Kaum Muda, Mikul Dhuwur Mendem Jero: Dapur Musik Project dalam Rekomodifikasi Musik Keroncong
Abstract
Pembentukan komoditas ulang atau rekomodifikasi menjadi salah satu praktik yang marak terjadi di era disrupsi kini. Dapur Musik Project adalah salah satu kelompok musik keroncong beranggotakan kaum muda, yang melakukan rekomodifikasi dengan meng-cover karya-karya musik komersial untuk kemudian disajikan dalam bentuk ekspresi Keroncong Beat Milenial dan diunggah ke berbagai platform musik digital. Karya lagu ciptaan Manthous, selaku sesepuh mereka, mendominasi konten yang dibuat oleh Dapur Musik Project. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menerapkan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumen dalam mengumpulkan data. Kerangka pemikiran Naafs dan White (2012) yang membagi isu kaum muda dalam tiga bagian utama dipergunakan dalam penelitian ini untuk mengkaji alasan Dapur Musik Project melakukan rekomodifikasi musik keroncong. Hasil penelitian ini memaparkan Dapur Musik Project sebagai generasi, transisi, maupun pencipta dan konsumen budaya, melakukan rekomodifikasi musik keroncong bukan semata-mata untuk memperoleh nilai ekonomi, melainkan sebagai salah satu bentuk implementasi mikul dhuwur mendem jero. Kendati jerat-jerat kapitalisme sulit untuk dihindarkan, Dapur Musik Project hadir sebagai contoh bagaimana kaum muda berupaya melakukan pelestarian dan pengembangan musik keroncong dalam sudut pandang yang ambivalen: harapan dan ancaman.
Recommodification is one of the most common practices in the current era of disruption. Dapur Musik Project is a keroncong music group consisting of young people, which performs recommodification by making cover versions of commercial music works to presented in the form expressions of Keroncong Beat Millennial and uploaded to various digital music platforms. The songs created by Manthous, as their elder, dominate the content created by Dapur Musik Project. This study uses qualitative methods by applying the techniques of interview, observation, and document studies in collecting data. Naafs and White's (2012) theoretical framework, which divides youth issues into three main parts, is used in this study to examine the reasons why Dapur Musik Project recommodifies keroncong music. The results of this study explain that Dapur Musik Project as a generation, transition, as well as creator and consumer of culture, recommodifies keroncong music not solely to obtain economic value, but as a form of implementing mikul dhuwur mendem jero. Even though it is difficult to avoid the snares of capitalism, Dapur Musik Project exists as an example of how young people try to preserve and develop keroncong music from an ambivalent perspective: hopes and threats.
Full Text:
PDFReferences
Adhiyatmaka, I. A. (2021). Dari Ngak Ngik Nok ke Dheg Dheg Plas. Jakarta: Bintang Press.
Alanen, L. (2001). Explorations in generational analysis. In Conceptualizing Child-Adult Relations (pp. 11-22). London: Routledge.
Andini, M. (2021). Studi Analisis Ngroncongi Sebagai Capaian Tertinggi Bernyanyi Keroncong Gaya Solo. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Anshari, I. N. (2014). Pemahaman Baru Pembajakan Digital dalam Budaya Mengopi (Praktik dan Implikasi Budaya Mengopi Video di Warnet di Yogyakarta). (S2 Tesis). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Barker, C. (2003). The Sage Dictionary of Cultural Studies. London: Sage Publications.
Bourdieu, P. (1984). Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste: Havard Collage and Routledge & Kegan Paul.
Bourdieu, P. (2016). Arena Produksi Kultural: Sebuah Kajian Sosiologi Budaya (Y. Santosa, Trans.). Bantul: Kreasi Wacana.
Harker, R., Mahar, C., & Wilkes, C. (2009). (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu (P. Maizier, Trans.). Yogyakarta: Jalasutra.
Kasali, R. (2017). Disruption. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
KS, T. (2013). Rock 'n Roll Industri Musik Indonesia: Dari Analog ke Digital. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru (T. Rohendi, Trans.). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Mosco, V. (2009). The Political Economy of Communication (2nd ed.). California: Sage Publications.
Mulyadi, M. (2009). Industri Musik Indonesia: Suatu Sejarah. Bekasi: Koperasi Ilmu Pengetahuan Sosial.
Naafs, S., & White, B. (2012). Generasi Antara: Refleksi tentang Studi Pemuda Indonesia. Jurnal Studi Pemuda, 1(2), 89-106.
Ramadhani, F. A., & Rachman, A. (2019). Resistensi Musik Keroncong di Era Disrupsi: Studi Kasus Pada O.K. Gita Puspita di Kabupaten Tegal. Musikolastika: Jurnal Pertunjukan dan Pendidikan Musik, 1(1), 41-51.
Santosa, I. B. (2008). Dunia Batin Orang Jawa. Yogyakarta: Riset Informasi dan Aset Kenegaraan.
Satori, D., & Komariah, A. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Setiawan, E., Hidayatullah, P., & dkk. (2022). Ensiklopedia Musik Keroncong. In. Jakarta: Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Ditjen Kebudayaan KEMENDIKBUDRISTEK RI
Siregar, M. (2016). Teori "Gado-Gado" Pierre-Felix Bourdieu. Jurnal Studi Kultural, 1(2), 79-82.
Strinati, D. (1995). Popular Culture: An Introduction to Theories of Popular Culture. London: Routledge.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Supiarza, H. (2019). Rekonstruksi Musik Keroncong Anak Muda di Kota Bandung. (Disertasi). Universitas Padjadjaran, Bandung.
Supiarza, H., Sobarna, C., Sukmayadi, Y., & Mulyadi, R. M. (2018). The Prospect and Future of Youth Kroncong Group at Universitas Pendidikan Indonesia in Bandung. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 18 (1). doi:10.15294/harmonia.v18i1.15524
Widyanta, N. C. (2017). Efektivitas Keroncong Garapan Orkes Keroncong Tresnawara Terhadap Audiensi Generasi Muda. Jurnal Kajian Seni, 3(2), 165-180.
Refbacks
- There are currently no refbacks.