NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM UPACARA ADAT TETAKEN (Studi Deskriptif Upacara Adat Tetaken di Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan)

Reizya Gesleoda Axiaverona, R.B. Soemanto

Abstract


Abstract: The Indonesian nation has a diverse culture characterized by each region and the values that are believed by the community. Culture is created from everyday activities. The purpose of the research is to know the background, the procession of implementation, and the meaning of the implementation of the traditional ceremony of Tetaken in Mantren Kacamatan Kebonagung Village, Pacitan Regency. This study uses structural functionalism theory, from Talcott Parson. This research is a qualitative research with descriptive study approach. The research informants are Mantren Village people who know and participate in traditional ceremony of Tetaken, that is Head of Mantren Village, Interpreter of Gunung Lima, academic, and society. The sampling technique is purposive sampling. The location of this research is in Mantren Village, Kebonagung District, Pacitan Regency. Technique of data collecting is done by field observation, interview and documentation. Data analysis techniques with Miles and Hubermas model that starts from the data collection stage, data reduction, data presentation to conclusion, and for data validity using data triangulation. Result of research indicate that ceremony of Tetaken is a form of the idea of Mantren Village society which is arise belief about the importance of Kyai Tunggul Wulung so that there arises activities in the form of action and interaction on the implementation of traditional ceremony involving all the society. Tetaken traditional ceremony implies a symbol of guarding the sustainability and local wisdom typical for the people.

Keywords: Cultural social values, safeguard symbols, traditional ceremonies of tetaken

Abstrak : Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam dengan ciri khas daerah masing-masing dan nilai-nilai yang dipercayai oleh masyarakat. Budaya tercipta dari kegiatan sehari-hari. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui latar belakang, prosesi pelaksanaan, dan pemaknaan dari pelaksanaan upacara adat Tetaken di Desa Mantren Kacamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme struktural, dari Talcott Parson. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Informan penelitian adalah masyarakat Desa Mantren yang mengetahui dan ikut dalam upacara adat Tetaken, yaitu Kepala Desa Mantren, Juru Kunci Gunung Lima, akademisi, dan masyarakat. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Lokasi penelitian ini di Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan model Miles dan Hubermas yang dimulai dari tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data hingga penarikan kesimpulan, serta untuk validitas data menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upacara adat Tetaken merupakan bentuk gagasan masyarakat Desa Mantren yang kemudian timbul kepercayaan mengenai pentingnya dilaksanakan upacara adat Tetaken yang berasal dari cerita Kyai Tunggul Wulung sehingga muncullah aktivitas – aktivitas dalam bentuk tindakan dan interaksi pada pelaksanaan upacara adat yang melibatkan semua masyarakat. Upacara adat Tetaken menyiratkan simbol penjagaan terhadap kelestarian serta kearifan lokal khas bagi masyarakatnya.

Kata Kunci : Nilai sosial budaya, simbol penjagaan, upacara adat tetaken


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.20961/jodasc.v1i1.20732

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Recent Issues