(2), November 2020, https://jurnal.uns.ac.id/ni

p-ISSN: 0853-6075

Rahardi, R. K. dkk. (2018). Pragmatik: Fenomena Ketidaksantunan Berbahasa.

Erlangga.

Saputro, D. K. (2015). Ketidaksantunan Berbahasa pada Film Crazy Love Karya Guntur

Soeharjanto. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Utami, K. L. (2019). Strategi dan Fungsi Ketidaksantunan dalam Reality Show 86 di

NET TV. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

Wijayanto, A. (2014). Ketidaksantunan Berbahasa: Penggunaan Bahasa Kekerasan di

Sinetron Bertema Kehidupan Remaja. Dalam Markhamah dkk. (Ed.),

Ketidaksantunan Berbahasa dan Dampaknya dalam Pembentukan Karakter.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.